Hiperandrogenisme

Hiperandrogenisme
Ilustrasi hirsutisme pada hiperandrogenisme.

Bagikan :


Definisi

Hiperandrogenisme adalah kondisi dimana tubuh terlalu banyak menghasilkan hormon androgen sehingga kadarnya di dalam darah menjadi terlalu tinggi. Androgen adalah sekelompok hormon seks. Androgen dihasilkan oleh organ reproduksi laki-laki dan perempuan, serta kelenjar adrenal yang berada di atas ginjal.

Pada pria, hormon ini berperan dalam perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seksual laki-laki, seperti perubahan suara yang menjadi berat, pertumbuhan rambut di daerah wajah, dada, ketiak dan kemaluan, serta perkembangan sperma. Wanita juga menghasilkan hormon ini, meskipun dalam jumlah yang lebih sedikit. Pada wanita, androgen akan diubah menjadi hormon estrogen (hormon seks wanita) serta berperan dalam rangsangan dan gairah seksual.

Hiperandrogenisme jarang terjadi pada pria. Pada wanita, kondisi ini terutama disebabkan oleh penyakit polycystic ovary syndrome (PCOS)  atau sindrom ovarium polikistik. Gejala paling umum dari PCOS adalah hirsutisme, yaitu pertumbuhan rambut yang berlebihan di bagian tertentu di tubuh.

 

Penyebab

Berikut ini adalah beberapa penyebab hiperandrogenisme pada wanita.

 

Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)

Penyakit ini adalah penyebab tersering dari hiperandrogenisme, dialami oleh sekitar 10% wanita kelompok usia reproduktif. Penyebab PCOS masih kurang dipahami. PCOS ditandai oleh:

  • Haid yang tidak teratur atau bahkan tidak haid.
  • Pertumbuhan rambut yang berlebihan di wajah dan tubuh.
  • Jerawat terutama di punggung, dada dan wajah.
  • Berat badan berlebih.
  • Bercak kulit yang gelap di ketiak atau lipatan kulit.
  • Kista (kantong berisi cairan) pada ovarium (indung telur).
  • Masalah ketidaksuburan, dll.

 

Menopause

Menopause bukanlah suatu penyakit, namun dapat berhubungan dengan kondisi hiperandrogenisme. Pada wanita pascamenopause, kadar hormon seks wanita (estrogen dan progesteron) turun, namun kadar androgen dari kelenjar adrenal dipertahankan. Hal ini menyebabkan terjadi ketidakseimbangan antara hormon androgen terhadap estrogen, sehingga terjadi peningkatan hormon adrogen dan menimbulkan gejala.

 

Tumor Ovarium dan Kelenjar Adrenal

Tumor pada ovarium maupun kelenjar adrenal dapat menyebabkan peningkatan produksi androgen. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita pascamenopause. Tumor ovarium umunya bersifat jinak, sedangkan tumor kelenjar adrenal dapat bersifat jinak maupun ganas. Kondisi ini adalah penyebab paling jarang hiperandrogenisme, dengan angka kasus diperkirakan sebesar 0,2% dari seluruh kasus hiperandrogenisme.

 

Hiperplasia Adrenal Tidak Klasik

Kondisi ini ditandai dengan produksi androgen yang berlebihan oleh kelenjar adrenal di atas ginjal. Gejala yang dapat timbul adalah haid yang tidak teratur dan gejala hiperandrogenisme, sehingga kondisi ini sering salah didiagnosis sebagai PCOS.

 

Bila Anda ingin membaca lebih lanjut mengenai menopause, Anda bisa membacanya di sini: Menopause - Definisi, Penyebab dan Faktor Risiko.

 

Faktor Risiko

Kondisi yang dapat menyebabkan hiperandrogenisme adalah hiperplasia adrenal yang dimiliki sejak lahir, serta tumor adrenal dan ovarium. Penyakit-penyakit ini lebih mungkin terjadi pada individu yang memiliki keluarga dekat (ibu, ayah, saudara perempuan/laki-laki) yang mengidap kondisi-kondisi ini.

