Definisi
Gangguan ereksi atau disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan pria untuk mendapatkan ereksi pada penisnya, atau tidak mampu mempertahankan ereksi yang cukup saat berhubungan seksual. Disfungsi ereksi tidak terlalu menjadi kekhawatiran bila hanya terjadi beberapa kali. Namun bila gangguan ereksi terus terjadi, selain bisa menjadi tanda adanya penyakit lain yang mendasari, gangguan ereksi dapat menimbulkan:
- Stres
- Memengaruhi kepercayaan diri
- menimbulkan masalah dalam hubungan
Kondisi medis ini umumnya ditemukan pada pria yang berusia 40 tahun. Diperkirakan ada sekitar satu dari sepuluh pria akan mengalami gangguan ereksi pada satu titik dalam hidupnya.
Penyebab
Proses Ereksi
Rangsangan seksual pada laki-laki merupakan proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti otak, hormon, emosi, sistem saraf, otot, dan pembuluh darah. Ereksi timbul ketika terjadi peningkatan jumlah aliran darah ke penis yang disebabkan oleh stimulasi seksual atau sentuhan langsung pada penis. Otot yang berada di sekitar pembuluh darah akan berelaksasi. Aliran darah akan memenuhi ruang-ruang yang berada di dalam penis, lalu penis akan mengalami ereksi. Ereksi akan berakhir dengan kontraksi otot, sehingga darah mengalir kembali melalui pembuluh darah vena ke dalam tubuh.
Penyebab Gangguan Ereksi
Disfungsi ereksi akan timbul ketika ada masalah pada salah satu proses di atas. Kondisi seperti stres dan masalah kesehatan mental dapat menyebabkan atau memperparah disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi juga bisa terjadi akibat kombinasi kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, masalah fisik dapat menurunkan respon seksual yang membuat kemampuan mempertahankan ereksi menurun. Rasa cemas juga dapat memperparah disfungsi ereksi yang dialami.
Penyebab disfungsi ereksi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu penyebab fisik dan penyebab psikologis. Penyebab fisik yang dimaksud di antaranya:
- Penyakit jantung.
- Sumbatan pembuluh darah (aterosklerosis)
- Kolesterol tinggi.
- Tekanan darah tinggi.
- Diabetes.
- Obesitas.
- Sindrom metabolik.
- Penyakit saraf seperti penyakit parkinson atau sklerosis multipel.
- Penggunaan obat tertentu.
- Kebiasaan merokok.
- Konsumsi alkohol.
- Masalah tidur.
- Efek samping dari pengobatan kanker prostat atau pembesaran prostat.
- Operasi atau cedera yang terjadi di area selangkangan atau tulang belakang.
- Hormon testosteron rendah.
Otak memiliki peran penting untuk memicu ereksi karena ereksi juga dipengaruhi oleh perasaan dan hasrat seksual. Beberapa masalah psikologis yang terjadi dapat mengganggu hasrat seksual dan akhirnya menyebabkan disfungsi ereksi. Beberapa masalah psikologis yang dapat menjadi penyebab adalah:
- Stres.
- Depresi, kecemasan, atau kondisi kesehatan mental lainnya.
- Masalah hubungan akibat stres, komunikasi yang buruk, dan masalah lainnya.
Faktor Risiko
Faktor-faktor yang bisa menimbulkan gangguan ereksi bervariasi. Seiring berjalannya usia, beberapa pria bisa memerlukan waktu yang lebih lama untuk memiliki ereksi. Beberapa faktor yang dimaksud adalah:
- Kondisi medis, terutama diabetes atau penyakit jantung.
- Penggunaan rokok. Rokok dapat menyebabkan terhambatnya aliran darah di pembuluh vena dan arteri. Dalam jangka waktu lama, kebiasaan merokok bisa menimbulkan masalah kesehatan seperti disfungsi ereksi.
- Berat badan berlebih hingga obesitas.
- Terapi untuk penyakit tertentu, seperti pasca operasi prostat atau efek samping dari terapi radiasi kanker.
- Cedera, terutama cedera yang terjadi pada saraf atau pembuluh darah arteri yang berhubungan dengan proses ereksi.
- Obat tertentu, seperti obat antidepresan, obat antihipertensi, antinyeri, dll.
- Kondisi psikologis seperti stres, kecemasan, atau depresi.
- Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
Gejala
Keluhan yang umumnya dirasakan oleh penderita disfungsi ereksi adalah sebagai berikut:
- Sulit mengalami ereksi atau mempertahankan ereksi selama hubungan seksual.
- Kesulitan mempertahankan ereksi.
