Gua sha adalah metode penyembuhan tradisional China. Metode ini mirip dengan kerokan di Indonesia. Caranyapun sama, yaitu menekan dan menggerakkan alat atau koin bertepi halus pada titik-titik tertentu tubuh.
Yuk, ketahui lebih lanjut mengenai gua sha!
Mengenal Gua Sha, Metode Penyembuhan Tradisional China
Gua Sha berasal dari budaya Tiongkok kuno. Pengobatan tradisional ini termasuk bentuk pengobatan tradisional Tiongkok tertua yang pernah tercatat dalam sejarah.
Dalam teks medis Dinasti Ming (1368-1644) tercatat bahwa metode ini digunakan untuk "mengikis penyakit". Seperti arti katanya gua berarti mengikis, dan sha berarti pasir. Yang menunjukkan bahwa gerakan gua sha ditujukan untuk mengikis penyakit.
Hingga saat ini gua sha masih banyak dipraktikkan sebagian besar keluarga. Teknik pengobatan tradisional China ini, bahkan menyebar di berbagai belahan dunia. Gua sha juga digunakan oleh ahli akupunktur, terapis pijat, chiropractor dan terapis fisik.
Baca Juga: Pengobatan Tradisional Akupunktur: Manfaat dan Prosedur Pelaksanaannya
Bagaimana Cara Kerja Gua Sha?
Alat yang digunakan untuk mempraktikkan gua sha adalah alat bersisi halus, misalnya seperti sendok kayu kecil, tanduk kerbau, batu permata atau koin. Alat tersebut ditekan dan digosokkan di atas kulit dengan satu arah sampai menimbulkan bintik-bintik kecil bulat berwarna merah.
Gua sha sering kali diaplikasikan di punggung, leher, pantat, lengan dan kaki.
Bintik-bintik kecil berwarna merah bekas gerakan alat disebut dengan petechiae. Dalam dunia medis, petechiae menandakan adanya perdarahan di bawah kulit. Sedangkan dalam perspektif pengobatan Tiongkok, merangsang petechiae pada titik-titik tertentu diyakini mendorong aliran energi dan darah yang sehat.
Manfaat Gua Sha bagi Tubuh
Gua sha dapat membantu mengurangi peradangan dan meredakan beberapa gejala kondisi berikut:
Sakit Kepala Migrain
Jika sakit kepala migrain yang Anda rasakan tidak hilang dengan obat, maka Anda perlu mencoba gua sha. Gua sha patut dicoba untuk mengatasi sakit kepala migrain yang muncul pada periode menstruasi.
Metode ini juga dapat membuat tubuh lebih rileks. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang hal ini.
Mengatasi Pembengkakan Payudara
Payudara yang membengkak banyak dialami ibu menyusui. Pembengkakan ini mungkin terjadi saat payudara penuh dengan susu. Untuk meredakan nyeri dan pembengkakan, ibu menyusui disarankan melakukan gua sha untuk memudahkan mereka menyusui.
Meredakan Ketegangan pada Leher
Teknik gua sha dikatakan efektif menyembuhkan sakit leher kronis dibandingkan dengan metode kompres hangat.
Meredakan Gejala Perimenopause
Wanita yang mendekati menopause dapat mengalami gejala perimenopause seperti menstruasi tidak normal, hot flashes, masalah tidur dan perubahan suasana hati. Menurut penelitian, wanita yang melakukan gua sha seminggu sekali selama 8 minggu, memperlihatkan gejala perimenopause yang membaik.
Baca Juga: Seperti Apa Penyebab dan Gejala Perimenopause?
Mengurangi Peradangan Hati Kronis pada Hepatitis B
Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyebabkan peradangan, kerusakan dan jaringan parut pada hati. Menurut sebuah penelitian, gua sha dapat mengurangi peradangan hati kronis. Walaupun demikian, masih dibutuhkan penelitian mendalam lebih lanjut terkait hal ini.
Membantu Meredakan Gejala Sindrom Tourette
Sindrom Tourette adalah gangguan yang melibatkan gerakan berulang atau suara seperti bunyi "tik" yang tidak dapat dikontrol. Sindrom ini muncul di antara usia 2-15 tahun. Anak laki-laki cenderung lebih mungkin mengalami sindrom Tourette dibandingkan anak perempuan.
Dalam sebuah penelitian, penderita sindrom Tourette diberikan perawatan gua sha dan kombinasi lain seperti akunpunktur, mengubah pola gaya hidup, mengonsumsi jamu dan terapi gua sha seminggu sekali. Selama 35 minggu, gejala sindrom Tourette terlihat membaik hingga 70%. Para peneliti masih terus mengembangkan penelitian terhadap hal ini.
Bagaimana, apakah Anda juga tertarik mempraktekkan pengobatan tradisional Tiongkok ini?
Mau tahu tips dan trik kesehatan, pertolongan pertama, dan home remedies lainnya? Cek di sini, ya!
- dr. Monica Salim