Sementara itu, hiperandrogenisme paling sering disebabkan oleh PCOS. Meskipun penyebab PCOS tidak diketahui dengan pasti, beberapa faktor risiko yang mungkin berperan dalam timbulnya penyakit bisa dilihat di bawah ini.

 

Resistensi Insulin

Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas agar sel tubuh dapat menggunakan gula, sumber energi utama. Jika sel-sel tubuh menjadi resisten terhadap hormon ini, kadar insulin akan menjadi tinggi. Insulin yang tinggi bisa menyebabkan peningkatan produksi hormon androgen. Kondisi ini ditemukan pada penderita diabetes mellitus.

Selain akibat faktor genetik, resistensi insulin terutama terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat, yaitu diet tinggi karbohidrat dan lemak serta aktivitas fisik yang kurang.

 

Peradangan

Proses peradangan atau inflamasi dalam derajat yang normal dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pelepasan sel telur. Pada PCOS, senyawa yang berperan dalam proses peradangan terlalu banyak diproduksi. Proses peradangan juga terjadi dalam jangka waktu yang panjang, sehingg dapat menyebabkan produksi androgen yang berlebihan.

 

Faktor Genetik

Wanita dengan ibu atau saudara perempuan yang memiliki PCOS atau diabetes mellitus tipe 2 memilki kemungkinan yang lebih besar untuk terkena PCOS.

 

Gejala

Gejala-gejala hiperandrogenisme pada wanita adalah sebagai berikut:

  • Hirsutisme

Hormon androgen akan menstimulasi pertumbuhan rambut yang kasar dan memiliki pigmen warna. Pada perempuan, rambut-rambut ini kemudian tumbuh di area tubuh dengan pola pertumbuhan rambut yang biasa ditemukan pada laki-laki, yaitu di:

    • Wajah
    • Bagian tengah dada
    • Punggung
    • Lengan
    • Tungkai
    • Daerah kemaluan
  • Kebotakan

Kebotakan akibat hiperandrogenisme umumnya dimulai dari bagian ubun-ubun kepala.

  • Obesitas

Wanita dengan hipoandrogenisme umumnya memiliki berat badan berlebih atau obesitas, serta mengalami kesulitan dalam menurunkan berat badan.

  • Munculnya jerawat

Androgen menstimulasi produksi minyak dari kelenjar sebasea di bawah kulit. Hal ini dapat menyebabkan munculnya jerawat, terutama pada wajah, dada dan punggung. Jerawat yang timbul dapat berlanjut melewati masa remaja dan bisa sulit diobati.

  • Gangguan siklus menstruasi

Hal ini termasuk haid yang datang terlambat atau tidak haid sama sekali. Gangguan yang terjadi dapat menyebabkan kemandulan (infertilitas).

Peningkatan kadar hormon androgen pada wanita juga bisa menyebabkan virilisasi, sebuah kondisi di mana wanita mulai menunjukkan ciri yang dikaitkan dengan hormon pria. Virilisasi terjadi akibat kelebihan hormon androgen yang berat, ditandai dengan:

  • Suara yang menjadi lebih berat.
  • Pembesaran klitoris.
  • Peningkatan massa otot.
  • Pengecilan payudara.

 

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan wawancara medis dan serangkaian pemeriksaan. Dokter akan mencatat identitas dan riwayat perjalanan penyakit yang dialami pasien, termasuk umur, etnis, durasi gejala, riwayat haid dan riwayat penyakit dalam keluarga. Pemeriksaan fisik kemudian dilakukan untuk mengidentifikasi gejala-gejala hiperandrogenisme.

Selanjutnya, dokter Anda akan melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar hormon di dalam darah. Hal ini bertujuan terutama untuk mengetahui kadar testosteron di dalam darah. Kadar testosteron bebas yang tinggi berhubungan kuat dengan adanya kondisi hiperandrogenisme. Selain itu, pada wanita premenopause pemeriksaan kehamilan juga mungkin dilakukan bersama dengan pemeriksaan hormon lainnya.