- Menurunnya hasrat seksual.
Disfungsi ereksi juga bisa dikaitkan dengan gangguan seksual seperti ejakulasi dini. Konsultasikan keluhan Anda dengan dokter bila disfungsi ereksi sudah berlangsung selama 3 bulan atau lebih.
Diagnosis
Dokter akan bertanya mengenai keluhan yang dirasakan pasien serta menggali riwayat penyakit pasien yang mungkin menjadi penyebab terjadinya disfungsi ereksi. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik pada penis dan buah zakar untuk mendiagnosis disfungsi ereksi. Beberapa pemeriksaan penunjang juga bisa dilakukan untuk menunjang diagnosis, yaitu:
- Pemeriksaan darah
Sampel darah yang diambil akan dibawa ke laboratorium dan dianalisis. Pemeriksaan darah bisa berguna untuk melihat kadar gula darah, marker penyakit jantung, kadar hormon testosteron, dan kondisi penyakit lain yang mungkin mendasari.
- Urinalisis (pemeriksaan urine)
Pemeriksaan ini juga berfungsi untuk mencari tanda penyakit diabetes atau kondsi penyakit lain.
- USG
Pemeriksaan ini menggunakan alat untuk melihat aliran pembuluh darah di penis. Dokter dapat melihat gambaran pencitraan yang terlihat. Terkadang dokter dapat memberikan obat tambahan untuk menstimulasi aliran darah dan membuat penis ereksi.
- Pemeriksaan psikologis
Pemeriksaan ini untuk melakukan skrining terkait kondisi mental seperti depresi, gangguan kecemasan, atau masalah psikologis lain.
Tata Laksana
Tata laksana atau penanganan disfungsi ereksi disesuaikan dengan penyakit penyebab dan kondisi disfungsi ereksi. Dokter akan memberikan pilihan obat dan terapi yang dapat dipilih oleh pasien.
- Olahraga
Berolahraga secara rutin dan teratur dapat memperbaiki kondisi disfungsi ereksi.
- Obat-obatan
Obat yang biasanya diberikan berfungsi untuk meningkatkan efek nitrit oksida yang secara alami berada di tubuh dan merelaksasi otot penis. Kondisi ini akan meningkatkan aliran darah dan membuat ereksi mudah dicapai saat ada stimulasi seksual. Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat ini terkait efek samping yang bisa timbul.
- Terapi penggantian hormon testosteron
Beberapa penderita disfungsi ereksi bisa memiliki hormon testosteron yang rendah. Pada penderita dengan kadar testosteron rendah bisa direkomendasikan terapi penggantian hormon yang dikombinasikan dengan pengobatan lainnya.
- Konseling psikologis
Terapi ini dilakukan bila disfungsi ereksi terjadi akibat masalah mental seperti stress, kecemasan, atau depresi. Bicarakan dengan pasangan mengenai pilihan terapi ini dan perlu atau tidaknya konseling bersama.
- Implan penis
Jenis pengobatan ini tidak direkomendasikan sebelum mencoba jenis terapi lainnya terlebih dahulu. Seperti prosedur operasi, ada risiko komplikasi yang timbul seperti infeksi.
Komplikasi
Disfungsi ereksi bisa mengganggu hubungan intim dan menimbulkan komplikasi seperti:
- Kehidupan seksual yang tidak memuaskan.
- Stres atau kecemasan.
- Rasa malu atau rendah diri.
- Masalah pada hubungan antar pasangan.
- Tidak mampu memiliki keturunan.
Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi disfungsi ereksi adalah dengan menjaga pola hidup yang sehat. Beberapa langkah yang dapat Anda lakukan adalah:
- Diskusikan dengan dokter Anda jika memiliki kondisi medis seperti diabetes, penyakit jantung, atau kondisi penyakit lainnya.
- Lakukan checkup atau pemeriksaan rutin ke dokter.
- Berhenti merokok.
- Kurangi atau hindari konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang.
- Olahraga teratur. Salah satu pilihan olahraga yang dilakukan adalah senam kegel untuk meningkatkan kekuatan otot lantai panggul.
- Kelola stres.
- Konsultasi dengan psikolog atau psikiater bila Anda memiliki kecemasan, depresi, atau gangguan mental lain.
Kapan Harus ke Dokter?
Berobatlah ke dokter apabila Anda memiliki keluhan gangguan ereksi yang sudah dirasakan selama 3 bulan atau lebih. Dokter akan memeriksa Anda dan bila mencurigai adanya penyakit lain yang mendasari, Anda dapat dirujuk ke dokter spesialis bila perlu.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma