Definisi
Dermatomyositis merupakan penyakit peradangan yang cukup jarang ditemukan dan ditandai dengan kelemahan pada otot serta ruam pada permukaan kulit. Penyakit ini dapat terjadi pada orang dewasa ataupun anak-anak. Umumnya, penyakit ini banyak ditemukan pada anak yang berusia lima tahun hingga lima belas tahun. Selain itu, dermatomyositis cenderung lebih sering menyerang perempuan dibanding laki-laki. Penyakit ini termasuk golongan penyakit idiopatik karena masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya penyakit dermatomyositis.
Umumnya, penyakit ini menyerang kulit dan otot. Namun, tidak menutup kemungkinan penyakit ini dapat menyebabkan gangguan pada organ lain, seperti persendian, tenggorokan, paru-paru hingga jantung.
Penyebab
Penyebab terjadinya penyakit dermatomyositis hingga saat ini tidak diketahui secara pasti. Namun, penyakit ini sering dikaitkan dengan gangguan pada sistem imunitas tubuh. Pada kasus dermatomyositis, sistem imun tubuh salah mengenali jaringan pada tubuh dan menyerang bagian tubuhnya sendiri.
Pada penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa adanya peran genetik dan gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dermatomyositis.
Faktor Risiko
Meskipun penyebab pasti dari penyakit dermatomyositis tidak diketahui secara pasti, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat Anda waspadai agar Anda dapat mencegah terjadinya penyakit ini sejak dini. Salah satu faktor risiko terjadinya dermatomyositis adalah adanya keluarga terdekat anda yang mengalami dermatomyositis. Hal ini berkaitan dengan faktor genetik.
Orang yang berusia lebih dari 65 tahun dan orang yang menderita kanker memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami dermatomyositis. Pada orang dengan gangguan autoimun juga memiliki risiko tinggi. Hal ini disebabkan karena mekanisme utama penyakit dermatomyositis terjadi dikarenakan adanya kesalahan sistem imun dalam mengenali jaringan tubuh. Selain itu, penyakit infeksi dan penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat memicu terjadinya penyakit dermatomyositis.
Gejala
Gejala yang timbul akibat penyakit ini umumnya disebabkan karena terjadinya pembengkakan dan peradangan pada pembuluh darah yang terdapat pada kulit dan otot. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak kemerahan atau keunguan, terutama ketika terkena sinar matahari. Anda akan merasakan perih dan gatal ketika kulit Anda terpapar sinar matahari.
Selain itu, dapat terjadi kemerahan atau keunguan pada kelopak mata Anda atau disebut dengan istilah heliotrope. Pada bagian kuku-kuku jari tangan dan kaki serta bagian siku juga dapat berwarna kemerahan. Pada pasien dengan dermatomyositis, persendian akan terasa kaku dan tampak pucat serta terasa nyeri pada kondisi suhu dingin dan akan membaik apabila suhu disekitar anda menghangat. Kondisi ini disebut juga sebagai fenomena Raynaud.
Kulit tampak kering, menebal, dan gatal yang menyebabkan penipisan pada rambut yang tumbuh di sekitarnya. Anda akan merasakan otot-otot terutama pada bagian leher, bahu, punggung dan pinggul terasa pegal. Pada beberapa orang dengan dermatomyositis juga dapat ditemukan gejala gangguan menelan dan perubahan suara.
Gejala-gejala klasik seperti mudah lelah, demam dan berat badan turun juga dapat ditemukan. Sering ditemukan adanya gejala kelemahan otot yang dapat mempengaruhi fungsi jantung, saluran cerna dan paru. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan dan batuk. Pada orang dewasa, sering ditemukan terjadi demam yang disertai dengan peradangan pada paru dan menjadi lebih sensitif terhadap cahaya.
Diagnosis
Penegakkan diagnosis pada kasus dermatomyositis dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan menganalisa riwayat kesehatan pasien. Dokter akan menanyakan kepada Anda untuk memastikan apakah Anda sedang mengalami penyakit yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya dermatomyositis.
Beberapa tes seperti pemeriksaan darah akan dilakukan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda peradangan pada otot meliputi pemeriksaan enzim kreatinin kinase dan antibodi antinukleat. Dokter Anda juga akan memeriksa adanya protein abnormal. Protein abnormal banyak ditemukan pada kelainan sistem imun. Selain itu, pemeriksaan EMG (Electromyogram) juga dapat dilakukan untuk memeriksa adanya aktivitas abnormal pada otot. Pemeriksaan tes antibodi (Tes ANA) dilakukan untuk melihat adanya peran kesalahan dari sistem imun.
