Definisi
Lesi korosif pada esofagus merupakan salah satu bentuk keracunan yang terjadi akibat menelan asam atau basa, terutama yang bersifat kuat. Penelanan ini dapat terjadi baik secara sengaja ataupun tidak disengaja. Sekitar 80% kasus terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun, yang terjadi karena ketidaksengajaan atau karena rasa penasaran mereka. Salah satu zat yang sering menjadi penyebab adalah larutan pembersih. Setelah anak-anak, kasus ini juga banyak dialami orang-orang dewasa muda yang berusia di atas 21 tahun. Penelanan bahan berbahaya ini dapat menimbulkan efek jangka panjang pada saluran cerna.
Penyebab
Lesi korosif pada esofagus/kerongkongan pada umumnya disebabkan oleh penelanan asam atau basa. Asam dikatakan kuat apabila memiliki pH di bawah 2, sementara basa dikatakan kuat apabila memiliki pH di atas 12. Beberapa contoh asam kuat adalah cairan pembersih toilet, cairan aki, produk pembersih karat, pembersih logam, pembersih semen, pembersih pipa pembuangan, dan cairan penyolder yang mengandung seng klorida. Sementara itu, beberapa contoh basa kuat adalah pembersih pipa pembuangan, produk mengandung amoniak, pembersih oven, pembersih kolam renang, deterjen pembersih mobil, pelemas rambut, tablet reagen/bahan yang digunakan untuk reaksi dalam pemeriksaan urin atau BAB, pemutih, dan semen. Benda-benda ini pada umumnya akan melukai kerongkongan dan lambung lebih lama daripada saluran cerna selanjutnya, karena bertahan lebih lama di sana. Namun, lesi atau luka dapat terjadi pada area yang berkontak dengan penyebab, seperti rongga mulut, tenggorokan, saluran napas atas, dan usus halus.
Meskipun sama-sama bersifat korosif, asam kuat dan basa kuat memiliki pengaruh yang berbeda terhadap saluran cerna. Basa kuat pada umumnya tidak berwarna, tidak berasa, lebih kental, dan tidak memiliki bau yang terlalu tajam, sehingga jumlah penelanan seringkali jauh lebih banyak daripada asam. Saat ditelan, basa kuat bereaksi dengan protein dan lemak pada jaringan yang lalu diubah menjadi enzim pencerna protein dan “sabun”, yaitu campuran lemak dan zat basa dengan pH mendekati 7. Enzim pencerna protein ini dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada jaringan.
Sementara itu, asam kuat pada umumnya berbau dan berasa tidak enak, sehingga seringkali dikonsumsi dalam jumlah yang lebih sedikit, dan biasanya langsung ditelan setelah masuk ke mulut. Asam kuat yang bereaksi dengan jaringan akan menghasilkan protein yang bersifat asam dan mengalami penggumpalan. Penggumpalan ini mencegah kerusakan jaringan terjadi lebih jauh, sehingga lesi biasanya lebih ringan daripada lesi akibat basa kuat.
Faktor Risiko
Lesi korosif pada esofagus umumnya terjadi pada dua kelompok usia, yaitu kelompok anak di bawah 5 tahun dan kelompok usia remaja hingga dewasa muda, terutama 21 tahun ke atas. Pada anak berusia di bawah 5 tahun, penelanan biasanya terjadi secara tidak disengaja atau karena penasaran. Namun, tingkat keparahannya biasanya lebih rendah karena anak-anak cenderung akan memuntahkan zat yang ditelan. Sementara itu, pada remaja hingga dewasa muda, sebagian besar kasus terjadi sebagai upaya mengakhiri hidup, sehingga jumlah penelanan lebih banyak dan lesi lebih parah.
