Krisis Hiperglikemia

Krisis hiperglikemia adalah kondisi gawat darurat yang membutuhkan pertolongan medis segera.

Bagikan :


Definisi

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik yang mengganggu metabolisme zat gizi makro seperti protein, lemak dan karbohidrat. Angka kasus diabetes mellitus pada tahun 2019 adalah sekitar 9,3% atau 463 juta orang. Karena banyaknya pasien diabetes, kondisi krisis hiperglikemia banyak ditemukan pada instalasi gawat darurat.

Krisis hiperglikemia adalah komplikasi serius dari diabetes mellitus yang berpotensi mengancam nyawa, bisa terjadi pada pasien diabetes mellitus tipe 1 maupun tipe 2. Terdapat dua jenis krisis hiperglikemia, yaitu:

  • Ketoasidosis diabetikum (KAD) mengacu pada kondisi peningkatan kadar gula darah, kadar badan keton dalam darah, serta keasaman darah.
  • Hiperglikemia hiperosmolar nonketotik (SHH) mengacu pada peningkatan kadar gula darah berat >600 mg/dL, dehidrasi ekstrem, darah yang hiperosmolar (konsentrasi garam, glukosa dan zat lainnya tinggi) tanpa penumpukan asam, serta dapat disertai dengan penurunan kesadaran.

KAD dan HHS tetap menjadi penyebab kesakitan dan kematian penderita diabetes mellitus meskipun kriteria diagnostik dan protokol pengobatan saat ini sudah berkembang dengan baik.  Angka kematian akibat KAD <1% dan sampai 15% akibat HHS. Diagnosis dini, evaluasi laboratorium yang komprehensif, dan pengobatan efektif adalah kunci dari penanganan krisis hiperglikemia yang sukses.

 

Baca di sini: Diabetes Mellitus - Definisi, Penyebab dan Faktor Risiko.

 

Penyebab

Pada kedua kondisi krisis hiperglikemia, terjadi penurunan kadar hormon insulin yang berperan dalam regulasi gula darah di tubuh. Pada KAD, hal ini bisa terjadi karena berkurangnya produksi hormon insulin. Sementara itu pada SHH, hormon insulin tidak bekerja dengan efektif. Selain itu, ditemukan juga peningkatan hormon glucagon dan kortisol yang menyebabkan peningkatan produksi gula darah di organ hati.

 

Ketoasidosis Diabetikum (KAD)

Terjadi perubahan dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Pada KAD, peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) terjadi karena:

  • Pembentukan gula darah (glukoneogenesis) meningkat.
  • Peningkatan pemecahan glikogen sebagai cadangan gula di hati menjadi glukosa.
  • Berkurangnya penggunaan glukosa di sel-sel hati, otot dan lemak walaupun glukosa yang beredar di darah sangat banyak.

Karena kadar hormon insulin rendah, glukosa yang beredar di darah tidak bisa dibawa masuk ke dalam sel untuk diubah sebagai energi. Akhirnya, organ hati akan memecah lemak untuk mendapat energi, dan menghasilkan badan keton yang bersifat asam. Ketika kadar badan keton tersebut meningkat terlalu banyak, penumpukannya akan menyebabkan pH darah menjadi asam.

 

Hiperglikemia Hiperosmolar Nonketotik (SHH)

Pada SHH, penurunan produksi hormon insulin tidak terlalu signifikan, sehingga organ hati tidak memecah jaringan lemak dan mencegah terjadinya pembentukan badan keton. Namun sayangnya, terjadi resistensi insulin di mana hormon insulin yang ada tidak bisa digunakan untuk membawa glukosa ke sel-sel tubuh. Akibatnya, gula darah terus menumpuk di darah dan tidak bisa dipakai sebagai bahan energi tubuh.

Peningkatan kadar gula darah dan hilangnya cairan yang ada di dalam sel pada SHH sangat signifikan bila dibandingkan dengan KAD.

