Definisi
Anti HIV adalah antibodi terhadap virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang terbentuk saat seseorang terinfeksi virus HIV. Antibodi adalah suatu protein yang dilepaskan oleh sistem imun tubuh sebagai respon tubuh terhadap infeksi virus HIV. Virus HIV menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), di mana penyakit tersebut menyerang sistem imun tubuh. Hal ini menyebabkan penurunan sistem imun sehingga kemampuan dalam melawan infeksi dan penyakit lainnya juga menurun.
Antibodi yang dihasilkan oleh tubuh terhadap virus ini membutuhkan waktu yang lama yaitu sekitar 6-12 minggu pasca terinfeksi, sehingga antibodi ini baru bisa terdeteksi setelah memasuki minggu ke 6-12 atau bahkan lebih lama. Sistem imun tubuh memerlukan beberapa minggu atau lebih tergantung pada kondisi tubuh individu untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini terdeteksi dalam darah, air liur atau urin melalui pemeriksaan antibodi HIV. Pemeriksaan antibodi HIV ini biasanya dilakukan untuk skrining orang-orang yang memiliki risiko terinfeksi HIV, namun pemeriksaan ini tidak dapat mendeteksi keberadaan virus dan jumlahnya. Pemeriksaan ini juga tidak dapat digunakan pada awal infeksi virus. Melakukan pemeriksaan ini terlalu cepat tidak akan memberikan hasil yang akurat karena tidak dapat menggambarkan kondisi tubuh yang sebenarnya.
Saat ini, berdasarkan data dari WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2020 terdapat 37.7 juta orang di dunia yang terinfeksi HIV. Dan masih ada beberapa kasus yang belum terdeteksi atau terdiagnosis. Sehingga memungkinkan penularan virus HIV meningkat. Selain itu, infeksi virus HIV menyebabkan kematian hingga 680.000 jiwa pada tahun 2020. Infeksi virus HIV dapat terjadi pada dewasa dan anak yang memiliki faktor risiko, seperti penggunaan jarum suntik bersama, hubungan seksual bebas, bayi atau anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV. Dengan mengetahui status infeksi HIV lebih awal, maka dapat segera memperoleh terapi, mencegah komplikasi dan mencegah penularan lebih lanjut.
Indikasi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada beberapa kondisi medis dan tujuan tertentu seperti di bawah ini:
- Gejala pada infeksi virus HIV seperti demam, kelelahan, pembengkakan kelenjar limfe, diare, berat badan menurun, infeksi jamur pada mulut, mengalami infeksi herpes zoster dan infeksi pada jaringan paru (pneumonia).
- Skrining pada orang yang memiliki faktor risiko tinggi terinfeksi virus HIV, seperti hubungan seksual sesama jenis, memiliki pasangan seksual lebih dari satu, menggunakan narkoba suntik bersama dengan yang lain, memiliki riwayat infeksi menular seksual lainnya, bayi atau anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV, ibu hamil dan berhubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi HIV.
- Diagnosis infeksi virus HIV
Kontraindikasi
Tidak ada kondisi medis tertentu yang menyebabkan pemeriksaan ini tidak dilakukan.
Persiapan Sebelum Pemeriksaan
Tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan. Namun sebaiknya Anda informasikan gejala yang dialami dan juga seluruh riwayat lainnya kepada dokter dengan jelas, seperti pasangan seksual, kebiasaan seksual, penggunaan narkoba suntik, pekerjaan, riwayat infeksi seksual lainnya. Hal ini dapat membantu dokter menyesuaikan hasil pemeriksaan yang diperoleh dengan riwayat Anda, serta dapat menentukan pemeriksaan lanjutan jika diperlukan.
Prosedur Pemeriksaan
Pemeriksaan menggunakan sampel darah yang diambil dari pembuluh darah vena.
- Petugas akan menentukan lokasi pengambilan sampel darah yaitu pada lipatan lengan.
- Petugas akan memasang karet pengikat (tourniquet) pada lengan dan memberikan instruksi untuk mengepalkan tangan.
- Petugas akan membersihkan kulit lipatan lengan dengan cairan antiseptik seperti kapas alkohol atau swab alkohol.
- Setelah kering petugas akan menusukkan jarum suntik pada lokasi pengambilan sampel.
- Darah akan ditampung pada tabung jarum suntik sesuai dengan kebutuhan yaitu sekitar 0.3 mL-0.5 mL.