Gejala
Gejala yang seringkali muncul setelah menelan asam atau basa kuat adalah sesak napas, suara serak, kesulitan menelan, nyeri pada rongga mulut, nyeri menelan, nyeri dada, nyeri perut, serta mual dan muntah. Kesulitan menelan awalnya terjadi akibat penurunan gerak kerongkongan, sementara jika terjadi lama setelah penelanan, akibat perubahan jaringan menjadi jaringan parut, baik dengan penyempitan kerongkongan maupun tidak. Nyeri dapat terjadi akibat berbagai hal, misalnya karena perlubangan pada kerongkongan.
Nyeri ini sangat tergantung oleh bagian kerongkongan mana yang terkena. Apabila kerongkongan bagian atas yang kena, nyeri biasanya terjadi pada leher dan disertai dengan kekakuan leher. Sementara itu, apabila kerongkongan bagian bawah yang terkena, nyeri dapat dirasakan pada dada bagian tengah hingga perut bagian atas tengah. Perlubangan ini dapat pula terjadi akibat muntah hebat atau muntah darah setelah penelanan zat, sehingga menyebabkan nyeri dada hebat.
Diagnosis
Lesi korosif pada esofagus adalah sebuah kondisi yang termasuk dalam kegawatdaruratan medis. Pemeriksaan akan diawali dengan pemeriksaan awal untuk mengecek stabilitas kondisi pasien seperti tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, laju napas, refleks cahaya pada mata, dan kesadaran. Selain itu, pemeriksaan akan dilakukan untuk mencari adanya tanda-tanda bahaya pada pernapasan, seperti adanya bunyi napas tambahan dan suara serak. Adanya luka pada rongga mulut dan kerongkongan dapat diketahui dari meneteskan ludah, tidak ingin makan, dan kesulitan menelan. Apabila lesi terlalu parah, syok atau kegagalan peredaran darah ke seluruh tubuh dapat terjadi. Pengumpulan udara tepat di bawah kulit dekat leher atau dada dapat terjadi apabila kerongkongan berlubang. Sebisa mungkin, tenaga kesehatan akan mencari tahu jenis zat yang tertelan.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah tes keasaman untuk mengetahui pH zat yang tertelan serta pH ludah. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit darah, pemeriksaan fungsi ginjal, serta analisis gas darah dapat dilakukan untuk mencari adanya keracunan yang sudah menyebar ke seluruh tubuh. Pemeriksaan fungsi hati dan pembekuan darah dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pembekuan darah. Pemeriksaan kencing dapat dilakukan untuk menjadi panduan dalam penggantian cairan. Pemeriksaan golongan darah dan kecocokan dengan darah pendonor dapat dilakukan untuk pasien yang akan menjalani pembedahan atau memiliki kemungkinan perdarahan saluran cerna yang cukup besar. Pemeriksaan listrik jantung dapat pula dilakukan apabila dicurigai motif penelanan adalah mengakhiri hidup. Pemeriksaan kalsium darah juga diperlukan terutama apabila keracunan terjadi karena asam florida, karena dapat menurun secara drastis hingga menyebabkan gangguan irama jantung.
Pemeriksaan pencitraan sangat penting untuk dilakukan. Pemeriksaan awal dapat berupa foto rontgen dada dan perut untuk mencari adanya kemungkinan perlubangan pada kerongkongan, reaksi pada saluran napas dan paru, serta adanya benda asing yang tertelan seperti baterai kancing. Pemeriksaan computed tomography scan (CT scan) dapat menunjukkan seberapa banyak jaringan yang terdampak oleh penelanan zat tersebut. Apabila fasilitas kesehatan memadai, endoskopi dapat dilakukan dengan memasukkan selang dengan kamera di ujungnya ke dalam mulut, kerongkongan, lambung, hingga usus halus. Endoskopi dapat digunakan untuk mengetahui keparahan lesi, namun disarankan untuk dilakukan sebelum hari ke-4 karena sel-sel sedang menjalani proses penyembuhan.
