Gangguan Produksi ASI

Ilustrasi ibu menyusui. Gambar via freepik.com

Bagikan :


Definisi

Gangguan produksi Air Susu Ibu (ASI) adalah keadaan di mana produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi. Meskipun banyak ibu menyusui yang khawatir karena tidak cukupnya ASI yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan bayi, produksi ASI yang kurang sebenarnya jarang terjadi. Tubuh ibu menyusui pada umumnya mampu menghasilkan jumlah ASI yang sesuai dengan kebutuhan bayi, meskipun ibu tidak menyadarinya.

Anggapan bahwa produksi ASI berkurang dapat menyebabkan ibu beralih menyusui bayinya dengan susu formula. Hal ini mengkhawatirkan, karena penggantian ASI dengan susu formula dapat meningkatkan risiko kematian dan kesakitan bayi serta dapat memperpendek interval kehamilan.

Namun, terdapat kondisi yang dapat menyebabkan gangguan produksi ASI dan penting untuk ibu ketahui.Umumnya, hal ini disebabkan oleh gangguan hormon dan terjadi pada sekitar 5% ibu menyusui.

 

Penyebab

Terdapat beberapa penyebab produksi ASI yang kurang ataupun pemberian ASI yang tidak efektif, berikut di antaranya:

  • Pertumbuhan bayi yang terganggu akibat penyakit tertentu. Beberapa penyakit seperti hipotiroidisme, penyakit jantung bawaan, bibir sumbing, dan gangguan saraf dapat menyebabkan kemampuan bayi menyusu secara efektif terganggu. Hal ini dapat menyebabkan ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi.
  • Penyebab primer gangguan produksi ASI. Hal ini dapat terjadi akibat hipoplasia payudara (kelenjar payudara tidak sepenuhnya berkembang), operasi payudara (termasuk tindik puting), dan penyakit yang berat seperti perdarahan pasca persalinan dengan sindroma Sheehan, infeksi atau hipertensi.
  • Penyebab sekunder gangguan produksi ASI. Hal ini terjadi karena susu tidak dikeluarkan dalam jumlah yang banyak dan/atau secara teratur dari payudara. Masalah ini dapat terjadi karena kebiasaan menyusui yang tidak baik, seperti menunggu terlalu lama untuk pertama kali menyusu setelah kelahiran atau frekuensi menyusui yang terlalu sedikit. Kurangnya kepercayaan diri ibu atau adanya anggapan bahwa produksi ASI berkurang dapat menyebabkan hal ini.

 

Faktor Risiko

Berbagai faktor dapat menyebabkan berkurangnya produksi susu selama menyusui, seperti:

  • Faktor bayi
  • Faktor Ibu
    • Kesehatan ibu. Misalnya anemia, perdarahan pasca persalinan, merokok
    • Jaringan kelenjar susu yang tidak cukup menghasilkan ASI
    • Menunggu terlalu lama menyusui bayi untuk pertama kali setelah kelahiran
    • Bayi terlalu cepat diperkenalkan dengan proses menyusu dari botol atau menggunakan dot
    • Membatasi jumlah menyusui sehingga bayi tidak sering mendapatkan ASI
    • Teknik menyusui yang salah
    • Gangguan mental, seperti depresi pasca persalinan
    • Anggapan produksi ASI yang berkurang. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai proses menyusui dan kebiasaan bayi serta praktik menyusui yang salah.
    • Nyeri saat menyusui, dapat terjadi karena luka pada puting karena cara menyusui yang salah ataupun penyakit tertentu.
    • Ibu yang obesitas

 

Gejala

Terdapat beberapa hal yang ditunjukkan bayi ketika ASI yang diminum tidak mencukupi kebutuhannya, di antaranya:

