Pingsan

Bagikan :


Definisi

Pingsan atau dalam istilah medis disebut sinkop merupakan keadaan di mana seseorang tidak sadar, kehilangan kontrol badan dan tiba-tiba lemas, kemudian dapat pulih kembali. Pada beberapa saat sebelum pingsan, seseorang dapat merasakan gejala yang disebut sebagai pre-sinkop. Sekitar 35% dari populasi di dunia mengalami pingsan setidaknya sekali dalam seumur hidup. Sinkop bisa terjadi sekali ataupun berulang. Penting bagi Anda untuk mengenali apa itu sinkop dan kapan sinkop harus diwaspadai sebagai tanda bahaya dari keadaan yang dapat mengancam nyawa seperti gangguan jantung.

Penyebab

Sinkop disebabkan oleh adanya penurunan aliran darah untuk waktu yang singkat ke otak. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan darah yang turun, adanya penurunan detak jantung atau adanya perubahan jumlah darah di dalam tubuh. Berdasarkan penyebabnya, sinkop dapat dibedakan menjadi:

1. Sinkop Vasovagal 

Merupakan tipe sinkop yang paling sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan tekanan darah yang tiba-tiba yang menyebabkan penurunan aliran darah ke otak. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan ini adalah perubahan posisi dari duduk ke berdiri. Pada pasien yang mengalami sinkop vasovagal, memiliki keadaan yang dinamakan hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik adalah tekanan darah yang turun dan disebabkan oleh perubahan posisi. 

2. Sinkop Situasional

Keadaan ini disebabkan oleh beberapa situasi yang dapat menyebabkan sinkop. Sinkop situasional merupakan bagian dari sinkop vasovagal. Beberapa situasi yang dapat menyebabkan sinkop situasional adalah dehidrasi (kekurangan cairan), stres emosional, ansietas (cemas), rasa takut, nyeri, rasa lapar, penggunaan obat atau alkohol, hiperventilasi (kondisi di mana seseorang mulai bernapas terlalu cepat), batuk dengan sangat keras dan dapat dialami pada saat sedang buang air kecil.

3. Sinkop Postural

Disebabkan oleh perubahan posisi dari tidur ke berdiri secara tiba-tiba. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa obat dan keadaan dehidrasi (kekurangan cairan). Sinkop postural juga dapat terjadi bersamaan dengan detak jantung yang berdetak cepat bernama postural orthostatic tachycardia syndrome

4. Sinkop Kardiak

Keadaan ini disebabkan oleh gangguan jantung atau pembuluh darah jantung yang dapat menyebabkan terganggunya aliran darah ke otak. Gangguan jantung yang dapat menyebabkan sinkop adalah gangguan irama jantung, gangguan struktur jantung, gangguan katup jantung, dan adanya penyumbatan pada pembuluh darah jantung. 

5. Sinkop Neurologi

Disebabkan oleh kejadian neurologi seperti transient ischemic attack (TIA) atau stroke. Kejadian lain yang dapat menyebabkan pingsan adalah nyeri kepala migrain dan hidrosefalus (penumpukan cairan otak).

Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami sinkop adalah:

  1. Diabetes mellitus.
  2. Gangguan jantung, seperti gangguan irama jantung dan riwayat gagal jantung kongestif.
  3. Gangguan neurologi (saraf) seperti stroke.
  4. Anemia atau kekurangan sel darah merah. Dimana sel darah merah berfungsi untuk membawa oksigen ke jaringan di tubuh.
  5. Riwayat tekanan darah rendah.
  6. Usia. Usia tua lebih rentan untuk mengalami sinkop.

Gejala

Pada saat seseorang tidak sadar dan hal tersebut disertai kejang, serangan jantung, cedera kepala, intoksikasi (keracunan), dan kadar gula darah rendah, kejadian ini tidak disebut pingsan. Pada saat seseorang mengalami pingsan gejala yang dapat dialami adalah:

  1. Perasaan pusing dan biasanya mengalami gangguan pandangan seperti lapang pandang yang berubah menjadi lebih gelap. 
  2. Gangguan pendengaran.
  3. Palpitasi atau jantung berdebar-debar.
  4. Keringat dingin. 
  5. Kesulitan untuk berdiri dalam waktu yang lama dan kehilangan keseimbangan.
  6. Nyeri kepala.
  7. Jatuh secara tiba-tiba.
  8. Pingsan terjadi dalam beberapa saat dan anda dapat merasakan bingung pada saat sadar dari pingsan.

Pingsan yang terjadi dalam beberapa kali dapat merupakan sebuah gejala dari penyakit yang lebih serius.

Diagnosis

Pada saat seseorang pingsan, beberapa pemeriksaan dapat dilakukan untuk mencari penyebab dari sinkop:

  • Pemeriksaan Laboratorium. Pemeriksaan darah dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin atau kelainan metabolik lain yang dapat menyebabkan sinkop.
  • Elektrokardiogram (EKG) merupakan pemeriksaan sederhana yang digunakan untuk memeriksa aktifitas listrik dari jantung. Pada pemeriksaan EKG dapat dinilai jika seseorang mengalami gangguan jantung. Pemeriksaan EKG dapat dilakukan saat sedang berbaring dan saat sedang melakukan kegiatan seperti treadmill
  • Echocardiogram merupakan pemeriksaan jantung dengan menggunakan ultrasonografi untuk melihat struktur jantung.
  • Pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan kesadaran, fungsi luhur, saraf otak, sistem motorik dan sistem sensrorik.
  • Computed tomography-Scan (CT-Scan). Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai apakah ada kelainan di dalam sistem saraf pusat seperti stroke yang dapat menyebabkan pingsan.

