Diabetes Melitus

Diabetes Melitus
Kenali penyakit diabetes mellitus lebih lanjut.

Bagikan :


Definisi

Diabetes adalah kelompok penyakit kronis yang terjadi ketika organ pankreas tidak dapat memproduksi hormon insulin atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi tubuh secara efektif. Insulin sendiri adalah hormon yang mengatur kadar gula darah dalam tubuh. Sementara gula atau glukosa adalah sumber energi yang dibutuhkan oleh sel.

Penyakit ini mengacu pada kondisi ketika tubuh tidak bisa menggunakan gula darah dengan benar sehingga banyak glukosa yang beredar di aliran darah. Penyebab diabetes berbeda berdasarkan jenisnya, namun apa pun jenisnya, diabetes bisa menyebabkan peningkatan gula darah di tubuh yang disebut hiperglikemia.

Hiperglikemia adalah efek yang umum terjadi pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol dan dapat menyebabkan kerusakan serius pada sistem organ lain dalam tubuh, terutama sistem saraf dan pembuluh darah.

Hingga saat ini, diabetes masih menjadi salah satu penyakit kronis yang mematikan dan dengan banyak penderita yang di seluruh dunia. Peningkatan jumlah kasus penyakit ini diduga akibat pergeseran gaya hidup seperti peningkatan konsumsi makanan yang manis dan kurangnya aktivitas fisik. Pada tahun 2019 sendiri menurut WHO, terdapat 2 juta populasi manusia yang meninggal akibat penyakit diabetes melitus beserta komplikasinya.

Diabetes melitus adalah sebuah penyakit metabolik yang memiliki beberapa kategori, yakni:

  • Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah jenis diabetes yang disebabkan oleh kondisi autoimun dalam tubuh. Maksudnya, tubuh menyerang sel organ pankreas yang berfungsi untuk menghasilkan insulin. Akibatnya, lebih dari 90% sel-sel tersebut hancur secara permanen, membuat pasien tidak memiliki cukup insulin untuk mengatur gula darah di tubuhnya.

Sekitar 5-10 persen orang-orang memiliki diabetes tipa 1, dan jenis diabetes ini biasanya terdiagnosis pada anak-anak dan pasien usia muda. Pasien akan membutuhkan insulin seumur hidup untuk mengatasinya.

Diabetes tipe 2

Pada jenis diabetes ini, terjadi ketidakseimbangan antara kadar insulin di tubuh dengan penurunan sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin. Tubuh menjadi resisten terhadap efek hormon insulin, sehingga tidak terdapat cukup insulin untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Seiring berjalannya waktu, kemampuan tubuh untuk menghasilkan insulin juga berkurang.

Diabetes tipe 2 biasanya didiagnosis pada usia tua dan dewasa, dan diakibatkan karena pola hidup yang tidak baik ketika muda seperti tingginya konsumsi makanan manis, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik.

  • Maturity – Onset Diabetes of The Young (MODY)

MODY adalah jenis diabetes yang biasanya terdiagnosis pada usia muda di bawah 25 tahun. Mutasi genetik ditemukan pada beberapa pasien, namun ada juga pasien yang mengalami gejala klinis diabetes namun tidak memiliki mutasi genetik yang jelas.

  • Diabetes gestasional

Diabetes yang berkembang saat wanita hamil dan biasanya hilang setelah kehamilan, diduga terjadi akibat perubahan hormon kehamilan yang memengaruhi fungsi sel yang memproduksi insulin. Namun, wanita yang mengalami ini memiliki peningkatan risiko mengalami diabetes tipa 2 di kemudian hari.

  • Diabetes neonatal

Jenis diabetes yang ditemukan pada pada bayi baru lahir sampai usianya di bawah 6 bulan, disebabkan oleh perubahan gen yang memengaruhi produksi insulin.

 

Anda bisa membaca mengenai diabetes gestasional di sini: Diabetes Gestasional - Definisi dan Faktor Risiko.