- Selanjutnya tourniquet akan dilepas dan jarum suntik akan dikeluarkan dari lokasi penyuntikan dan petugas akan menekan bekas tempat penyuntikan dengan kapas alkohol.
- Sampel darah siap untuk dikirim ke laboratorium dan dilakukan analisis menggunakan suatu alat.
Nilai Normal dan Abnormal
Pemeriksaan anti HIV yang normal adalah negatif, yang artinya tidak ditemukan antibodi dalam tubuh atau jumlah antibodi masih sedikit sehingga belum cukup untuk terdeteksi. Nilai abnormal dari pemeriksaan ini adalah positif, yang artinya terdapat antibodi dalam tubuh dari infeksi virus HIV. Namun pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan untuk membantu diagnosis.
Hasil dan Saran
Jika hasil pemeriksaan HIV Anda negatif, maka kondisi ini dapat menggambarkan 2 kondisi yang terjadi pada tubuh Anda.
- Anda tidak terinfeksi atau terpapar virus HIV sehingga tidak ada antibodi yang terdeteksi dalam tubuh Anda.
- Sebenarnya terinfeksi virus HIV, namun karena terlalu cepat melakukan pemeriksaan antibodi HIV sehingga antibodi tidak ada atau masih sedikit untuk terdeteksi. Pembentukan antibodi membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga jika melakukan pemeriksaan terlalu cepat maka hasilnya dapat menunjukkan seolah-olah negatif.
Oleh karena itu, jika memiliki faktor risiko tinggi mengalami infeksi HIV, dokter biasanya akan menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan anti HIV ulang beberapa minggu atau bulan kemudian. Atau dapat dilakukan pemeriksaan HIV lainnya seperti pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan antigen/antibodi HIV, pemeriksaan PCR ELISA HIV dan pemeriksaan NAT untuk mendeteksi materi genetik virus HIV.
Namun apabila hasil pemeriksaan anti HIV justru menunjukkan positif, maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat antibodi HIV yang terdeteksi dalam tubuh. Hasil ini perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan HIV lainnya seperti pemeriksaan antigen/antibodi HIV, pemeriksaan NAT HIV, pemeriksaan jumlah virus dalam tubuh dan pemeriksaan darah lengkap. Jika dari beberapa pemeriksaan HIV lain menunjukkan hasil positif juga, maka hal ini menandakan bahwa Anda mengalami infeksi virus HIV dan akan berlanjut menjadi penyakit AIDS. Dokter akan menganjurkan untuk memperoleh terapi antivirus untuk mengontrol jumlah virus yang ada dalam tubuh. HIV/AIDS tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol dengan obat. Jika jumlah virus HIV dapat dikontrol maka daya tahan tubuh dapat terjaga. Perlu diingat, melakukan pemeriksaan ke dokter secara berkala dan mendapat terapi antivirus secara teratur penting.
Konsultasikan Ke Dokter yang Tepat
Jika Anda mendapatkan hasil pemeriksaan antibodi HIV abnormal, maka Anda perlu berkonsultasi lebih lanjut ke dokter umum atau dokter penyakit dalam terdekat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui kondisi kesehatan Anda.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Vivian Keung
HIV Testing – Centers for Disease Control and Prevention. cdc.gov. (2022). Retrieved 22 July 2022, from https://www.cdc.gov/hiv/testing/index.html
HIV Testing: What You Need To Know – WebMD. (2022). Retrieved 22 July 2022, from https://www.webmd.com/hiv-aids/getting-an-hiv-test
HIV Screening Test – MedlinePlus (2021). Retrieved 22 July 2022, from https://medlineplus.gov/lab-tests/hiv-screening-test/
HIV Testing Overview – HIV.gov (2021). Retrieved 22 July 2022, from https://www.hiv.gov/hiv-basics/hiv-testing/learn-about-hiv-testing/hiv-testing-overview
HIV Antibody Test – Lousiana Departement of Health (2022). Retrieved 22 July 2022, from https://ldh.la.gov/page/1116
HIV-1 Antibody – University of Rochester Medical Center (2022). Retrieved 22 July 2022, from https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?contenttypeid=167&contentid=hiv_1_antibody
HIV/AIDS – World Health Organization. Who.int. (2022). Retrieved 22 July 2022, from https://www.who.int/health-topics/hiv-aids#tab=tab_1
HIV/AIDS – MayoClinic. (2022). Retrieved 22 July 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hiv-aids/symptoms-causes/syc-20373524