Breast Engorgement

Breast Engorgement
Credit: Mother & Baby. Pembengkakan pada payudara dapat membuat bayi mengalami kesulitan dalam menyusui.

Bagikan :


Definisi

Breast engorgement adalah pembengkakan payudara, terjadi akibat adanya penumpukan air susu dan peningkatan aliran darah di payudara. Kondisi ini dapat terjadi pada satu atau kedua payudara. Pembengkakan juga dapat meluas sampai ketiak dan membuat Anda merasa tidak nyaman. Umumnya payudara terasa menjadi lebih berat, keras, panas dan nyeri.

Breast engorgement umumnya terjadi setelah melahirkan pada saat minggu pertama menyusui, ketika payudara sudah mulai memproduksi susu secara penuh. Pembengkakan payudara dapat terjadi kapan saja selama periode menyusui, dan hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal.

Payudara yang mengalami pembengkakan dan membesar akan menyebabkan bayi kesulitan untuk menyusu, membuat kondisi pembengkakan menjadi lebih berat. Bila mulut bayi sulit melekat pada puting payudara ibu, hal ini dapat menimbulkan peradangan dan tersumbatnya aliran susu.

 

Penyebab

Breast engorgement umumnya terjadi saat ASI tidak sepenuhnya keluar dari payudara dan menumpuk. Normal untuk mengalami kondisi ini selama 1-2 minggu pertama setelah melahirkan. Terjadi peningkatan aliran darah dan perubahan hormon yang turut berperan dalam peningkatan produksi ASI di payudara. Normal untuk timbul penumpukan ASI sehingga payudara membengkak.

Kondisi ini biasanya terjadi bila bayi tidak cukup sering menyusui. Selain itu, breast engorgement juga sering ditemukan pada anak yang mengalami perubahan jadwal menyusu, bisa karena anak sedang sakit, terlalu lama tidur, atau mulai mengonsumsi makanan padat. Bayi yang menyusui dengan sedikit juga bisa menyebabkan breast engorgement

 

Faktor Risiko

Terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan terjadinya pembengkakan payudara, yaitu:

  • Bayi tidak sering menyusu (minimal 8 kali dalam sehari) atau sedikit dalam menyusu.
  • Jadwal menyusui bayi atau memompa ASI terlewat.
  • Perlekatan bayi pada payudara dan kemampuan bayi dalam menghisap ASI selama menyusui tidak maksimal.
  • Memberikan batas waktu dalam menyusui.
  • Byi meminum susu formula.
  • Riwayat pemasangan implan payudara.
  • Memberi MPASI (makanan pendamping ASI) terlalu cepat.
  • Tubuh terlalu banyak memproduksi ASI melebihi kebutuhan bayi, hal ini bisa terjadi karena:
    • Faktor genetik.
    • Memiliki kelebihan hormon prolaktin.
    • Efek pengobatan tertentu, dll.

 

Gejala

Gejala dari breast engorgement pada setiap orang dapat berbeda. Umumnya gejala yang dapat dialami pada sebagian besar orang adalah:

  • Payudara membengkak dan teraba keras.
  • Kulit payudara tampak mengilap karena payudara yang meregang
  • Payudara terasa penuh dan bisa teraba hangat.
  • Bisa timbul nyeri karena kulit payudara yang tertarik dan efek penekanan pada jaringan sekitar.
  • Puting payudara mendatar dan keras.
  • Kelelahan.

Selain itu, beberapa ibu juga dapat mengalami demam dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Hati-hati bila suhu demam tinggi karena ditakutkan sedang terjadi infeksi di dalam tubuh.

Keluhan bisa dirasakan pada satu atau dua payudara. Selain itu, breast engorgement juga bisa meluas sampai ketiak. Perubahan yang terjadi pada payudara ini dapat menyebabkan bayi semakin susah untuk menyusu, sehingga ASI akan semakin menumpuk dalam payudara.

 

Diagnosis

Dalam mendiagnosis breast engorgement (pembengkakan payudara), umumnya dokter akan bertanya mengenai keluhan dan gejala secara detail. Lalu, dokter juga akan menggali informasi mengenai bagaimana cara Anda menyusui bayi, seperti posisi menyusui bayi, frekuensi menyusui dan perlekatan bayi saat menyusu. Proses menyusui yang kurang tepat bisa membuat bayi tidak menyusui secara maksimal.

Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada payudara yang mengalami bengkak. Untuk menentukan diagnosis breast engorgement umumnya tidak dilakukan pemeriksaan khusus seperti pemeriksaan laboratorium atau radiologi.

