Gumoh pada anak

Bagikan :


Definisi

Gumoh atau dalam bahasa kedokteran disebut sebagai gastroesophageal reflux, merupakan sebuah kejadian dimana isi lambung berupa makanan, minuman, atau sekresi kelenjar saluran cerna, kembali menuju ke kerongkongan, bahkan dapat keluar melalui mulut.

Dalam sehari, anak dapat mengalami gumoh beberapa kali. Tak jarang gumoh juga terjadi setiap anak selesai disusui atau diberi makan. Gumoh merupakan sebuah proses fisiologis yang normal ditemukan pada bayi. Kondisi ini lumrah ditemukan pada anak berusia 2 – 3 minggu dengan puncaknya pada usia 4 – 5 bulan.

Normalnya, gumoh akan menghilang seiring dengan makin sempurnanya perkembangan fungsi saluran cerna pada anak, terutama saat anak mulai dapat duduk dan mendapatkan MPASI berupa makanan padat. Rata-rata gumoh akan hilang pada usia 12 bulan ke atas.

Penyebab

Gumoh pada bayi terjadi dikarenakan adanya relaksasi sementara dari cincin otot bagian bawah kerongkongan atau sfringter esofagus. Cincin otot ini berfungsi untuk mencegah kembalinya isi makanan dalam lambung ke dalam kerongkongan. Pada bayi, cincin otot ini belum berfungsi dengan baik sehingga makanan yang berada di dalam lambung kembali masuk ke dalam kerongkongan, bahkan dapat keluar melalui mulut.

Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya gumoh, salah satunya adalah usia bayi yang masih kurang dari 12 bulan. Pada usia ini, cincin otot bagian bawah kerongkongan masih belum berkembang secara sempurna sehingga makanan dalam lambung dapat kembali menuju ke kerongkongan.

Selain usia, posisi bayi setelah disusui atau diberi makan turut dapat menyebabkan terjadinya gumoh. Bayi cenderung akan mengalami gumoh jika ditidurkan setelah minum susu, terutama jika anak tidur dalam posisi tengkurap segera setelah selesai disusui. Saat bayi ditidurkan, diposisi kepala bayi akan lebih rendah atau sejajar dengan lambung. Hal ini dapat menyebabkan makanan di dalam lambung dapat kembali masuk ke dalam kerongkongan.

Bayi juga cenderung akan mengalami gmh jika diayun atau ditimang segera setelah disusui atau diberi makan. Saat tubuh bayi diayun, gerakan ini akan memberikan rangsangan pada lambung sehingga makanan dalam lambung dapat kembali ke kerongkongan.

Diketahui terdapat juga beberapa faktor lain yang dapat menyebakan gumoh, seperti terlalu banyak menelan udara (aerophagia), adanya kelainan struktur pada kerongkongan, anak makan dalam jumlah terlalu banyak, dan adanya alergi pada anak.

Gejala

Pada dasarnya, gumoh merupakan kejadian fisiologis yang tidak berbahaya. Bayi yang mengalami gumoh akan mengeluarkan makanan yang sudah dimakan melalui mulut tanpa disertai adanya dorongan otot perut. Anak cenderung lebih tenang dan tidak rewel. Berbeda dengan muntah. Muntah merupakan peristiwa keluarnya isi lambung hingga melewati mulut, tapi disertai dengan adanya dorongan otot perut dan menyebabkan anak menjadi lebih rewel.

Diagnosis

Untuk menegakan diagnosis pada kasus gumoh, dokter biasanya akan melakukan anamnesis dan serangkaian pemeriksaan. Penegakan diagnosis pada gumoh pada umumnya dapat berdasarkan anamesis dan pemeriksaan fisik. Jika anak anda dalam kondisi sehat dan tumbuh sesuai dengan usianya, pemeriksaan lebih lanjut biasanya tidak dibutuhkan. Jika anak mengalami gangguan pada pertumbuhan dan menunjukan adanya gejala yang membahayakan, maka dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan berupa pemantauan pH atau tingkat keasaman kerongkongan dengan menggunakan pH-meteri. Makanan dari lambung akan membawa asam lambung melewati kerongkongan. Untuk mengetahui tingkat keasaman pada kerongkongan tersebut, dilakukan pemeriksaan ini.

Asam lambung memiliki sifat yang korosif yang dapat merusak permukaan dinding kerongkongan. Kerusakan ini akan menyebabkan suatu penyakit yang disebut dengan Barret esofagus. penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yang lebih buruk sehingga perlu diketahui secara dini agar mendapatkan penanganan yang tepat dengan segera. Untuk mengetahui adanya kerusakan pada kerongkongan tersebut, dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan endoskopi.

Selain pemantauan dengan pH-metri, dapat juga dilakukan pemerikaan endoskopi. Pemeriksaan endoskopi adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan cara memasukan sebuah tabung panjang dan fleksibel yang sebut sebagai endoscope. Bagian ujung endoscope dilengkapi dengan sebuah kamera kecil agar dokter dapat melihat dan menilai kondisi kerongkongan. Endoscope kemudian akan dimasukan melalui mulut untuk melihat kerongkongan.

Pemeriksaan endoskopi dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan pada permukaan dinding kerongkongan (mukosa esofagus) yang disebabkan oleh reflux atau gumoh. Pemeriksaan endoskopi direkomendasikan agar diikuti dengan pemeriksaan biopsy pada kerongkongan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya penyakit lain selain gastroesophageal relux.