Tata Laksana
Sebelum dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat, apabila Anda mencurigai atau mengetahui adanya penelanan zat oleh Anda atau orang di sekitar Anda, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan:
- Kenali zat yang tertelan
- Jangan memicu muntah pada korban
- Jangan berikan obat antimuntah pada korban
- Jangan berusaha untuk menetralkan pH menggunakan asam atau basa lemah
- Gunakan air (jika zat bersifat basa) atau susu (jika zat bersifat asam) untuk menetralkan pH secepatnya dalam jumlah sedikit. Apabila zat tidak diketahui, lebih baik tidak usah memberikan apapun
Kondisi ini merupakan kondisi kegawatdaruratan, sehingga tata laksana awal di IGD akan bertujuan untuk menstabilkan kondisi pasien, yaitu dengan memastikan jalan napas terbuka dan aman (airway), pernapasan stabil tanpa stres negatif (breathing), dan peredaran darah stabil (circulation). Obat bius dapat digunakan selama prosedur ini. Pemasangan selang makan dapat dilakukan untuk menyedot zat penyebab apabila dilakukan segera setelah penelanan. Setelah keadaan pasien stabil, pasien dapat direncanakan untuk rawat inap dan pemantauan lanjutan. Antibiotik akan diberikan untuk mencegah infeksi karena sel-sel saluran cerna tidak mampu melindungi diri dari bakteri pada kondisi ini. Pembedahan dapat pula dilakukan setelah 3 minggu apabila ada penyempitan pada kerongkongan.
Komplikasi
Komplikasi lesi korosif pada esofagus dapat terjadi dalam jangka pendek dan panjang. Komplikasi jangka pendek dapat berupa perlubangan pada kerongkongan atau lambung dan kematian. Perlubangan dapat terjadi pada fase awal setelah penelanan zat hingga 2-3 minggu kemudian. Sementara itu, komplikasi jangka panjang dapat berupa penyempitan saluran cerna dan berubahnya sel-sel saluran cerna menjadi sel kanker. Penyempitan saluran cerna dapat terjadi baik pada kerongkongan ataupun lambung, yang dapat muncul sebagai keluhan sulit menelan, mual dan muntah setelah makan, serta penurunan berat badan drastis. Kemungkinan seseorang mengalami kanker ganas pada saluran cerna setelah menelan zat korosif naik 1.000-3.000 kali lipat. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin dengan endoskopi disarankan sekitar 20 tahun setelah penelanan terjadi, dengan jarak 1-3 tahun sekali.
Pencegahan
Pencegahan lesi korosif dapat dilakukan dengan tetap menggunakan kemasan awal zat dengan label berbahaya dan jauhkan dari jangkauan anak-anak. Di tempat kerja, kebijakan dan standar operasional sebaiknya diterapkan secara hati-hati dan teliti supaya paparan dapat ditangani secara cepat dan efektif.
Kapan Harus ke Dokter?
Segeralah ke dokter apabila Anda, anak Anda, atau orang di sekitar Anda tidak sengaja menelan zat kimia yang berpotensi menyebabkan lesi korosif. Jika Anda tidak mengetahui apakah terjadi penelanan, gejala-gejala yang telah dideskripsikan pada bagian Gejala dapat digunakan untuk mewaspadai adanya penelanan zat korosif, terutama apabila terjadi secara tiba-tiba dalam waktu yang bersamaan. Semakin cepat Anda membawa korban ke fasilitas kesehatan, semakin tinggi pula kemungkinan korban selamat tanpa komplikasi yang terlalu parah.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma
Elkaramany, M. (2018). An overview of corrosive injury of the upper gastrointestinal tract: Discussion of types, clinical evaluation, and management procedures. Advances In Digestive Medicine, 5(4), 115-120. doi: 10.1002/aid2.13091
Lung, D. (2020). Caustic Ingestions: Practice Essentials, Pathophysiology, Etiology. Retrieved 4 January 2022, from https://emedicine.medscape.com/article/813772-overview#a1
Lusong, M., Timbol, A., & Tuazon, D. (2017). Management of esophageal caustic injury. World Journal Of Gastrointestinal Pharmacology And Therapeutics, 8(2), 90. doi: 10.4292/wjgpt.v8.i2.90