• Beranda
  • Penyakit A-Z
  • Jiwa
  • Gangguan Mental Lain Akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik (Delirium, Demensia)

Gangguan Mental Lain Akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik (Delirium, Demensia)

Gangguan Mental Lain Akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik (Delirium, Demensia)

Bagikan :


Definisi

Gangguan mental organik atau gangguan neurokognitif adalah gangguan fungsi mental akibat kondisi medis lain selain gangguan psikiatri. Gangguan mental organik merupakan kumpulan penyakit yang perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum menegakkan diagnosis psikiatri. Secara garis besar, terdapat dua penyakit yang tergolong sebagai gangguan mental organik, yaitu demensia dan delirium

Demensia adalah penurunan fungsi memori dan kognitif yang kronik dan progresif sehingga menghambat interaksi sosial. Sekitar 60-80% demensia terjadi akibat Alzheimer. Prevalensinya meningkat setiap pertambahan usia sebanyak 5 tahun. Gejala utama dari demensia adalah hilangnya memori dan perubahan perilaku.

Delirium (acute confusional state) adalah gangguan akut (durasi jam hingga hari) dan fluktuatif dari kesadaran, persepsi, maupun fungsi kognitif. Delirium ditemukan pada 30% penyakit berat. Data di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menunjukkan bahwa delirium pada usia lanjut terjadi pada 88,2% kasus gawat darurat. Gejala utama dari delirium adalah kebingungan, gangguan memori, agresif, alur bicaranya tidak bisa dipahami dan diikuti, waham (keyakinan yang tidak sesuai realita dan tidak bisa dipatahkan), serta halusinasi.

 

Penyebab

Ada banyak penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan gangguan mental organik, di antaranya:

  • Trauma kepala
    • Perdarahan pada otak 
    • Perdarahan pada rongga kepala 
    • Perdarahan pada tulang tengkorak yang menyebabkan penekanan pada otak 
  • Gangguan pernapasan
    • Rendahnya kadar oksigen di dalam darah (hipoksia)
    • Tingginya kadar oksigen di dalam darah (hiperkapnia)
  • Penyakit kardiovaskular
    • Demensia akibat stroke (multi-infarct dementia)
    • Infeksi jantung (endokarditis, miokarditis)
    • Stroke
    • Transient ischemic attack (TIA)
  • Penyakit degeneratif
    • Alzheimer
    • Penyakit Huntington
    • Multiple sclerosis
    • Hidrosefalus
    • Parkinson
  • Gangguan metabolik
    • Penyakit ginjal
    • Penyakit hepar
    • Penyakit tiroid (hipertiroid atau hipotiroid)
    • Defisiensi vitamin (B1, B12, folat)
  • Gangguan berkaitan dengan obat-obatan dan alkohol
    • Alcohol withdrawal
    • Intoksikasi/keracunan obat-obatan atau alkohol
    • Sindrom Wernicke-Korsakoff
    • Putus obat (seperti zat sedatif dan kortikosteroid)
  • Infeksi
    • Infeksi akut maupun kronik
    • Kondisi sepsis
    • Ensefalitis atau peradangan pada otak
    • Meningitis atau peradangan selaput otak dan sumsum tulang belakang
    • Sifilis
  • Komplikasi kanker atau efek samping kemoterapi
  • Rasa nyeri berkepanjangan dapat menyebabkan delirium

 

Faktor Risiko

Kondisi apapun yang menyebabkan seseorang perlu mendapatkan perawatan lama di rumah sakit. seperti pasca operasi atau dirawat di ruang intensif, dapat meningkatkan risiko terjadinya delirium. Faktor risiko lainnya dari delirium adalah:

  • Memiliki kondisi medis pada otak, seperti demensia, stroke, atau penyakit Parkinson
  • Pernah mengalami episode delirium
  • Mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran
  • Memiliki beberapa kondisi medis lainnya
  • Menggunakan obat-obatan dengan dosis tinggi

Sedangkan demensia memiliki faktor risiko yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah.

  • Faktor risiko yang tidak dapat diubah 
    • Usia, semakin tua umur Anda, semakin tinggi risiko mengalami demensia. Risiko mengalami demensia meningkat pada usia 65 tahun ke atas
    • Riwayat keluarga, memiliki riwayat keluarga dengan demensia dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami demensia di usia lanjut
    • Down syndrome, individu dengan down syndrome dapat mengalami penyakit Alzheimer pada usia yang lebih muda. Hal ini merupakan salah satu faktor risiko dari demensia
  • Faktor risiko yang dapat diubah 
    • Gaya hidup, ada hubungan antara rendahnya aktivitas fisik serta diet yang tidak sehat dengan peningkatan risiko demensia
    • Konsumsi alkohol dalam jumlah banyak dapat meningkatkan risiko perubahan pada otak, yang dapat berkontribusi meningkatkan risiko mengalami demensia.
    • Risiko kardiovaskular (merokok, tekanan darah tinggi, memiliki kolesterol tinggi)
    • Mengalami depresi
    • Memiliki diabetes
    • Terpapar polusi udara
    • Mengalami trauma kepala
    • Defisiensi vitamin
    • Menggunakan obat-obatan yang dapat mengganggu memori
  •  

Gejala

Secara umum, gejala utama dari gangguan mental organik adalah:

  • Perubahan kesadaran, kebingungan
  • Tidak dapat ditenangkan
  • Mudah tersinggung
  • Perubahan perilaku
  • Tidak mengingat orang di sekitarnya
  • Meracau

Demensia dan delirium dapat sulit dibedakan, bahkan seseorang dapat mengalami keduanya dalam waktu yang bersamaan. Delirium sering menjadi komplikasi dari pasien dengan demensia. Namun, mengalami beberapa episode delirium tidak berarti pasien mengalami demensia.

