Blefaritis

Bagikan :


Definisi

Blefaritis merupakan peradangan yang terbatas pada kelopak mata. Peradangan ini dapat terjadi di bagian anterior/depan (meliputi kulit kelopak mata dan dasar bulu mata) dan di posterior/belakang (meliputi kelenjar Meibom, kelenjar minyak di kelopak mata bagian dalam). Pada umumnya, blefaritis merupakan penyakit kronik yang dapat muncul berulang kali. Blefaritis dapat terjadi pada semua kelompok usia, jenis kelamin, dan etnis. Blefaritis juga cukup sering terjadi di masyarakat; di Amerika Serikat saja, diperkirakan 25 juta orang mengalami blefaritis. 

 

Penyebab

Blefaritis dapat dikelompokkan berdasarkan penyebabnya. Pertama adalah blefaritis stafilokokal, yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri ini dapat membentuk koloni di kelopak mata dan menghasilkan racun atau toksin yang memicu respon peradangan di kelopak mata. Selain itu, jenis lainnya adalah blefaritis seboroik. Jenis ini banyak terjadi pada orang berusia tua, dengan rata-rata usia penderita 50 tahun. Pada jenis ini, blefaritis disebabkan oleh ketombe yang menumpuk di dasar bulu mata. Blefaritis juga dapat disebabkan oleh disfungsi kelenjar Meibom. Pada kasus lainnya, blefaritis dapat pula disebabkan oleh kutu Demodex yang hidup di bulu mata. 

 

Faktor Risiko

Faktor risiko blefaritis dapat terkait dengan kondisi mata dan kulit. Kondisi mata yang dapat menjadi faktor risiko blefaritis adalah sindrom mata kering (dry eye syndrome). Sekitar 50% orang dengan blefaritis stafilokokal memiliki kondisi ini. Hal ini terjadi karena pada sindroma mata kering, lapisan air mata berkurang, sementara lapisan ini merupakan pelindung mata dari bakteri. Selain itu, sekitar 25-40% penderita blefaritis seboroik dan disfungsi kelenjar Meibom juga mengalami kondisi ini. Pada disfungsi kelenjar Meibom, lapisan air mata yang terbentuk menjadi terlalu cepat menguap, sehingga mata pun menjadi mudah kering.

Kondisi kulit yang dapat menjadi faktor risiko blefaritis adalah acne rosacea dan dermatitis seboroik. Akne rosasea ditandai pada kemerahan pada kulit wajah, disertai pembuluh darah yang lebih tampak dan adanya jerawat. Sementara itu, dermatitis seboroik merupakan kondisi peradangan pada kulit yang ditandai dengan kulit bersisik, kemerahan, serta berketombe. 

 

Gejala

Gejala umum yang dapat ditemui pada blefaritis adalah:

  • Adanya rasa nyeri
  • Gatal
  • Rasa terbakar atau mengganjal di mata
  • Kelopak mata dapat terlihat memerah, bengkak, dan mengeluarkan kotoran terlalu banyak
  • Pandangan terlalu silau
  • Penglihatan terkadang kabur

Gejala ini dapat terjadi selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Pada blefaritis yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus, ujung kelopak mata tampak kemerahan disertai dengan bulu mata yang rontok atau tumbuh ke arah yang berbeda. Sementara itu, pada blefaritis seboroik, ujung kelopak mata tidak terlalu merah, tetapi kotoran mata lebih banyak dan berminyak.

 

Diagnosis

Diagnosis blefaritis dapat dilakukan oleh dokter. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya bulu mata rontok, keputihan pada bulu mata, bulu mata tumbuh ke arah yang salah, serta adanya kotoran mata yang berlebih. Jika kelopak mata disingkap, kelenjar Meibom dapat tampak melebar dan berminyak berlebihan. Selain itu, dapat ditemukan mata merah akibat pelebaran pembuluh darah di konjungtiva, hingga erosi kornea yang berukuran kecil.

Selain pemeriksaan mata secara langsung, dokter dapat melakukan pemeriksaan air mata, yang disebut sebagai tear break up time. Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah air mata normal atau terlalu cepat menguap. Hasil di bawah 10 detik menunjukkan bahwa air mata terlalu cepat menguap.

Pada kasus yang parah, dokter dapat pula melakukan pemeriksaan mikroskopik pada bulu mata yang telah dicabut. Hal ini dilakukan untuk mencari kutu Demodex yang kemungkinan menjadi penyebab. Pada kasus lainnya, dokter dapat melakukan biopsi (pengambilan jaringan) ujung kelopak mata, untuk menemukan adanya kemungkinan dermatitis seboroik, blefaritis stafilokokal, atau adanya kemungkinan keganasan.