 

Faktor Risiko

Faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya KAD adalah:

  • Jenis kelamin perempuan.
  • Ras kulit hitam.
  • Status sosioekonomi rendah.
  • Pasien diabetes mellitus yang berusia <45 tahun.
  • Lupa dosis insulin atau memberikan dosis insulin terlalu banyak maupun terlalu sedikit.
  • Penyalahgunaan obat atau alkohol.
  • Adanya gangguan psikiatri.
  • Riwayat pernah mengalami ketoasidosis diabetikum sebelumnya.
  • Mengalami cedera atau infeksi yang serius.

 

Sementara itu, mirip dengan KAD, faktor risiko dari SHH di antaranya:

  • Infeksi dan cedera serius.
  • Adanya penyakit terkait jantung atau pembuluh darah seperti serangan jantung atau stroke.
  • Sedang dalam pengobatan lain, seperti obat diuretik yang digunakan untuk meningkatkan produksi urine.
  • Lupa dosis insulin atau memberikan dosis insulin terlalu banyak maupun terlalu sedikit.

 

Gejala

KAD biasanya terjadi dengan cepat dalam beberapa jam setelah faktor pencetus terjadi. Sementara itu, SHH terjadi dengan perlahan, dapat dalam waktu beberapa hari sampai minggu. Gejala yang sering timbul pada KAD dan SHH terjadi akibat kadar gula darah yang tinggi, yaitu meliputi:

  • Peningkatan frekuensi buang air kecil.
  • Mudah lapar dan haus.
  • Penurunan berat badan.
  • Kelemahan tubuh.
  • Terdapat tanda dehidrasi atau kekurangan cairan seperti:
    • Bibir atau mulut yang kering.
    • Mata cekung.
    • Turgor kulit yang buruk.
    • Detak jantung cepat.
    • Tekanan darah rendah.
    • Syok pada kasus yang berat.

 

Ketoasidosis Diabetikum

Pada KAD, terdapat peningkatan badan keton di dalam darah serta asidosis (penurunan pH darah) yang dapat menyebabkan gejala seperti:

  • Napas cepat dan dalam.
  • Bau napas seperti aseton.
  • Mual atau muntah.
  • Nyeri perut yang dapat terasa berat.
  • Penurunan kesadaran sampai koma walaupun jarang.

 

Hiperglikemia Hiperosmolar Nonketotik

Selain kelemahan dan gejala dehidrasi, dapat terjadi gejala yang berkaitan dengan sistem saraf pada pasien SHH, yang meliputi:

  • Gangguan penglihatan
  • Halusinasi
  • Kejang
  • Penurunan kesadaran sampai koma

 

Diagnosis

Pada pasien diabetes mellitus yang dicurigai mengalami krisis hiperglikemia, dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi:

  • Pemeriksaan darah lengkap
  • Pemeriksaan glukosa darah dan HbA1c
  • Fungsi ginjal seperti ureum dan kreatinin
  • Kadar keton darah
  • Kadar elektrolit
  • Osmolalitas darah (konsentrasi partikel kimia terlarut dalam cairan)
  • Pemeriksaan keton urine
  • Analisa gas darah

Jika terdapat indikasi, maka dokter juga akan melakukan pemeriksaan rekam jantung (elektrokardiogram atau EKG), kultur darah, pemeriksaan dahak, serta pencitraan dengan X-ray dada.

 

Tata Laksana

Tujuan tata laksana penderita krisis hiperglikemia adalah:

  • Perbaikan volume cairan tubuh, aliran darah dan hantaran oksigen ke jaringan.
  • Penurunan kadar gula darah dan kekentalan darah secara bertahap.
  • Perbaikan ketidakseimbangan elektrolit.
  • Mengidentifikasi kondisi medis yang mencetuskan krisis hiperglikemia.
  • Memberikan pengobatan sejak dini.