Pemeriksaan tambahan lain seperti skintigrafi nuklir juga dapat dilakukan jika gumoh yang dialami oleh anak diikuti dengan gejala lain berupa gejala pada saluran pernapasan seperti batuk dan bersin jangka Panjang yang tidak kunjung sembuh.

Pada beberapa kondisi, dokter juga dapat menyarankan untuk dilakukannya pemeriksaan barium meal dan X-ray. Hal ini dilakukan jika dokter mencurigai adanya kelainan struktur pada kerongkongan anak.

Tatalaksana

Penatalaksanaan gumoh yang terjadi pada anak dilakukan berdasarkan penyebabnya. Jika gumoh yang dialami oleh anak anda disebabkan oleh GERD, dokter akan meresepkan obat untuk menanganinya. Untuk mencegah terjadinya gumoh atau GER atau gastroesophageal reflux, orangtua dapat menerapkan teknik pemberian makan yang tepat sehingga anak tidak mengalami gumoh.

Komplikasi

Pada umumnya gumoh tidak berbahaya. Namun jika bayi terlalu sering gumoh, hal ini dapat menyebabkan dehidrasi. Anak pada fase awal kehidupan sangat sensitive terhadap dehidrasi. Pastikan anak tetap mendapatkan cairan yang cukup.

Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya gumoh, terdapat teknik pemberian makan yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah, yaitu:

  1. Beri porsi makan atau porsi pemberian susu yang lebih kecil dari biasanya.
  2. Lakukan pemberian makan porsi kecil namun sering
  3. Posisikan anak dalam keadaan tegak selama 20-30 menit setelah menyusui. Hindari untuk menidurkan, meninmang, atau mengayun tubuh anak segera setelah menyusui.
  4. Hindari penggunaan popok atau pakaian ketat pada anak. Hal ini dapat memberikan tekanan pada perut bayi.
  5. Hindari bayi tidur dalam posisi tertelungkup. Hal ini dapat menyebabkan makanan keluar dari lambung dan masuk ke paru. Selain dapat menyebabkan terjadinya gumoh, hal ini juga dapat menyebabkan kematian pada anak (SID).

Kapan Harus Ke Dokter?

Gumoh pada bayi merupakan hal normal yang tidak perlu dikhawatirkan. Namun, jika gumoh pada bayi diikuti dengan beberapa gejala seperti:,

  • Berat badan turun atau berat badan anak tidak mengalami kenaikan meskipun sudah diberi makan dalam jumlah cukup,
  • Anak tidak napsu makan,
  • Anak rewel atau sering menangis terutama saat makan,
  • Anak muntah dengan sekuat tenaga,
  • Anak mengeluarkan muntah berwarna hijau, kuning, merah, atau berwarna serta bertekstur seperti serbuk kopi,
  • Terdapat darah pada kotoran anak,
  • Adanya gangguan napas seperti bersin atau batuk yang terjadi cukup lama, atau adanya kesulitan bernapas,
  • Anak tersedak saat menyusui dan wajah berubah menjadi kebiruan,
  • Adanya muntah disertai dengan diare.

Bisa jadi gumoh yang dirasakan oleh anak Anda bukan gumoh biasa, namun dapat berupa tanda suatu masalah serius. Segera bawa anak anda ke dokter anak jika menemukan gejala-gejala di atas.

Selain itu, jika anak tetap mengalami gumoh setelah usia 12-18 bulan, anak perlu dibawa ke dokter anak agar dapat dilakukan evaluasi lebih lanjut.

Writer : dr Sherly Deftia Agustina
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 16:12

Lightdale, J. R. et al. (2013) ‘Gastroesophageal reflux: Management guidance for the pediatrician’, Pediatrics, 131(5). doi: 10.1542/peds.2013-0421.

Fk.ui.ac.id. (2019, 10 Mei). Bayi Sering Muntah? Kena GER atau GERD? – Info Sehat FKUI. Diakses pada 20 Januari 2022, dari https://fk.ui.ac.id/infosehat/bayi-sering-muntah-kena-ger-atau-gerd/

Webmd.com. (2020, 21 Agustus). Your Baby: Spitting Up and Vomiting. Diakses pada 20 Januari 2022, dari https://www.webmd.com/parenting/baby/spitting-up

Healthline.com. (2019, 20 November). Baby Spit Up: Is Spitting Up This Much Normal?. Diakses pada 20 Januari 2022, dari https://www.healthline.com/health/baby/baby-spit-up

HealthyChildren.org. (2019, 9 April). Why Babies Spit Up. Diakses pada 20 Januari 2022, dari https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Why-Babies-Spit-Up.aspx

Mayoclinic.org. (2020, 27 Agustus). Upper endoscopy - Mayo Clinic. Diakses pada 20 Januari 2022, dari https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/endoscopy/about/pac-20395197

Mayoclinic.org. (2021, 3 November). Spitting up in babies: What's normal, what's not - Mayo Clinic. Diakses pada 20 Januari 2022, dari https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/healthy-baby/art-20044329

Medscape.com. (2019, 14 Maret). Pediatric Gastroesophageal Reflux Clinical Presentation: History, Physical Examination . Diakses pada 20 Januari 2022, dari https://emedicine.medscape.com/article/930029-clinical

 

Mayoclinic.org. (2020, 17 Desember). Infant reflux - Diagnosis and treatment - Mayo Clinic. Diakses pada 20 Januari 2022, dari https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/infant-acid-reflux/diagnosis-treatment/drc-20351412