Jika ditemukan adanya tanda dan gejala virilisasi atau kadar testosteron yang sangat tinggi, dokter Anda mungkin melakukan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan pada kelenjar ovarium atau adrenal.

  • Pemeriksaan ultrasonography (USG) transvaginal (probe USG dimasukkan ke dalam liang vagina) umumnya dilakukan untuk memeriksa ovarium.
  • CT scan atau MRI dapat dilakukan untuk memeriksa kelenjar adrenal.

 

Tata Laksana

Pengobatan hiperandrogenisme bervariasi berdasarkan keparahan gejala dan penyebab hiperandrogenisme. Secara umum kondisi hiperandrogenisme diatasi dengan mengonsumsi obat. Operasi dilakukan hanya pada tumor ovarium dan adrenal.

 

Obat-Obatan

  • Kontrasepsi

Pil kontrasepsi yang mengandung ethinyl estradiol dapat menurunkan produksi dan kadar androgen dalam darah, sehingga gejala-gejala hiperandrogenisme seperti hirsutisme dan timbulnya jerawat dapat diatasi. Kontrasepsi hormonal lainnya seperti suntik KB, ring vagina dan KB spiral juga dapat digunakan untuk mengatasi hiperandrogenisme.

  • Antiandrogen

Antiandrogen seperti spironolakton dan finasteride dapat ditambahkan ke dalam terapi setelah 6 bulan pemakaian pil kontrasepsi untuk mengatasi gejala hiperandrogenisme. Kedua obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil.

  • Glukokortikoid

Obat golongan glukokortikoid seperti deksametason dapat digunakan untuk menurunkan produksi androgen pada pasien dengan penyakit hiperplasia adrenal kongenital.

  • Pengobatan untuk mengatasi resistensi insulin

Obat diabetes seperti metformin dapat digunakan pada pasien PCOS yang juga mengalami diabetes.

 

Perencanaan Hamil

Jika Anda memiliki rencana untuk hamil, terdapat pengobatan yang dapat diberikan untuk meningkatkan keberhasilan kehamilan. Konsultasikan dengan dokter mengenai pengobatan Anda. Jika pengobatan tidak berhasil, prosedur bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) dapat menjadi pilihan.

 

Penurunan Berat Badan

Selain mengonsumsi obat, penurunan berat badan pada wanita obesitas dengan PCOS juga dapat mengurangi kadar testosteron di tubuh dan memperbaiki gejala hiperandrogenisme. Namun, perubahan gaya hidup memiliki efek yang terbatas untuk mengatasi hiperandrogenisme, sehingga hal ini tidak boleh menjadi satu-satunya hal yang dilakukan.

 

Bila Anda ingin membaca lebih lanjut mengenai deksametason, Anda bisa membacanya di sini: Dexamethasone - Cara Kerja, Indikasi dan Kontraindikasi.

 

Komplikasi

  • Kesuburan dan kehamilan

Wanita dengan hiperandrogenisme memiliki gangguan dalam ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur) dengan derajat yang berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi sebagai haid yang datang terlambat, tidak haid sama sekali, atau darah haid sangat banyak. Bisa terjadi juga gangguan kesuburan. Jika hamil, wanita dengan kondisi hiperandrogenisme lebih mungkin untuk mengalami keguguran.

  • Gangguan kosmetik

Gejala-gejala seperti tumbuhnya rambut yang berlebihan di tubuh, kebotakan, obesitas dan jerawat dapat menyebabkan penurunan kepercayaan diri dan masalah psikologis penderita hiperandrogenisme.

  • Risiko kardiovaskular

Hiperandrogenisme dihubungkan dengan kondisi kardiovaskular serius, seperti tekanan darah dan penyakit jantung.