Pasien akan diobservasi secara berkala untuk memonitor keadaan pasien dan keberhasilan pengobatan. Komponen penting dari pengobatan krisis hiperglikemia meliputi:

  • Terapi cairan untuk mengatasi kekurangan volume cairan pada pasien dengan pemberian infus saline isotonik 15-20 ml/kg berat badan pasien setiap jam, atau 1-1,5 liter selama satu jam pertama. Namun, pilihan infus akan disesuaikan dengan kondisi pasien.
  • Pemberian kalium bila pasien mengalami kekurangan elektrolit kalium di tubuh.
  • Pemberian fosfat bisa dipertimbangkan bila pasien mengalami komplikasi akibat penurunan kadar fosfat di darah.
  • Terapi natrium bikarbonat cukup kontroversial pada KAD namun bisa diberikan.
  • Pemberian insulin bisa dimulai setelah kadar kalium >3,3 mmol/L untuk menurunkan kadar gula darah secara bertahap.
 
 

 

Komplikasi

Komplikasi KAD dan SHH yang paling banyak adalah hipoglikemia (kadar gula darah rendah) dan hipokalemia (kalium darah rendah) akibat terapi berlebihan dengan insulin dan bikarbonat. Hipokalemia dan hipoglikemia yang berat secara signifikan berkaitan dengan peningkatan risiko kematian pada penderita krisis hiperglikemia.

Pembengkakan otak, salah satu komplikasi KAD yang bersifat fatal, terjadi pada 0,7-1,0 persen anak, terutama yang baru terdiagnosis dengan KAD. Komplikasi ini juga dapat terjadi pada penderita diabetes yang sudah lama dan pasien DM dengan usia <20 tahun. Pembengkakan otak ditandai dengan penurunan kesadaran, gelisah, cenderung tidur, dan nyeri kepala. Nyeri kepala adalah gejala yang paling awal muncul, kemudian akan disusul dengan perubahan kesadaran dan gelisah. Kerusakan saraf dapat menyebabkan kejang, gangguan BAK dan BAB, denyut jantung melambat, dan akhirnya henti nafas. Ini dapat terjadi dengan cepat akibat penekanan batang otak.

Angka kematian SHH lebih tinggi dibandingkan dengan KAD. Angka ini bergantung pada komorbiditas terkait dan tingkat keparahannya. Dehidrasi berat, usia yang lebih tua, dan adanya kondisi komorbid pada SHH adalah faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat SHH.

 

Pencegahan

Sebagai penderita diabetes mellitus, Anda dapat melakukan beberapa hal di rumah untuk membantu mencegah terjadinya KAD maupun SHH. Langkah tersebut meliputi:

  • Memantau kadar gula darah dengan rutin, terutama lebih sering ketika sakit.
  • Konsumsi obat-obatan tepat waktu dan sesuai dengan resep dokter.
  • Menjaga kadar gula darah dalam rentang yang dianjurkan.
  • Mendiskusikan perubahan obat atau insulin berdasarkan perubahan diet atau olahraga.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Krisis hiperglikemia adalah kondisi gawat darurat yang membutuhkan pertolongan medis segera. Orang yang menderita diabetes harus segera mencari pertolongan medis jika mereka merasakan kondisi mereka jatuh atau drop dan ditemukan kadar gula darah yang sangat tinggi.

Penderita diabetes juga disarankan untuk memeriksa kadar gula darahnya jika mengalami tanda awal hiperglikemia, seperti haus berlebihan atau peningkatan frekuensi berkemih.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Tea Karina Sudharso
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 23:23

Hyperglycemic crises: Diabetic ketoacidosis and Hyperglycemic Hyperosmolar State - NCBI bookshelf (2021). Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279052/ (Accessed: February 21, 2023). 

DKA vs. HHS: Differences, similarities, and more (2022) Medical News Today. MediLexicon International. Available at: https://www.medicalnewstoday.com/articles/diabetic-ketoacidosis-vs-hyperosmolar-hyperglycemic-state# (Accessed: February 21, 2023). 

Aldhaeefi, M. et al. (2021) Updates in the management of Hyperglycemic CrisisFrontiers. Frontiers. Available at: https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fcdhc.2021.820728/full (Accessed: February 21, 2023).