Tata Laksana

Jika Anda mengalami pingsan, terdapat beberapa hal yang harus Anda waspadai, diantaranya :

  1. Jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan, periksa kembali obat-obatan yang sedang Anda konsumsi atau konsultasikan kepada dokter jika obat yang Anda konsumsi menyebabkan keluhan.
  2. Awasi pola makan. Pastikan makanan yang Anda konsumsi mencukupi kebutuhan nutrisi sehari-hari dan cukupi kebutuhan cairan tubuh.
  3. Jika Anda memiliki riwayat gangguan jantung seperti gangguan struktur jantung, konsultasikan dengan dokter agar Anda mendapat penanganan tepat.
  4. Berhati-hati lah saat berubah posisi dari duduk ke berdiri. Jika Anda merasa bahwa Anda akan pingsan, segera duduk dan posisikan kepala di antara dua lutut dengan posisi membungkuk.

Pengobatan sinkop berbeda pada setiap individu. Prinsip penanganan sinkop adalah meningkatkan aliran darah ke otak agar kebutuhan oksigen tercukupi. Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dan mencari penyebab dari sinkop.

Komplikasi

Sinkop (pingsan) yang berulang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Komplikasi yang dapat terjadi pada seseorang jika pingsan adalah cedera pada tubuh. Cedera yang berat dapat terjadi jika seseorang pingsan pada saat sedang berkendara. 

Pencegahan

Jika Anda mengalami riwayat pingsan, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pingsan kembali:

  1. Hindari berdiri untuk waktu yang lama.
  2. Cukupi kebutuhan cairan dengan minum air putih untuk mencegah dehidras (kekurangan cairan).
  3. Istirahat yang cukup. 
  4. Berhati-hati lah saat berubah posisi dari duduk ke berdiri
  5. Jika anda memiliki riwayat penyakit jantung atau riwayat gangguan neurologi seperti stroke, lakukan kontrol kesehatan yang rutin.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami salah satu gejala di bawah ini, segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan tepat:

  1. Pingsan pada saat sedang berbaring.
  2. Pingsan yang disertai dengan nyeri dada atau sesak nafas yang terjadi secara tiba-tiba.
  3. Memiliki riwayat serangan jantung di keluarga yang terjadi pada usia muda.
  4. Menggunakan alat pacu jantung.
  5. Riwayat tekanan darah rendah dan gangguan denyut jantung yang terlalu lemah (bradikardia) atau terlalu cepat (takikardia).
  6. Keluhan lain yang berkaitan dengan kelainan jantung. 

Kejadian pingsan yang berulang juga penting untuk dilakukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Konsultasikan keluhan Anda dengan dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat.

 

Ingin tahu Informasi seputar penyakit lainnya, yuk simak informasinya di sini ya!

Writer : dr Erika Indrajaya
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 03:00
  1. Syncope (Fainting). Hopkinsmedicine.org. (2021). Retrieved 29 November 2021, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/syncope-fainting.
  2. Syncope: Symptoms, Causes, Treatments. Cleveland Clinic. (2021). Retrieved 29 November 2021, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17536-syncope.
  3. Ling, L., Feng, T., Xue, X., & Ling, Z. (2021). Etiology, risk factors, and prognosis of patients with syncope: A single‐center analysis. Annals Of Noninvasive Electrocardiology26(6). https://doi.org/10.1111/anec.12891
  4. Fedorowski, A., Pirouzifard, M., Sundquist, J., Sundquist, K., Sutton, R., & Zöller, B. (2021). Risk Factors for Syncope Associated With Multigenerational Relatives With a History of Syncope. JAMA Network Open, 4(3), e212521. https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.2021.2521Fedorowski, A., Pirouzifard, M., Sundquist, J., Sundquist, K., Sutton, R., & Zöller, B. (2021). Risk Factors for Syncope Associated With Multigenerational Relatives With a History of Syncope. JAMA Network Open4(3), e212521. https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.2021.2521
  5. Kojodjojo, P., Boey, E., Elangovan, A., Chen, X., Tan, Y., & Singh, D. et al. (2016). Mapping clinical journeys of Asian patients presenting to the Emergency Department with syncope: Strict adoption of international guidelines does not reduce hospitalisations. International Journal Of Cardiology218, 212-218. https://doi.org/10.1016/j.ijcard.2016.05.019
  6. Gibson, T., Weiss, R., & Sun, B. (2018). Predictors of Short-Term Outcomes after Syncope: A Systematic Review and Meta-Analysis. Western Journal Of Emergency Medicine19(3), 517-523. https://doi.org/10.5811/westjem.2018.2.37100
  7. Barbic, F., Dipaola, F., Casazza, G., Borella, M., Minonzio, M., & Solbiati, M. et al. (2019). Syncope in a Working-Age Population: Recurrence Risk and Related Risk Factors. Journal Of Clinical Medicine8(2), 150. https://doi.org/10.3390/jcm8020150
  8. Grossman, S., & Badireddy, M. (2021). Syncope. Ncbi.nlm.nih.gov. Retrieved 29 November 2021, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK442006/.
  9. Vasovagal Syncope | Cedars-Sinai. Cedars-sinai.org. (2021).
  10. Syncope. Rms.kernowccg.nhs.uk. (2021).