Tata Laksana
Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang spesifik untuk mengobati penyakit dermatomyositis. Namun, perawatan yang baik dapat membantu untuk meningkatkan kekuatan otot dan memperbaiki penampilan kulit akibat peradangan yang terjadi. Umumnya, dokter akan menggunakan obat-obatan seperti kortikosteroid (Prednisone) untuk menekan aktivitas sistem imun agar tidak menyebabkan peradangan meluas. Namun, penggunaan prednisone dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan efek samping yang cukup serius sehingga dalam penggunaannya Anda harus berkonsultasi dengan dokter. Biasanya dokter akan menurunkan dosis obat secara perlahan-lahan untuk menghindari efek samping. Obat-obatan lain seperti Rituximab (Rituxan) dan beberapa jenis obat-obatan lain juga menjadi pilihan beberapa dokter untuk membantu mengobati dermatomyositis.
Penggunaan krim tabir surya dapat membantu melindungi kulit Anda dari paparan sinar matahari secara langsung. Selain itu, Anda juga dapat menggunakan pakaian pelindung dan topi untuk menghindari paparan langsung sinar matahari yang dapat memperparah proses peradangan pada kulit.
Pilihan lain seperti terapi bedah juga dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa sakit yang terjadi karena adanya penumpukan deposit kalsium dan mencegah terjadinya infeksi kulit berulang. Pilihan terapi antibodi dapat dilakukan dengan memasukkan darah yang telah dimurnikan dan mengandung antibodi yang sehat dari pendonor darah. Antibodi ini dapat memblokir antibodi rusak yang menyerang otot dan kulit pada penyakit dermatomyositis. Pemberian immunoglobulin dapat dilakukan secara intravena dan merupakan pilihan terapi yang cukup mahal serta memerlukan pengulangan secara rutin untuk memberikan efek terapi yang baik.
Komplikasi
Pada beberapa pasien yang mengalami dermatomiolisis, dapat menyebabkan terjadinya komplikasi gangguan yang menyerang paru-paru, jantung hingga memicu terjadinya kanker. Hal ini didasari dari mekanisme dasar penyakit yang disebabkan karena gangguan sistem imunitas tubuh. Selain itu, terjadinya komplikasi juga dapat mempersulit pengobatan dan memperpanjang waktu perawatan pasien dermatomyositis.
Pencegahan
Dermatomyositis merupakan penyakit yang jarang terjadi dan tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Pada pasien yang menderita dermatomyositis, upaya pencegahan dilakukan untuk menghindari peradangan yang parah. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya perparahan peradangan diantaranya adalah dengan melindungi kulit dari paparan langsung sinar matahari. Beberapa penderita dermatomyositis dapat menjadi lebih sensitif terhadap paparan sinar matahari langsung dan mengakibatkan peradangan menjadi semakin parah. Menggunakan krim tabir surya dapat membantu untuk mencegah terjadinya peradangan menjadi lebih parah. Selain itu, menggunakan pakaian pelindung dan topi juga dapat membantu untuk menghindari paparan sinar matahari secara langsung.
Kapan Harus Ke Dokter?
Anda sebaiknya mengenali dan mewaspadai apabila Anda memiliki gangguan sistem imun atau alergi tertentu. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya dermatomyositis. Segera periksakan diri Anda ke dokter apabila Anda mengalami gangguan pada otot dan kulit Anda. Anda dapat mencari tahu lebih lanjut terkait penyakit yang Anda alami, terutama apabila mengarah kepada gejala dermatomyositis. Tanyakan kepada dokter perihal penyebab dan kemungkinan yang dapat memicu terjadinya gangguan pada tubuh Anda.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya, cek di sini ya!
- dr Anita Larasati Priyono
(John Hopkins Medicine, 2022) Dermatomyositis, diakses pada 20 Maret 2022 dari Dermatomyositis | Johns Hopkins Medicine
(Mayo Clinic, 2020) Dermatomyositis, diakses pada 20 Maret 2022 dari Dermatomyositis - Diagnosis and treatment - Mayo Clinic
(Medscape, 2021) Dermatomyositis, diakses pada 20 Maret 2022 dari Dermatomyositis: Practice Essentials, Background, Pathophysiology (medscape.com)