  • Metabolisme

Resistensi insulin dan peningkatan kadar lemak di darah bisa terjadi dalam kondisi ini. Gangguan metabolik serius yang dapat terjadi adalah diabetes mellitus tipe 2 serta penyakit jantung dan pembuluh darah.

 

Pencegahan

Tidak ada langkah pencegahan pasti yang dapat menghindari seseorang terkena hiperandrogenisme. Hal ini dikarenakan penyebab dan faktor risiko penyakit ini tidak diketahui secara pasti, serta dapat bervariasi antara setiap orang.

Namun begitu, yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jangka panjang penyakit ini adalah melakukan check-up kesehatan rutin. Hal ini penting terutama jika Anda memiliki keluarga dengan penyakit ini, memiliki siklus haid yang tidak teratur, atau diabetes. Pasien dengan hiperandrogenisme dapat mengurangi gejala dengan cara merubah gaya hidup, yaitu diet gizi seimbang dan berolahraga.

 

Kapan Harus ke dokter?

Segera pergi ke dokter jika Anda memiliki:

  • Siklus haid yang sangat tidak teratur.
  • Rambut yang tumbuh berlebihan pada dada, punggung, wajah, dan daerah kemaluan.
  • Kebotakan.
  • Kehamilan yang tidak kunjung datang.

Anda bisa memeriksakan diri lebih lanjut untuk mengetahui apakah kekhawatiran Anda adalah sesuatu yang normal atau mengarah ke suatu kondisi medis tertentu.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Arifin Muhammad Siregar
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Kamis, 13 April 2023 | 15:28

Cleveland Clinic. (2022). Androgens: Function, Measurement and Related Disorders. Retrieved 9 October 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/articles/22002-androgens#.

Fertilitypedia. (2022). Fertilitypedia - Hyperandrogenism. Retrieved 9 October 2022, from https://fertilitypedia.org/edu/diagnoses/hyperandrogenism#/self_therapy_panel.

Sharma, A., & Welt, C. (2021). Practical Approach to Hyperandrogenism in Women. Medical Clinics Of North America, 105(6), 1099-1116. doi: 10.1016/j.mcna.2021.06.008.

The American College of Obstetricians and Gynecologists. (2020). Screening and Management of the Hyperandrogenic Adolescent. Retrieved 9 October 2022, from https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/committee-opinion/articles/2019/10/screening-and-management-of-the-hyperandrogenic-adolescent.

Konar, H. (2020). DC Dutta's Textbook of gynecology (pp. 481-483). [S.l.]: Jaypee Brothers Medical P.

Sadeghi, H., Adeli, I., Calina, D., Docea, A., Mousavi, T., & Daniali, M. et al. (2022). Polycystic Ovary Syndrome: A Comprehensive Review of Pathogenesis, Management, and Drug Repurposing. International Journal Of Molecular Sciences, 23(2), 583. doi: 10.3390/ijms23020583.

Cleveland Clinic. (2022). Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS): What Is It, Causes, Symptoms & Treatment. Retrieved 9 October 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/8316-polycystic-ovary-syndrome-pcos.

Centers for Disease Control and Prevention. (2020). PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) and Diabetes. Retrieved 9 October 2022, from https://www.cdc.gov/diabetes/basics/pcos.html.

Cleveland Clinic. (2022). Hirsutism: What It Is, In Women, Causes, PCOS & Treatment. Retrieved 9 October 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14523-hirsutism.

Mayo Clinic. (2022). Congenital adrenal hyperplasia - Symptoms and causes. Retrieved 9 October 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/congenital-adrenal-hyperplasia/symptoms-causes/syc-20355205#:~:text=Risk%20factors,genetic%20change%20for%20the%20disorder.

Centers for Disease Control and Prevention. (2022). Ovarian Cancer What Are the Risk Factors?. Retrieved 9 October 2022, from https://www.cdc.gov/cancer/ovarian/basic_info/risk_factors.htm.