Abses Perianal

Abses Perianal

Bagikan :


Definisi

Abses perianal adalah benjolan berisi nanah yang terletak di tepi anus atau dubur. Abses timbul karena adanya proses infeksi. Abses perianal merupakan jenis abses anorektal yang paling umum. Daerah anorektal meliputi rektum, yaitu ujung dari usus besar yang berhubungan dengan anus, anus, dan daerah di sekitar anus.

Terkadang, abses perianal dianggap remeh oleh pasien sehingga tidak segera diperiksakan. Kebanyakan dari pasien mengira bahwa keluhan yang muncul adalah karena wasir. Pada abses yang lebih lanjut, dapat menyebabkan ketidaknyamanan berupa nyeri. Jika tidak diobati, abses dapat meluas ke bagian dalam anus, bahkan meluas ke jaringan lunak di samping anus. Pada kondisi yang berat, infeksi juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui aliran darah. 

Usia rata-rata pasien abses perianal adalah 40 tahun. Laki-laki dewasa lebih berisiko dua kali lipat dibandingkan perempuan. Faktor risiko abses perianal mencakup kondisi apapun yang dapat menurunkan sistem imun atau memperlambat penyembuhan luka seperti merokok, konsumsi obat penekan sistem imun, atau sakit diabetes. Abses perianal juga merupakan faktor risiko terjadinya abses perirektal.

Abses perianal dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa, kelelahan, keluarnya cairan dari dubur, serta demam. Pada beberapa kasus, abses dapat menyebabkan fistula (saluran tidak normal yang menghubungkan dua bagian tubuh yang seharusnya terpisah) anal yang menyakitkan. Fistula terbentuk ketika abses tidak kunjung sembuh dan pecah di permukaan kulit. Abses yang menimbulkan fistula ini dapat menyebabkan rasa nyeri hebat dan mungkin memerlukan pembedahan.

 

Penyebab

Penyebab abses perianal meliputi:

  • Sumbatan dan infeksi kelenjar di rektum atau anus (90%)
  • Infeksi menular seksual (IMS)
  • Fisura ani (robekan pada otot anus) yang terinfeksi 
  • Penyakit Crohn atau kolitis ulserativa, yaitu penyakit radang usus karena autoimun
  • Diabetes
  • Gangguan sistem imun pada HIV atau AIDS
  • Seks anal, meningkatkan risiko abses dubur pada pria dan wanita
  • Cedera atau trauma anus, salah satunya pada seks anal
  • Konsumsi obat penekan sistem imun
  • Kemoterapi
  • Konstipasi
  • Diare
  • Balita atau anak-anak dengan riwayat fisura ani berisiko lebih tinggi mengalami abses dubur di kemudian hari. Fisura ani mungkin terjadi pada anak-anak yang memiliki riwayat konstipasi (sembelit)

 

Faktor Risiko

Kondisi berikut dapat meningkatkan risiko Anda mengalami abses perianal:

  • Infeksi menular seksual (IMS)
  • Penyakit Crohn, yaitu penyakit peradangan usus
  • Obat-obatan tertentu, kemoterapi 
  • Obat yang menekan sistem imun
  • Benda asing yang ditempatkan di rektum (biasanya saat berhubungan seks)
  • Fisura ani, terkait dengan konstipasi (sembelit) yang berlangsung lama
  • Diabetes
  • Kehamilan

Diketahui juga bahwa salah satu faktor risiko abses perianal adalah merokok. Merokok juga menjadi penyebab utama komplikasi. Sementara, faktor risiko lain seperti penyakit Crohn, diabetes mellitus, dan riwayat abses anorektal sebelumnya tidak berpengaruh terhadap timbulnya komplikasi.

 

Gejala

Gejala abses perianal yang juga serupa dengan abses anorektal lainnya, meliputi:

  • Nyeri pada dubur, dapat terasa tumpul, tajam, sakit, atau berdenyut
  • Nyeri memberat saat buang air besar
  • Pembengkakan atau nyeri tekan pada daerah sekitar anus
  • Keluar nanah atau darah dari dalam benjolan abses
  • Konstipasi atau sembelit
  • Diare
  • Demam akibat infeksi
  • Kelelahan
  • Tampak benjolan berwarna merah, bengkak, dan lunak di tepi anus
  • Kesulitan buang air kecil

Abses yang terjadi lebih dalam di bagian rektum akan menyebabkan rasa sakit atau tidak nyaman di daerah perut. Kondisi ini sering terjadi pada pasien dengan penyakit radang usus. Pada balita, gejala biasanya berupa tanda ketidaknyamanan atau rasa sakit yang menyebabkan anak rewel. Benjolan juga dapat terlihat atau terasa di sekitar area anus.

 

Diagnosis

Dalam mendiagnosis, dokter akan menanyakan keluhan dan riwayat kesehatan pasien terlebih dahulu. Lalu melakukan pemeriksaan fisik serta penunjang. Pemeriksaan fisik dapat menyingkirkan penyebab nyeri dubur lainnya seperti wasir.

Pada abses perianal, akan terlihat benjolan lunak berwarna kemerahan pada tepi anus. Jika abses meluas, dapat menyebabkan selulitis, yaitu peradangan kulit dan jaringan di bawah kulit.

Abses perianal yang terletak lebih dalam sering tidak menunjukan tanda yang khas pada permukaan kulit di sekitar anus. Pemeriksaan colok dubur dapat dilakukan untuk memeriksa benjolan yang lebih dalam. Pada kondisi ini, dokter akan melakukan pemeriksaan endoskopi untuk melihat ke dalam saluran anus dan rektum.

Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan USG, CT scan, atau MRI untuk mendapatkan gambaran abses yang lebih baik. CT scan atau MRI digunakan pada kasus kecurigaan abses tanpa tanda-tanda khas, terutama pada kasus nyeri anorektal yang tidak ditemukan penyebab lainnya atau pada pasien dengan gangguan sistem imun yang tidak memiliki tanda dan gejala khas.

MRI merupakan metode pencitraan yang lebih disukai karena dapat menunjukan gambaran abses kecil pada pasien dengan gangguan sistem imun. USG anorektal dapat digunakan, namun lebih tidak nyaman karena dapat memperberat nyeri.

Pada pemeriksaan darah, akan terlihat peningkatan jumlah sel darah putih, yaitu tanda infeksi bakteri. Namun, tidak adanya peningkatan sel darah putih tidak dapat menyingkirkan diagnosis. Pengobatan abses yang tepat, yaitu drainase. Drainase adalah tindakan mengeluarkan cairan abses yang berupa nanah.

Pasien dengan abses berat dan berulang perlu dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit Crohn. Tes yang dilakukan antara lain tes darah, pencitraan, dan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar menggunakan alat khusus berkamera yang dimasukan melalui anus).

 

Tata Laksana

Munculnya abses perianal merupakan tanda perlu dilakukannya tindakan insisi dan drainase tepat waktu. Insisi adalah tindakan penyayatan kulit untuk melakukan drainase (mengeluarkan cairan nanah/abses). Pemberian antibiotik saja belum memadai dan tidak tepat pada kasus abses perianal.

Setelah sayatan dan drainase dilakukan, tidak perlu diberikan antibiotik kecuali ada masalah medis tertentu seperti penyakit katup jantung, gangguan sistem imun, diabetes, atau dalam keadaan sepsis (perluasan infeksi ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah). Antibiotik juga dipertimbangkan pada pasien dengan selulitis yang cukup luas.

Sayatan dan drainase dapat dilakukan di klinik ataupun di UGD. Sebelum tindakan, terlebih dahulu dilakukan bius lokal pada jaringan di sekitar abses. Sayatan dibuat sedemikian rupa agar meminimalisasi terbentuknya fistula. Dokter akan memastikan kembali tidak ada kantong abses yang tertinggal.

Setelah operasi, pasien disarankan untuk mandi air hangat (bukan air panas) agar membantu mengurangi pembengkakan dan memungkinkan drainase abses lebih banyak. Pasien juga harus selalu menjaga kebersihan daerah sekitar insisi dan drainase. 

Abses yang lebih luas mungkin memerlukan tindakan di ruang operasi untuk memastikan drainase yang memadai dan memeriksa kemungkinan penyakit atau komplikasi lain. Pengobatan dan perawatan selanjutnya bergantung pada kondisi dan riwayat kesehatan pasien, apakah memiliki penyakit penyerta atau tidak.

 

Komplikasi

Komplikasi abses perianal antara lain:

  • Sepsis 
  • Abses yang berulang
  • Terbentuk fistula, baik karena perjalanan penyakit atau akibat tindakan operasi
  • Tidak dapat menahan BAB, baik karena perjalanan penyakit atau akibat tindakan operasi

Sementara, komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan operasi antara lain:

  • Infeksi
  • Fisura ani (robekan atau luka di anus)
  • Abses berulang
  • Terbentuk jaringan parut

Setelah abses atau fistula anus sembuh total, kecil kemungkinan masalah akan muncul kembali. Namun, tetap ikuti saran dokter Anda untuk mencegah kekambuhan. 

 

Pencegahan

Cara pencegahan abses perianal belum banyak diketahui. Namun, beberapa langkah berikut dapat Anda lakukan untuk mengurangi risikonya:

  • Mencegah IMS. Jika terlanjur mengalami infeksi, lakukan pengobatan dengan benar
  • Menggunakan kondom, terutama saat seks anal, adalah salah satu cara mencegah IMS
  • Menjaga kebersihan daerah anus
  • Pahami faktor risiko dan kelola kondisi kesehatan yang meningkatkan risiko abses perianal, seperti pada penyakit diabetes atau gangguan imun

 

Kapan Harus ke Dokter?

Abses perianal dapat menyebabkan komplikasi, namun dapat diobati. Jika Anda mengalami tanda atau gejala abses perianal di atas, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan dan mencegahnya menjadi lebih buruk.

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Aprilia Dwi Iriani
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Kamis, 3 November 2022 | 07:19

Wint C, Solan M, and Wu B. (2017). Anak/rectal abscess. Retrieved 28 Desember 2021, from https://www.healthline.com/health/anorectal-abscess

 

Sigmon DF, Emmanuel B, and Tuma F. (2020). Perianal abscess. StatPearls Publishing LLC. Retrieved 28 Desember 2021, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459167/

 

Ansorge R. (2019). Anal abscess. Retrieved 28 Desember 2021, from https://www.webmd.com/a-to-z-guides/anal-abscess

 

Anorectal abscess. (2021). Retrieved 28 Desember 2021, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/anorectal-abscess

 

Hebra A. (2020). Anorectal abscess. Retrieved 28 Desember 2021, from https://emedicine.medscape.com/article/191975-overview#a8

 

Abdelrahim WE, Ahmed AYYM, and Mohamed KAWAM. (2018). Risk Factors and Complications for Anorectal Abscess in Sudanese Patients: A Case-Controlled Study. 7(1): 7-11. doi:10.5923/j.surgery.20180701.02