Distonia Servikal

Distonia Servikal
Anda dapat berkunjung ke dokter spesialis saraf jika Anda mencurigai adanya distonia servikal pada diri Anda atau orang-orang di sekitar Anda.

Bagikan :


Definisi

Distonia servikal (tortikolis spasmodik, distonia leher) adalah kondisi ketika otot-otot leher berkontraksi tanpa sadar sehingga leher menekuk secara tidak normal. Kondisi ini merupakan kondisi yang jarang terjadi, dan lebih banyak memengaruhi wanita daripada pria. Biasanya, gejala dimulai secara bertahap, dan mencapai sebuah titik ketika kondisi tersebut tidak memburuk lagi. Distonia leher adalah jenis distonia yang paling sering.

 

Penyebab

Pada sebagian besar kasus penyebab dari distonia servikal tidak diketahui dengan pasti. Beberapa kemungkinan penyebab pada beberapa kasus yang ada di antaranya:

  • Gangguan saraf seperti penyakit Parkinson.
  • Obat-obatan yang menghambat hormon dopamin, seperti beberapa antipsikotik (obat yang dipakai untuk mengatasi gejala delusi atau halusinasi).
  • Cedera pada kepala, leher, atau bahu.
  • Mutasi genetik, karena 10-25% orang dengan distonia servikal memiliki riwayat penyakit pada keluarga.
  • Masalah psikologis.

Pada beberapa kasus, distonia servikal terjadi saat lahir. Faktor lingkungan juga dapat memengaruhi kejadian tersebut.

 

Faktor Risiko

Berikut adalah beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya distonia servikal, antara lain:

  • Faktor usia, meskipun kondisi ini dapat muncul pada berbagai kelompok usia, distonia servikal paling sering terjadi antara usia 30-50 tahun.
  • Jenis kelamin wanita lebih sering mengalami distonia servikal dibandingkan dengan pria.
  • Jika ada anggota keluarga dekat memiliki riwayat menderita distonia servikal atau distonia lainnya, Anda lebih berisiko untuk mengalami distonia servikal.

 

Gejala

Keluhan yang timbul bisa bervariasi pada setiap individunya, dan derajat gejala bisa ringan sampai berat. Gejala tersering pada distonia servikal adalah nyeri. Rasa nyeri biasanya ditemukan di posisi yang sama dengan arah kepala menoleh dan dapat menjalar ke arah baru. Gerakan abnormal yang paling sering muncul dari distonia leher adalah putaran kepala dan dagu ke samping akibat kontraksi otot leher, suatu kondisi yang disebut sebagai tortikolis.

Beberapa gerakan lainnya yang dapat melibatkan leher adalah:

  • Kepala menunduk dan dagu ke arah bawah (anterokolis)
  • Kepala menengadah dengan dagu ke arah atas (retrokolis)
  • Leher miring ke samping dengan telinga menempel ke bahu (laterokolis)

Stres atau rasa kegirangan dapat memperparah gejala. Tidak hanya itu, beberapa posisi fisik juga dapat menimbulkan gejala. Keluhan biasanya mulai secara bertahap dan memburuk dalam 1-5 tahun, kemudian tidak mengalami perburukan lagi.

Keluhan lain yang bisa muncul dari distonia servikal berupa:

  • Bahu terangkat.
  • Tangan bergetar (tremor).
  • Nyeri kepala.
  • Kepala bergetar (tremor), terjadi pada 50% orang dengan distonia servikal.
  • Pembesaran otot leher, terjadi pada sekitar 75% orang dengan distonia servikal.

 

Diagnosis

Diagnosis distonia servikal dapat ditegakkan melalui gejala yang dirasakan pasien dan pemeriksaan saraf. Selain itu, dokter juga dapat menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan darah atau magnetic resonance imaging (MRI) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kondisi medis lain yang menyebabkan distonia servikal.

 

Tata Laksana

Biofeedback

Biofeedback adalah salah satu alternatif terapi, menggunakan instrumen elektronik untuk mengukur variabel seperti aktivitas otot, aliran darah, dan gelombang otak. Informasi ini kemudian akan disampaikan kepada orang dengan distonia servikal, untuk membantu mereka menangani gerakan tidak sadar yang dilakukan.

 

Pembedahan

Apabila terapi konservatif tidak efektif, pembedahan dapat menjadi pilihan terapi. Pembedahan dapat berupa memotong saraf di otak yang mempengaruhi gerakan yang tidak disadari pada kepala. Setelah pembedahan, otot akan melemah atau lumpuh secara permanen. Pembedahan ini memiliki efek samping. Tidak hanya itu, munculnya gerakan yang tidak disadari pasien juga dapat kembali terjadi.

 

Neuromodulasi

Stimulasi dalam otak (deep brain stimulation), yang disebut juga sebagai neuromodulasi, merupakan terapi yang terbaru. Prosedur ini melibatkan pelubangan kepala dan memasukkan lead elektrik ke otak. Baterai kecil yang mengontrol lead ditaruh di dekat tulang leher, kabel di bawah kulit menghubungkan baterai ke lead tersebut. Anda dapat menggunakan remote untuk menghantarkan aliran listrik yang berkaitan dengan gerakan leher dan kepala.

