Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Tembakau

Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Tembakau

Bagikan :


Definisi

Jika Anda merupakan seorang pengguna tembakau aktif (seperti rokok), berhenti merokok merupakan hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Perasaan nyaman sementara yang diciptakan oleh tembakau membuat otak Anda menginginkan lebih banyak lagi paparan terhadap tembakau. Penggunaan tembakau dapat memengaruhi kesehatan mental, tergantung dari seberapa banyak dan seberapa sering Anda merokok.

 

Penyebab

Penggunaan tembakau dalam jangka panjang menyebabkan berbagai perubahan pada otak. Penggunaan tembakau berkaitan dengan penipisan lapisan luar otak dan pengecilan berbagai struktur otak. Hal ini kemudian berkaitan dengan penurunan fungsi kognitif, terutama memori bahasa dan kecepatan proses berpikir.

Selain itu, nikotin pada tembakau merangsang produksi dopamin, sebuah senyawa kimiawi pada otak. Dopamin terlibat dalam menciptakan perasaan-perasaan positif. Namun, nikotin mematikan mekanisme otak untuk menghasilkan dopamin secara aktif, sehingga kadarnya pada otak menurun dan menyebabkan orang tersebut merokok lebih banyak lagi untuk menghasilkan dopamin. Tidak hanya itu, nikotin juga menciptakan rasa tenang, sehingga orang menggunakannya terutama ketika merasa stres atau cemas. Sayangnya, rasa tenang yang diciptakan nikotin hanya bertahan sementara, sehingga rasa cemas itu dapat kembali setelah beberapa saat.

Penggunaan tembakau juga dapat memengaruhi kerja obat-obatan. Misalnya pada orang-orang dengan skizofrenia, akan mendapatkan obat-obatan antipsikotik untuk membantu menurunkan gejala dan menangani kondisi tersebut. Namun, nikotin menaikkan kadar enzim di tubuh yang memecah obat-obatan tersebut, sehingga obat antipsikotik menjadi lebih cepat hilang dari peredaran darah daripada yang seharusnya diharapkan.

 

Faktor Risiko

Orang dengan gangguan kejiwaan seperti depresi dan skizofrenia lebih sering merokok dibandingkan dengan orang-orang tanpa gangguan kejiwaan. Sebaliknya, orang-orang yang merokok juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan kejiwaan seperti depresi, skizofrenia, dan gangguan cemas. Ibu hamil yang merokok diduga memiliki risiko melahirkan anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (attention deficit and hyperactivity disorder - ADHD). Perokok aktif juga berisiko lebih tinggi untuk mengalami demensia, terutama demensia Alzheimer. Demensia Alzheimer sendiri merupakan suatu kondisi yang memengaruhi ingatan, pikiran, dan perilaku, yang semakin memburuk setiap tahunnya.

 

Gejala

Penggunaan tembakau dapat menyebabkan beragam efek yang buruk, dan dapat memengaruhi kesehatan mental.

Adiksi atau kecanduan

Efek pertama ini disebabkan oleh penurunan produksi dopamin pada saat otak kekurangan nikotin. Penurunan dopamin ini dapat menyebabkan seseorang mengalami gejala withdrawal, yang ditandai dengan perasaan cemas dan mudah kesal. Akhirnya, orang tersebut akan mencari pelarian untuk merokok lagi.

Stres

Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan stres. Banyak orang yang merokok untuk menurunkan rasa stres, namun kenyataannya, merokok meningkatkan rasa tertekan. Dalam jangka pendek, merokok dapat memberikan sensasi tenang yang membuat Anda percaya bahwa rasa cemas itu hilang. Namun, kenyataannya, sensasi tenang ini hanya berlangsung beberapa saat sebelum Anda kemudian merasa cemas kembali.

Gangguan depresi

Merokok juga dapat meningkatkan risiko gangguan depresi, yang di antaranya ditandai dengan perasaan sedih yang berkepanjangan, mudah lelah atau tidak memiliki tenaga untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, serta tidak tertarik untuk melakukan hobi yang selama ini disukai. Hal ini terjadi karena kadar dopamin yang menurun pada penggunaan tembakau jangka panjang, yang mirip dengan kadar dopamin pada orang-orang dengan gangguan depresi. Jika Anda sedang mengalami gangguan depresi, merokok dapat memperparah gejala Anda. Berhenti merokok pada saat mengalami gangguan depresi juga dapat menyebabkan gejala withdrawal (pemberhentian penggunaan) yang lebih parah, namun sangat disarankan karena dapat membantu terapi gangguan depresi.