  • Bayi tidak merasa kenyang setelah disusui. Setelah kenyang, bayi akan terlihat lebih rileks dan membuka genggaman tangannya. Jika setelah disusui bayi menangis dengan kencang dan mengisap tangannya, hal ini dapat menunjukkan bayi masih lapar.
  • Lebih sering menangis.
  • Waktu menyusu yang lebih lama.
  • Berat badan tidak bertambah secara normal (<20 gram/hari). Berat badan bayi dapat menjadi turun lebih dari 10% berat badan lahirnya dan tidak mencapai berat badan lahirnya dalam dua minggu pertama kehidupan.
  • Produksi urin tidak ada dalam 24 jam.
  • Jumlah tinja yang sedikit, dengan konsistensi keras dan kering.
  • Menunjukkan tanda-tanda dehidrasi. Beberapa di antaranya adalah penggantian popok yang kurang dari 4-6 kali per hari atau popok yang kering selama 6 jam/lebih, mulut yang kering dan mata cekung dengan air mata yang sedikit.

 

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis gangguan produksi ASI, dokter Anda akan melakukan anamnesis dan mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium. Dokter mungkin akan menanyakan apakah ibu memiliki kondisi medis tertentu, riwayat operasi payudara, merokok, atau memiliki masalah gangguan hormon, seperti Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS).

Dokter juga mungkin akan menanyakan mengenai proses kelahiran bayi, apakah ibu mengalami perdarahan yang banyak setelah kelahiran atau terdapat sisa plasenta yang tertinggal di dalam rahim, karena kondisi anemia dan sisa plasenta yang tertinggal dapat menyebabkan produksi ASI berkurang.

Selanjutnya, dokter mungkin akan melakukan anamnesis dan memeriksa kesehatan bayi, seperti melakukan pengukuran berat badan bayi, menilai derajat penurunan berat badan, dan memeriksa kondisi fisik untuk melihat apakah terdapat gejala dehidrasi pada bayi. Jika dicurigai adanya kondisi medis tertentu pada ibu, dokter mungkin akan meminta pemeriksaan darah untuk menilai jumlah Hb ibu ataupun kadar hormon tiroid.

Pemeriksaan ultrasound mungkin akan dilakukan untuk menilai apakah ada sisa plasenta yang tertinggal di dalam rahim. Pemeriksaan urin bayi mungkin dilakukan untuk mengetahui apakah bayi terkena infeksi saluran kemih, karena hal ini dapat menyebabkan bayi menjadi lemah dan tidak dapat menyusu dengan efektif.

Jika tidak ditemukan penyakit apapun pada bayi, namun terdapat berat badan yang rendah, dokter mungkin akan memeriksa teknik menyusui untuk mengetahui apakah teknik yang dilakukan sudah benar. Teknik menyusui yang salah dapat menyebabkan ASI tidak dapat dikonsumsi bayi secara efektif.

 

Tata Laksana

Untuk meningkatkan produksi ASI, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan, di antaranya:

  • Menyusui bayi sedini mungkin setelah persalinan. Bayi sebaiknya disusui dalam 1 jam pertama kelahiran. Menungggu terlalu lama untuk menyusui dapat menyebabkan produksi ASI yang kurang.
  • Susui bayi dari kedua payudara.
  • Menyusui bayi dengan sering. Bayi sebaiknya disusui sebanyak 8-12 kali per hari, setiap sekitar 2-3 jam sekali.
  • Pastikan teknik menyusui yang dilakukan sudah benar. Teknik yang benar termasuk: dagu bayi menempel ke dada ibu, mulut bayi terbuka lebar, daerah areola bagian atas lebih terlihat daripada bagian bawah, dan bayi menghisap dengan lambat dan dalam.
  • Hindari tidak menyusui jika sudah waktunya. Lakukan pemompaan ASI jika Anda melewatkan waktu menyusui untuk menjaga produksi ASI.
  • Jangan gunakan dot pada bayi. Jika ingin menggunakan dot, lakukan setelah 3-4 minggu setelah kelahiran.
  • Hati-hati menggunakan obat. Sediaan obat yang mengandung pseudoephedrine (obat pilek) dapat menyebabkan produksi ASI berkurang. Baca lebih lanjut mengenai pseudoephedrine di sini Obat Pseudoephedrine - Cara Kerja, Kontraindikasi, Efek Samping.
  • Hindari merokok dan mengonsumsi alkohol

Jika cara-cara di atas tidak cukup untuk meningkatkan produksi ASI, dokter Anda mungkin akan meresepkan obat yang dapat meningkatkan produksi ASI. Obat-obatan atau senyawa yang dapat meningkatkan produksi ASI disebut galactagogue. Obat yang diberikan adalah domperidone, metoclopramide atau sulpiride.