 

Terapi Fisik

Terapi fisik ini berupa pemijatan untuk merelaksasi leher dan bahu, serta latihan peregangan dan penguatan. Selain itu, terapis fisik dapat mengajarkan Anda beberapa latihan yang dapat Anda lakukan secara aman di rumah untuk menghilangkan gejala dan menguatkan otot-otot Anda.

Beberapa sentuhan juga dapat menghentikan spasme (kekuatan otot), misalnya dengan menyentuh wajah, dagu, atau pipi sisi yang berlawanan dengan arah gerak, atau menyentuh bagian belakang kepala. Hal ini, jika dilakukan pada sisi yang sama, akan efektif. Namun, efektivitas ini dapat menurun seiring waktu.

 

Konseling

Anda juga mungkin akan mendapatkan bantuan konseling. Konseling ini bertujuan untuk menurunkan stres yang diakibatkan oleh kondisi ini atau yang menyebabkan kondisi ini. Rasa stres dapat menyebabkan kekambuhan distonia servikal. Tidak hanya itu, pasien dengan distonia servikal dapat merasa sendirian dan sedih, karena kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari. Biasanya, penanganan distonia servikal akan melibatkan beberapa tenaga kesehatan, seperti dokter spesialis saraf, psikolog, dan dokter spesialis jiwa.

 

Penurunan Nyeri

Nyeri merupakan keluhan utama pada distonia servikal. Setiap orang memiliki respon yang berbeda terhadap obat dan kombinasinya. 

Tata laksana pertama untuk nyeri dapat berupa toksin botulinum yang disuntikkan pada otot leher setiap 3-4 bulan. Pengobatan ini bertujuan untuk mengurangi kontraksi otot leher yang menyakitkan. Terapi ini efektif pada sekitar 75% orang yang mengalami distonia servikal. Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan listrik pada otot (elektromiografi, EMG) untuk menentukan otot yang akan disuntikkan toksin botulinum.

Ada juga obat-obatan lain untuk meredakan gejala distonia. Pemberian obat-obatan tersebut dimulai pada dosis rendah, lalu ditingkatkan sampai keluhan terkontrol obat dengan baik, atau ketika efek samping sudah tidak dapat ditoleransi. Efek samping obat ini biasanya akan lebih terasa pada pasien berusia lanjut. Obat-obatan ini dapat manjur pada sekitar 25-33% pasien distonia servikal.

Sebaiknya, Anda berdiskusi dengan dokter sebelum memilih obat-obatan yang cocok untuk terapi distonia servikal.

 

Komplikasi

Pada beberapa kasus, kedutan otot secara tidak sadar akibat distonia servikal dapat menyebar ke area dekat leher, misalnya wajah, rahang, lengan, dan badan. Orang yang memiliki distonia servikal dapat mengalami pembentukan taji tulang (bone spur) yang dapat mempersempit ruang pada kanal tulang belakang. Komplikasi ini dapat menyebabkan rasa kesemutan, baal, dan lemah pada lengan, tangan, tungkai, atau kaki.

 

Pencegahan

Karena penyebab dari distonia servikal umumnya tidak diketahui, sehingga pencegahan yang efektif juga masih menjadi misteri dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Namun, bila ada anggota keluarga dekat Anda yang menderita distonia servikal, berarti Anda memiliki risiko lebih untuk mengalami kondisi ini. Mengenali gejala dengan baik bisa membuat Anda mendapat terapi sejak dini.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Anda dapat berkunjung ke dokter spesialis saraf jika Anda mencurigai adanya distonia servikal pada diri Anda atau orang-orang di sekitar Anda. Kondisi ini tidak dapat disembuhkan, namun gejalanya dapat dikontrol. Tidak hanya itu, ada kemungkinan gejala distonia servikal berhenti tanpa terapi apapun, namun biasanya hal tersebut tidak bertahan lama. Distonia servikal dapat menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari sehingga penanganan untuk mengontrol gejala sangat penting untuk mengembalikan fungsi sehari-hari penderita.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Jumat, 6 September 2024 | 09:44

Cervical Dystonia - Brain, Spinal Cord, and Nerve Disorders - MSD Manual Consumer Version. MSD Manual Consumer Version. (2022). Retrieved 28 September 2022, from https://www.msdmanuals.com/home/brain,-spinal-cord,-and-nerve-disorders/movement-disorders/cervical-dystonia.

Cervical dystonia - Symptoms and causes. Mayo Clinic. (2021). Retrieved 28 September 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cervical-dystonia/symptoms-causes/syc-20354123.

Hecht, M., & Han, S. (2019). Cervical Dystonia: Causes, Symptoms, and Treatment. Healthline. Retrieved 28 September 2022, from https://www.healthline.com/health/dr/cervical-dystonia.