Skizofrenia

Selain itu, merokok berhubungan dengan skizofrenia. Skizofrenia adalah sebuah kondisi kejiwaan yang ditandai dengan adanya kepercayaan yang tidak masuk akal dan sulit dipatahkan, serta merasakan sensasi (melihat, mendengar, merasa, mencium aroma) yang sebenarnya tidak ada. Merokok dapat meningkatkan risiko gangguan ini, dan sebaliknya, orang dengan skizofrenia memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk merokok, dan bahkan merokok dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini terjadi karena merokok dapat menurunkan gejala skizofrenia sementara atau mempengaruhi efek samping obat-obatan antipsikotik, yang digunakan pada orang dengan skizofrenia.

 

Diagnosis

Gangguan mental dan perilaku merupakan hal yang kompleks dan melibatkan berbagai faktor, mulai dari faktor biologis, psikologis, dan sosial. Untuk menentukan apakah penggunaan tembakau mempengaruhi kesehatan mental dan perilaku Anda, dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater) atau psikolog akan menanyakan berbagai hal terkait gejala penyakit dan kebiasaan merokok Anda. Tidak hanya itu, Anda juga dapat menjalani beberapa pemeriksaan seperti mengisi kuesioner untuk membantu diagnosis. Namun, pada umumnya, jika Anda mengalami suatu kondisi kejiwaan dan memiliki kebiasaan merokok, Anda akan disarankan untuk berhenti merokok.

 

Tata Laksana

Tata laksana gangguan mental dan perilaku akan berbeda-beda tergantung dengan jenis gangguannya. Hal yang perlu diingat adalah penanganan ini membutuhkan waktu yang cukup panjang, komitmen yang kuat, serta membuahkan hasil yang baru akan terlihat setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan hingga bertahun-tahun. Secara umum, tata laksana akan melibatkan psikoterapi dan obat-obatan. Psikoterapi dilakukan oleh ahli kesehatan jiwa untuk membantu Anda memperkuat mekanisme bertahan (coping mechanism) Anda dalam menghadapi masalah, dan obat-obatan diberikan untuk menyeimbangkan kadar senyawa kimia pada otak, sehingga gejala-gejala dapat menurun.

Untuk berhenti merokok, keinginan semata seringkali tidak cukup. Jika Anda berniat untuk berhenti merokok, sebaiknya Anda merencanakannya dengan matang dan memilih waktu yang tepat untuk mulai berhenti. Jika Anda dalam kondisi tidak stabil atau sedang mengalami masalah hidup, berhenti merokok seringkali kurang efektif. Jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan untuk menangani masalah kejiwaan Anda, diskusikan terlebih dahulu kepada dokter atau psikiater yang menangani Anda sebelum berhenti merokok. Hal ini diperlukan karena kemungkinan besar Anda akan membutuhkan penyesuaian dosis obat.

Beberapa hal ini dapat Anda lakukan untuk membantu Anda berhenti merokok:

  • Mempersiapkan perubahan. Anda dapat melakukannya dengan menuliskan apa saja yang akan Anda dapatkan dengan berhenti merokok, misalnya kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, meningkatkan konsentrasi, serta memiliki lebih banyak uang untuk digunakan dengan lebih baik
  • Mencari dukungan keluarga dan teman. Berhenti merokok lebih mudah dengan adanya dukungan dari orang-orang di sekitar Anda. Jika Anda tinggal bersama atau memiliki teman yang merokok, Anda dapat mengajak mereka untuk berhenti merokok bersama. Anda juga dapat menyarankan mereka untuk tidak merokok di depan Anda, atau tidak meninggalkan rokok, asbak, atau korek api di tempat-tempat yang dapat Anda lihat.
  • Mencari alternatif untuk menghadapi stres. Jika biasanya Anda merokok untuk mengurangi stres, Anda perlu mencari alternatif lain untuk menurunkan stres. Alternatif ini dapat berupa meditasi, latihan napas, olahraga teratur, menurunkan konsumsi alkohol, makan dengan gizi seimbang, akupunktur, dan hipnosis. Tidak hanya itu, alternatif lainnya adalah bercerita pada pasangan, teman, atau pemuka agama yang mendukung Anda.
  • Mencari program berhenti merokok terdekat. Anda memiliki kemungkinan berhenti merokok tiga kali lebih tinggi jika mengikuti program berhenti merokok. Biasanya, program ini dapat ditemukan di beberapa puskesmas, baik kelurahan ataupun kecamatan. Program ini biasanya melibatkan konsultasi dengan ahli dan pemberian obat untuk membantu berhenti merokok.
  • Berdiskusi dengan dokter umum. Dokter umum, misalnya di puskesmas terdekat, dapat membantu Anda untuk berhenti merokok. Dokter umum dapat merujuk Anda untuk mengikuti program berhenti merokok atau meresepkan obat-obatan untuk membantu berhenti merokok. Obat-obatan ini disebut sebagai terapi pengganti nikotin (nicotine replacement therapy, NRT).