Perbedaan utama dari dua kondisi ini antara lain:

  • Waktu 

Delirium terjadi dalam waktu singkat, sedangkan gejala demensia muncul perlahan-lahan selama beberapa tahun.  

  • Atensi atau perhatian

Seseorang dengan delirium umumnya tidak dapat fokus atau mempertahankan atensi. Sedangkan, pasien dengan demensia umumnya sadar.

  • Fluktuasi

Seseorang dengan delirium dapat mengalami gejala yang berfluktuasi dalam satu hari. Sedangkan pada demensia, gejala umumnya lebih konstan dalam satu hari.

 

Diagnosis

Diagnosis dari demensia dan delirium dilakukan oleh dokter bedasarkan keluhan utama, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Untuk menegakkan delirium, dokter akan mengacu pada kriteria diagnosis oleh Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III), yaitu:

  • Gangguan kesadaran berupa ketidakmampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian
  • Gangguan kognitif dan persepsi yang tidak berkaitan dengan demensia
  • Gangguan psikomotor berupa hipoaktivitas (berkurangnya aktivitas) atau hiperaktivitas (lebih aktif dari biasanya)
  • Gangguan siklus tidur berupa insomnia atau siklus terbalik (tidur siang hari)
  • Gangguan emosi berupa ansietas, takut, depresi, mudah marah, apatis, dan euforia.

Sedangkan untuk menegakkan demensia, diagnosis dapat diperkuat dengan pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE).

 

Tatalaksana

Terapi dari delirium meliputi penanganan pada penyakit dasarnya. Memastikan kondisi pasien nyaman, nutrisi terjaga, hidrasi cukup, dan penanganan gaduh gelisah perlu dilakukan selama perawatan. 

Demensia memerlukan rehabilitasi kognitif untuk mempertahankan fungsi yang masih ada, memastikan nutrisi adekuat, memberikan vitamin, dan mengonsumsi antidemensia. Jika dibutuhkan, obat-obatan seperti antipsikotik dapat membantu meredakan gejala.

 

Komplikasi

Delirium terjadi dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan demensia, yaitu beberapa jam hingga beberapa minggu. Jika kondisi medis yang menyebabkan delirium dapat ditangani, gejala dari delirium akan membaik. Waktu pemulihan akan bergantung pada banyak faktor, seperti kondisi kesehatan sebelum sakit dan jenis kondisi medis yang dialami. Beberapa orang dengan kondisi medis yang berat tidak dapat kembali normal seperti sebelum mengalam delirium, sehingga mengalami penurunan kondisi kesehatan, sembuh lebih lama dari operasi, dan meningkatkan risiko kematian.

Sedangkan komplikasi dari demensia antara lain:

  • Nutrisi yang buruk. Seseorang dengan demensia seringkali lupa makan atau tidak makan sama sekali sehingga mempengaruhi asupan nutrisi mereka. Jika dibiarkan, mereka tidak dapat makan atau mengunyah sama sekali.
  • Pneumonia. Kesulitan mengunyah meningkatkan risiko tersedak makanan sehingga dapat menyebabkan pneumonia
  • Tidak dapat merawat diri
  • Kematian akibat infeksi jangka panjang

 

Pencegahan

Delirium dapat dicegah dengan menghindari faktor risiko di atas. Menempatkan pasien pada ruang yang tenang dan tidak berisik dapat membantu mencegah delirium. Strategi lain yang dapat digunakan adalah memastikan pasien dapat tidur dengan tenang.

Beberapa langkah berikut dapat dilakukan untuk mencegah demensia, antara lain:

  • Melakukan aktivitas yang menstimulasi otak, seperti bermain puzzle, permainan kata
  • Berolahraga dan aktif secara sosial
  • Berhenti merokok
  • Mengonsumsi vitamin
  • Mengontrol faktor risiko kardiovaskular
  • Mengatasi kondisi medis yang dialami
  • Mengonsumsi diet yang sehat

 

Kapan harus ke dokter?

Segera periksakan diri atau orang terdekat ke dokter jika mengalami gejala delirium atau demensia seperti mengalami perubahan perilaku atau gangguan memori. Pengobatan terhadap kondisi medis dasar yang menyebabkan delirium dan demensia dapat membantu mengatasi gejala. 

Writer : Tannia Sembiring S Ked
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Selasa, 30 Juli 2024 | 08:53