 

Tata Laksana

Tata laksana blefaritis dapat dilakukan sendiri dengan cukup mudah, yaitu sebagai berikut:

  • Kompres hangat. Caranya adalah dengan membasahi kain bersih dengan air hangat, lalu diperas sampai agak kering. Selanjutnya, kain tersebut diletakkan di atas mata tertutup selama kurang lebih satu menit. Kompres ini bertujuan untuk membasahi kotoran mata yang menempel agar lebih mudah dibersihkan, serta mencegah penumpukan minyak di ujung kelenjar minyak.
  • Membersihkan bulu mata. Pembersihan bulu mata dapat dilakukan menggunakan kain bersih atau cotton bud yang dibasahi dengan air hangat. Kemudian, sikat tepi bulu mata secara lembut menggunakan kain atau cotton bud tersebut selama 15 detik.
  • Tetes mata. Jika Anda memiliki mata kering, Anda dapat meneteskan air mata buatan secara rutin 6 kali sehari 1 tetes. Tetes mata dapat dibeli di apotek tanpa resep dokter dan merupakan obat bebas terbatas (lingkaran biru). Hal ini dapat dilakukan untuk menjaga mata Anda agar tetap terlindungi dari bakteri, serta mengurangi merah, bengkak, dan kering.

Selain terapi di atas, dokter dapat meresepkan antibiotik kepada Anda. Antibiotik ini dapat dikonsumsi dengan cara diminum atau berupa salep. Antibiotik berupa salep dapat dioleskan dengan mengeluarkan sedikit isi salep ke jari yang sudah dicuci bersih atau cotton bud, kemudian dioleskan secara lembut ke tepi bulu mata, dekat kulit kelopak. Salep ini dapat dioleskan sebelum tidur, atau pada waktu yang dianjurkan oleh dokter.

 

Komplikasi

Komplikasi blefaritis dapat berupa komplikasi pada bulu dan kelopak mata atau pada mata sendiri. Blefaritis dapat menyebabkan terjadinya trikiasis, yaitu sebuah kondisi ketika bulu mata tumbuh ke arah yang salah. Trikiasis dapat ditangani dengan epilasi atau pencabutan bulu mata yang salah tumbuh. Blefaritis dapat pula menyebabkan perubahan bentuk kelopak mata menjadi mengarah masuk ke dalam mata (entropion) atau mengarah ke luar mata (ektropion). Kedua hal ini meningkatkan risiko infeksi pada mata.

Pada mata sendiri, blefaritis dapat menyebabkan konjungtivitis, yaitu peradangan pada konjungtiva (selaput bening yang melapisi bagian putih mata/sklera dan bagian dalam kelopak mata). Selain itu, blefaritis dapat menyebabkan keratitis atau peradangan pada kornea akibat goresan kotoran atau bulu mata ke kornea.

Tidak hanya keratitis, goresan ini dapat mengakibatkan lengkung kornea terganggu, sehingga terjadi astigmatisme, sebuah kelainan refraksi yang ditandai dengan penglihatan kabur pada seluruh jarak. Pada kondisi yang parah, blefaritis dapat mengakibatkan perforasi kornea, atau terbentuknya lubang pada kornea. Kondisi keratitis dan perforasi kornea menyebabkan penglihatan kabur.

 

Pencegahan

Blefaritis merupakan kondisi kronik yang dapat pulih ataupun muncul kembali. Oleh karena itu, pencegahan yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan kulit dan kelopak mata. Cara menjaga kebersihan kulit dan kelopak mata adalah sebagai berikut:

  • Bersihkan bulu mata Anda setiap hari dengan sampo bayi yang dilarutkan ke dalam air hangat
  • Cuci rambut, kulit kepala, dan alis dengan sampo antibakteri setiap hari

 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mata Anda terasa gatal, mengganjal, atau terbakar, ditambah dengan kelopak mata yang membengkak meskipun sudah menjaga kebersihan dengan baik, atau Anda sudah dalam pengobatan blefaritis namun tidak kunjung membaik, sebaiknya Anda berkonsultasi kepada dokter.

 

Mau tahu lebih lanjut seputar penyakit-penyakit lainnya? Cek di sini, ya! 

 

 

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Senin, 17 April 2023 | 06:05

Blepharitis - Symptoms and causes. (2020). Retrieved 14 October 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/blepharitis/symptoms-causes/syc-20370141.

Boyd, K. (2021). What Is Blepharitis?. Retrieved 14 October 2021, from https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-is-blepharitis.

Lowery, R. (2019). Adult Blepharitis: Background, Pathophysiology, Epidemiology. Retrieved 14 October 2021, from https://emedicine.medscape.com/article/1211763-overview#showall.

Putnam, C. (2016). Diagnosis and management of blepharitis: an optometrist’s perspective. Clinical Optometry, Volume 8, 71-78. doi: 10.2147/opto.s84795.

Tonk, R., Fowler, B., Johnson, J., Chang, V., Bunya, V., & Hossain, K. (2021). Blepharitis - EyeWiki. Retrieved 14 October 2021, from https://eyewiki.aao.org/Blepharitis#:~:text=infection%20and%20inflammation.-,Epidemiology,surveyed%20had%20signs%20of%20blepharitis.