 

Komplikasi

Orang-orang dengan gangguan mental dan perilaku serta menggunakan tembakau secara rutin, memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan orang tanpa gangguan jiwa. Kematian ini biasanya disebabkan oleh penggunaan tembakau berlebih, sehingga menyebabkan kondisi yang berpotensi mematikan seperti kanker paru, kanker nasofaring (tenggorokan), penyakit jantung koroner, dan gangguan pada paru lainnya.

 

Pencegahan

Gangguan mental dan perilaku seringkali sulit untuk dicegah. Namun, penggunaan tembakau dapat dicegah. Pencegahan ini sebaiknya dimulai sejak dini, karena orang seringkali mulai merokok pada usia remaja. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan:

Memberikan contoh yang baik

Sebagai orang dewasa, sebaiknya Anda berhenti merokok. Selama proses berhenti merokok, Anda dapat merokok di tempat yang tidak dapat dilihat oleh anak Anda, dan jangan meninggalkan bahan-bahan rokok di rumah Anda. Anda juga dapat menjelaskan pada anak Anda bahwa Anda tidak menyukai rokok, betapa sulitnya berhenti, serta usaha Anda untuk berhenti merokok sepenuhnya

Memahami hal yang menarik dari rokok

Biasanya, anak remaja mulai merokok sebagai bentuk perlawanan atau pergaulan, agar tampak keren dan mandiri. Anda dapat bertanya pada anak Anda apabila ada teman-temannya yang merokok. Tidak hanya itu, Anda dapat berdiskusi mengenai iklan rokok yang menampilkan penggunaan rokok sebagai sesuatu yang mewah dan dewasa

Mengatakan tidak

Anda dapat melarang anak Anda untuk merokok, meskipun anak Anda dapat melawan. Anda juga dapat mendukung anak Anda untuk tidak merokok meskipun ditawari teman-temannya.

Membujuk anak Anda untuk tidak merokok

Pembujukan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Anda dapat mengingatkan anak Anda bahwa merokok menyebabkan napas bau, pemborosan uang, serta bagaimana merokok dapat merusak kesehatan seseorang dengan menunjukkan contoh nyata seperti selebriti, tetangga, atau orang lainnya.

 

Kapan harus ke dokter?

Jika Anda merasa bahwa perasaan dan perilaku Anda atau orang di sekitar Anda mengganggu aktivitas sehari-hari, Anda dapat berkonsultasi pada ahli kesehatan jiwa atau dokter di puskesmas. Jika Anda berniat untuk berhenti merokok, Anda dapat mencari program berhenti merokok di fasilitas kesehatan dekat rumah Anda.

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 08:30

Boksa, P. (2017). Smoking, psychiatric illness and the brain. Journal Of Psychiatry & Neuroscience, 42(3), 147-149. doi: 10.1503/jpn.170060

Brennan, D. (2021). What to Know About Tobacco and Your Mental Health. Retrieved 3 February 2022, from https://www.webmd.com/smoking-cessation/what-to-know-about-tobacco-mental-health

NIDA. 2021, April 12. Do people with mental illness and substance use disorders use tobacco more often?. Retrieved from https://nida.nih.gov/publications/research-reports/tobacco-nicotine-e-cigarettes/do-people-mental-illness-substance-use-disorders-use-tobacco-more-often on 2022, February 3

Smoking and mental health. (2021). Retrieved 3 February 2022, from https://www.mentalhealth.org.uk/a-to-z/s/smoking-and-mental-health

Teen smoking: 10 ways to keep teens smoke-free. (2020). Retrieved 3 February 2022, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/tween-and-teen-health/in-depth/teen-smoking/art-20047069

What We Know: Tobacco Use and Quitting Among Individuals With Behavior. (2022). Retrieved 3 February 2022, from https://www.cdc.gov/tobacco/disparities/what-we-know/behavioral-health-conditions/index.html