 

Penyebab

Tubuh mencerna makanan menjadi beragam zat yang bisa lebih mudah dicerna. Contohnya, karbohidrat yang terkandung dalam nasi, pasta atau roti akan dipecah lagi menjadi glukosa. Kemudian, glukosa atau gula ini akan beredar pada aliran darah.

Hormon insulin akan dilepaskan dalam aliran darah, berperan untuk membuat glukosa tidak terus berada di dalam darah dan bisa memasuki sel-sel tubuh. Nantinya, glukosa akan digunakan sebagai bahan energi bagi tubuh, agar jaringan dan organ bisa berfungsi dengan baik.

Bila tubuh memiliki kelebihan glukosa, insulin juga berperan dalam penyimpanan cadangan glikogen (salah satu bentuk glukosa) di organ hati. Oleh karena itu, bila glukosa terus berada dalam aliran darah karena berbagai sebab dan tidak bisa digunakan tubuh untuk menjadi energi, kadar gula darah akan naik.

Penyebab diabetes sendiri bermacam-macam, bisa terjadi akibat salah satu dari kondisi berikut:

  • Terjadi gangguan pada pankreas, di mana pankreas tidak memproduksi insulin sama sekali, atau hanya sedikit sekali insulin yang dihasilkan.
  • Pankreas menghasilkan insulin, namun sel-sel tubuh kurang sensitif atau memiliki suatu resistensi, sehingga tidak bisa merespon insulin yang sudah dilepaskan pankreas dengan baik.
  • Terjadi suatu mutasi genetik atau kondisi medis tertentu.
  • Sedang dalam masa kehamilan.

 

Faktor Risiko

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko dari diabetes melitus antara lain adalah:

  • Orang Afrika, Asia Amerika, Indian Amerika, Alaska, Spanyol atau Latin Amerika.
  • Memiliki riwayat keluarga (orang tua atau saudara kandung) dengan penyakit diabetes melitus.
  • Obesitas atau kegemukan.
  • Memiliki kadar HDL ("kolesterol baik") yang rendah dan trigliserida (sejenis lemak) dalam darah yang tinggi.
  • Memiliki pola hidup sedenter atau kurang aktivitas fisik.
  • Usia di atas 45 tahun pada diabetes tipe 2.
  • Riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah tinggi.
  • Kebiasaan merokok.
  • Pada ibu hamil, risiko diabetes gestasional meningkat ketika hamil dengan usia di atas 25 tahun.
  • Riwayat cedera pada organ pankreas bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 1.
  • Memiliki kondisi medis berikut dikaitkan dengan diabetes melitus, seperti:
    • Akromegali, kondisi langka di mana tubuh menghasilkan terlalu banyak hormon pertumbuhan.
    • Hipertiroid, kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid.
    • Hiperaldosteron, kelenjar adrenal terlalu banyak menghasilkan hormon aldosteron dalam darah.

 

Gejala

Gejala dari diabetes melitus secara umum adalah:

  • Polidipsi (peningkatan rasa haus).
  • Polifagi (peningkatan rasa lapar).
  • Poliuri (peningkatan rasa ingin buang air kecil).
  • Badan mudah merasa lelah.
  • Pandangan kabur.
  • Mati rasa, kesemutan, atau rasa seperti tertusuk pada bagian kaki atau tangan.
  • Luka kecil yang susah sembuh.
  • Terjadi infeksi terus menerus tanpa penyebab yang jelas.
  • Mulut kering.
  • Kulit kering dan gatal.
  • Disfungsi ereksi dan penurunan gairah seksual pada pria.

 

Anda bisa membaca mengenai disfungsi ereksi di sini.

 

Diagnosis

Dokter dapat menanyakan hal-hal berikut pada pasien untuk menggali informasi mengenai kemungkinan penyakit yang diderita pasien:

  • Keluhan utama dan keluhan penyerta pasien.
  • Riwayat penyakit pada keluarga.
  • Riwayat pengobatan tertentu pada pasien.
  • Riwayat penyakit sebelumnya yang diderita pasien.
  • Pola makan dan gaya hidup.

Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Terkadang pasien bisa datang dengan berat badan berlebih atau obesitas, memiliki keluhan pada kulit, kemampuan pandang pada mata, atau keluhan saraf.  Luka pada kulit kaki bisa terlihat sulit sembuh.

Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium darah dan urine. Pada pasien diabetes melitus, dokter akan fokus pada:

  • Pemeriksaan HbA1C atau pemeriksaan jumlah sel darah merah yang terikat dengan gula darah pada 3 bulan terakhir.
  • Pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam pasca makan.
  • Pemeriksaan gula darah sewaktu.
  • Tes toleransi glukosa oral dengan meminum cairan gula sebanyak 75-100 gram yang harus habis dalam waktu 5 menit.
  • Pemeriksaan urine untuk melihat apakah ada glukosa atau gula dalam urine yang seharusnya tidak ada.

 

Tata Laksana

Terdapat berbagai macam tata laksana dari diabetes melitus, pengobatan setiap pasien diabetes akan berbeda dengan kondisi masing-masing. Diabetes melitus adalah penyakit yang membutuhkan kontrol secara rutin untuk menjaga kondisi pasien dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat. 

Perubahan gaya hidup dengan mengganti pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik terbukti mampu untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien yang diabetesnya belum cukup parah. Dokter bisa memberikan obat penurun kadar gula darah atau obat suntik insulin dengan mempertimbangkan kondisi fisik pasien dan perkembangan penyakitnya. 

 

Komplikasi

Terdapat banyak komplikasi dari diabetes melitus, Komplikasi tersebut menjadi penyebab terumum kematian akibat diabetes. Bila kadar gula darah dibiarkan tinggi dan tidak dikontrol, kondisi pasien akan memburuk seiring dengan berjalannya waktu. Komplikasi dari diabetes meliputi:

  • Masalah pada sistem jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol yang tinggi, dan penyempitan pembuluh darah.
  • Masalah pada saraf perifer (neuropati), yang dapat menyebabkan rasa kebal pada jari yang menyebar ke seluruh tubuh.
  • Gangguan ginjal yang dapat berujung pada gagal ginjal, timbulnya kebutuhan untuk cuci darah atau transplantasi ginjal.
  • Masalah pada mata (retinopati) yang dapat menyebabkan kebutaan, katarak, atau glukoma.
  • Kerusakan pada kaki, termasuk kerusakan saraf, penurunan aliran darah, dan kemampuan penyembuhan luka yang berkurang
  • Infeksi pada kulit.
  • Disfungsi ereksi.
  • Penurunan pendengaran.
  • Depresi.
  • Demensia.
  • Masalah pada gigi.
  • Preeklamsia (tekanan darah tinggi dengan ditemukannya protein pada ibu hamil).
  • Hipoglikemia pada bayi baru lahir (kadar gula darah yang terlalu rendah).

 

Anda dapat membaca lebih jauh mengenai demensia di sini.

 

Pencegahan

Dalam mencegah diabetes melitus, Anda dapat melakukan beberapa cara yang berhubungan dengan perubahan gaya hidup, dengan cara:

  • Mengurangi berat badan mulai 7-10 persen hingga mencapai rentang ideal, terutama bila indeks massa tubuh Anda di atas 25.
  • Rutin melakukan aktivitas fisik terbukti mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu mengurangi risiko terkena diabetes melitus.
  • Mengurangi asupan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi seperti nasi putih, bisa diganti dengan nasi merah, singkong atau ubi. 
  • Perbanyak sayuran dan asupan protein seperti tahu, tempe, atau ikan.
  • Kurangi konsumsi makanan berminyak dan asupan gula berlebihan.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Segeralah ke dokter bila Anda memiliki gejala di atas dan memiliki riwayat penyakit diabetes melitus pada keluarga. Sebaiknya Anda melakukan skrining rutin untuk mengetahui kondisi Anda secara berkala.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Lovira Ai Care
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Rabu, 5 Juni 2024 | 09:52