Beberapa tanaman juga diketahui dapat meningkatkan produksi ASI. Beberapa di antaranya yang dapat dijumpai dengan mudah di Indonesia adalah daun katuk, daun kelor, dan daun torbangun. Tanaman atau senyawa alami lain yang dapat membantu produksi ASI adalah fenugreek, anise, fennel, cumin, anggur, dan kopi.

 

Komplikasi

Komplikasi utama berkurangnya produksi ASI adalah gagal tumbuh (failure to thrive). Hal ini dapat menyebabkan berbagai aspek perkembangan bayi menjadi terlambat, seperti kemampuan fisik (berguling, duduk, berdiri dan berjalan) serta kemampuan mental dan sosial.

 

Pencegahan

Untuk mencegah produksi ASI yang berkurang, terdapat beberapa hal yang dapat ibu lakukan, seperti:

  • Makan makanan bergizi seimbang
  • Minum dalam jumlah yang cukup
  • Istirahat yang cukup
  • Hindari stres. Stres dapat menyebabkan refleks pengeluaran susu terhambat, sehingga produksi ASI menurun. Untuk mengurangi stres, Anda dapat menggunakan teknik relaksasi, seperti bernapas dalam, pemijatan, mengonsumsi makanan dan minuman yang Anda suka, serta mendengarkan musik yang Anda senangi. Anda juga tidak perlu khawatir mengenai bagaimana payudara anda terasa ketika diraba. Payudara Anda akan terasa lebih lembut dan berkurang ketika produksi susu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi, sehingga hal ini tidak berarti produksi ASI berkurang.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Anda perlu ke dokter jika bayi menunjukkan tanda-tanda konsumsi ASI yang kurang, seperti berat badan yang turun, lebih sering menangis, atau terdapat tanda-tanda dehidrasi, seperti mata cekung dan jumlah penggantian popok kurang dari 4-6 kali sehari. Ibu juga perlu pergi ke dokter jika produksi ASI turun karena kondisi medis yang dimiliki ibu, seperti riwayat operasi payudara, hipertiroidisme, dan anemia.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Arifin Muhammad Siregar
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 17:23

WIC Breastfeeding Support USDA. (2022). Low Milk Supply. Retrieved 16 October 2022, from https://wicbreastfeeding.fns.usda.gov/low-milk-supply

Sultana, A., Rahman, K., & Manjula, S. (2013). Clinical Update and Treatment of Lactation Insufficiency. Medical Journal Of Islamic World Academy Of Sciences, 21(1), 19-28. doi: 10.12816/0000207

Mayo Clinic. (2022). Low milk supply: What causes it?. Retrieved 16 October 2022, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/expert-answers/low-milk-supply/faq-20058148

WIC Breastfeeing Support USDA. (2022). Baby's Hunger Cues. Retrieved 16 October 2022, from https://wicbreastfeeding.fns.usda.gov/babys-hunger-cues

Kent, J., Prime, D., & Garbin, C. (2012). Principles for Maintaining or Increasing Breast Milk Production. Journal Of Obstetric, Gynecologic &Amp; Neonatal Nursing, 41(1), 114-121. doi: 10.1111/j.1552-6909.2011.01313.x

Rizqi, L., Sutrisminah, E., & Adyani, K. (2022). Efektivitas Tanaman Lokal sebagai Galactagogue untuk Meningkatkan Produksi Air Susu Ibu. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 13(1), 14-17. doi: http://dx.doi.org/10.33846/sf13103