 

Tata Laksana

Jika Anda mengalami pembengkakan pada payudara dan saat ini sedang dalam kondisi menyusui bayi, maka jangan panik. Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan di rumah untuk meredakan gejala pembengkakan payudara, antara lain:

  • Sebelum menyusui, Anda bisa memberi kompres hangat payudara atau mandi dengan air hangat sebentar untuk memperlembut payudara, sehingga ASI lebih mudah keluar dari payudara. Jangan terlalu lama karena panas berlebih bisa memperburuk pembengkakan.
  • Kompres dingin bisa diberikan setelah menyusui selama 10 menit untuk meredakan pembengkakan dan mengatasi keluhan payudara yang terasa keras.
  • Pakai bra dengan ukuran yang pas untuk mencegah payudara bergerak secara berlebihan.
  • Memeras bagian puting payudara sebelum menyusui sampai keluar sedikit ASI. Hal ini dilakukan agar payudara menjadi lebih lembut dan agar bayi mudah menempel untuk menyusu.
  • Pijat payudara ke arah bawah selama bayi menyusui agar susu bisa keluar secara efektif.

 

Ingin tahu posisi terbaik dalam menyusui bayi? Cek artikelnya di sini!

 

Namun perlu diingat, cara terpenting agar payudara tidak terasa penuh adalah dengan sering menyusui, minimal delapan kali dalam sehari atau setiap tiga jam. Pastikan agar bayi melekat dengan benar ke payudara selama menyusui agar ASI bisa terus keluar dan tidak menumpuk dalam payudara.

Apabila dengan melakukan langkah-langkah di atas gejala pembengkakan payudara tidak berkurang. Sebaiknya Anda berobat ke dokter terdekat untuk mendapat obat antinyeri atau pereda demam. Anda juga bisa menggunakan pompa ASI elektrik untuk membantu mengeluarkan ASI.

 

Komplikasi

Pembengkakan payudara (breast engorgement) umumnya bisa mereda bila ibu sering menyusui anak dan tidak melewatkan jadwal menyusu. Namun bila dibiarkan begitu saja, breast engorgement bisa menyulitkan bayi dan ibu. 

Pembengkakan payudara dapat membuat payudara dan putingnya menjadi keras dan rata. Bayi akan sulit melekat pada payudara untuk menyusu. Perlekatan yang salah juga bisa membuat puting payudara ibu mengalami lecet atau lepuh. Bila dibiarkan, bisa terjadi peradangan jaringan payudara (mastitis). Mastitis yang tidak tertangani bisa menimbulkan infeksi, timbulnya tumpukan nanah dan tersumbatnya aliran susu.

 

Puting pecah-pecah ketika menyusui? Inilah cara mengobatinya!

 

Selain itu, bila ASI tetap berada di payudara, hal ini bisa menjadi sinyal bagi tubuh bahwa produksi susu tidak diperlukan. Produksi ASI perlahan akan berkurang dan bayi juga bisa "mogok" dalam menyusui karena sulit melekat pada puting dan ASI sedikit keluar, bahkan sampai bingung puting.

 

Pencegahan

Kejadian pembengkakan payudara setelah beberapa hari pertama melahirkan umumnya tidak dapat dicegah. Kondisi ini akan terjadi hingga tubuh Anda dapat mengatur produksi ASI sesuai kebutuhan. Terdapat beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mencegah terjadinya pembengkakan payudara selama periode menyusui berlangsung:

  • Sering menyusui bayi dan sesuai permintaan bayi, minimal 8-12 kali dalam sehari. Anda bisa tidur di ruangan yang sama dengan bayi agar mudah mengikuti kebutuhan bayi dalam menyusu.
  • Pompa ASI ketika bayi tidak lapar atau ketika Anda tidak berada di dekat bayi.
  • Anda juga bisa membangunkan bayi untuk menyusu ketika payudara terasa penuh dan tidak nyaman.
  • Jangan membatasi waktu bayi selama menyusu.
  • Tidak memberikan cairan tambahan pada bayi seperti susu formula tanpa indikasi medis dan rekomendasi dokter.
  • Pastikan posisi menyusu dan perlekatan bayi dengan puting payudara dengan benar. Hal ini dilakukan agar bayi dapat menyusu dan ASI bisa keluar dari payudara secara maksimal.
  • Anda harus makan dengan baik, meminum cairan sesuai kebutuhan dan tidur cukup.

 

Kapan Harus Ke Dokter?

Konsultasilah dengan dokter apabila Anda mengalami demam sampai melebihi 38oC, atau bayi menjadi tidak bisa menyusui karena pembengkakan payudara yang berat. Anda juga bisa berkonsultasi dengan konsultan laktasi untuk memastikan bila bayi Anda sudah menyusu secara efektif.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Luluk Ummaimah A
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 04:36