Ruptur Uteri

Credit: The CP Lawyer.

Bagikan :


Definisi

Ruptur uteri (rahim) adalah kondisi terjadinya robekan secara spontan pada rahim yang mengakibatkan janin keluar ke rongga perut. Ruptur uteri jarang terjadi, angka kejadiannya dialami <1% dari seluruh ibu hamil. 

Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan sel epitel pada permukaan rahim, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat. Normalnya saat hamil, rahim dapat mengembang dan meregang sesuai dengan pertumbuhan bayi. Namun pada beberapa kasus, rahim bisa robek akibat peregangan yang terlalu kuat dan tekanan dari bayi yang bertumbuh semakin besar.

Ruptur uteri sering terjadi pada ibu yang pernah menjalani operasi caesar sebelumnya. Risiko ibu hamil mengalami ruptur uteri semakin meningkat dengan setiap operasi caesar yang dijalaninya. Saat prosedur operasi caesar, rahim akan dibuka untuk mengeluarkan bayi. Selanjutnya luka sayatan pada rahim akan dijahit dan mulai menyembuh menjadi jaringan parut. Ruptur uteri sering terjadi pada bekas luka sayatan, karena terdapat jaringan parut di sepanjang luka dan mengakibatkan dinding rahim melemah. 

Robekan pada rahim bisa mengakibatkan perdarahan hebat, dan membuat ibu jatuh ke dalam kondisi syok, di mana organ tubuh tidak mendapat suplai darah dan oksigen yang cukup. Ruptur uteri dapat menyebabkan kesakitan dan kematian baik pada ibu dan bayi. 

 

Bila Anda tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai syok, Anda bisa membacanya di sini: Syok (Shock) - Definisi, Penyebab dan Faktor Risiko.

 

Penyebab

Ruptur uteri tidak hanya terjadi pada wanita hamil, namun dapat juga terjadi pada wanita yang tidak hamil. Biasanya robekan rahim yang terjadi pada wanita yang tidak hamil diakibatkan oleh trauma, infeksi dan peradangan. Beberapa penyebab dari ruptur uteri bisa dilihat di bawah ini:

  • Rahim mengalami peregangan terlalu kuat selama kehamilan sehingga bisa memicu kerusakan pada lapisan dinding rahim, karena:
    • Pertumbuhan janin yang semakin besar .
    • Kehamilan dengan janin lebih dari satu (kehamilan kembar).
  • Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, sehingga menyebabkan kerusakan dan robekan pada rahim.
  • Sering hamil atau banyak anak bisa membuat fungsi rahim menurun.
  • Pernah menjalani operasi pengangkatan organ sebelumnya.
  • Cedera akibat terjatuh atau kecelakaan.
  • Mengalami penyakit genetik yang berhubungan dengan lemahnya dinding rahim.
  • Persalinan tergolong sulit dan memerlukan usaha untuk membuat rahim berkontraksi. 
  • Riwayat pernah menjalani operasi caesar.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya ruptur uteri meningkat pada wanita yang mengalami kondisi berikut ini:

  • Riwayat kelahiran melalui operasi caesar pada kehamilan sebelumnya.
  • Adanya trauma atau cedera pada perut.
  • Menjalani prosedur operasi pada rahim.
  • Adanya kelainan genetik dan kelainan bawaan lahir pada jaringan ikat rahim.
  • Kehamilan dengan janin lebih dari satu.
  • Kehamilan lebih dari 3-4 kali.
  • Adanya masalah kesehatan dalam kehamilan seperti polihidroamnion (kelebihan cairan ketuban).
  • Usia ibu sudah tua.

 

Gejala

Gejala yang timbul pada ruptur uteri bervariasi, akan tetapi terdapat beberapa gejala yang menandakan bahwa ruptur uteri terjadi pada seorang wanita, yaitu:

  • Adanya perdarahan hebat dan berlebihan dari kemaluan.
  • Nyeri hebat dan mendadak yang terjadi di tengah kontraksi.
  • Kontraksi rahim terasa tiba-tiba melemah dan kurang kuat.
  • Nyeri perut hebat yang tidak normal.
  • Bayi mengalami stres yang ditandai dengan kelemahan detak jantung (bradikardia).
  • Detak jantung ibu meningkat dan tekanan darah rendah.
  • Persalinan yang tidak maju secara alami.

 

Diagnosis

Ruptur uteri biasanya terjadi secara mendadak dan sulit didiagnosis karena gejalanya tidak spesifik. 

 

Pemeriksaan Tanda Vital

Pertama, dokter akan mengamati gejala dan tanda yang dialami oleh ibu dan juga janin, seperti yang sudah disebutkan di atas. Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan, terutama untuk mengetahui kestabilan kondisi ibu. Perdarahan yang timbul dapat menyebabkan gangguan aliran darah ke organ, biasanya dokter akan mengecek denyut nadi dan tekanan darah pada pemeriksaan awal.

Dokter juga akan mengukur denyut jantung janin. Pada ruptur uteri bisa ditemukan penurunan detak jantung janin. Pada kondisi gawat, ibu juga bisa mengalami penurunan tekanan darah.

 

Pemeriksaan Fisik

Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik pada perut ibu untuk menilai kondisi rahim, dan meraba apakah kepala atau bagian janin sudah keluar ke rongga perut. Dari pemeriksaan fisik, bisa ditemukan kondisi perut yang menegang, gejala nyeri, dan kelemahan kontraksi rahim.

Evaluasi juga akan dilakukan melalui pemeriksaan bagian dalam vagina. Bisa ditemukan adanya perdarahan pada vagina, volume darah bisa tidak terlalu banyak bila darah dari rahim keluar ke rongga perut. Selain itu, melalui pemeriksaan vagina pergerakan janin bisa tidak ditemukan. Hal ini dikarenakan pada ruptur uteri, sebagian tubuh janin sudah berada di rongga perut.

 

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tambahan seperti USG (ultrasonografi) juga dapat diperlukan untuk menunjang diagnosis ruptur uteri. Melalui USG dapat dilihat secara langsung bagian rahim yang mengalami robekan. Kondisi janin serta janin serta perdarahan yang terjadi dalam rongga perut juga dapat dilihat.

 

Tata Laksana

Ruptur uteri adalah suatu kondisi kegawatdaruratan pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan segera dan cepat untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan janin.

Prinsip pengobatan ruptur uteri bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan janin. Persalinan harus segera dilakukan agar janin bisa selamat dari kondisi stres, kekurangan oksigen, hingga kemungkinan terjadinya kematian. Persalinan bisa dilakukan melalui operase caesar.

Perdarahan pada ibu juga bisa diatasi dengan pemberian cairan dan transfusi darah bila perlu. Ibu akan mendapat cairan melalui selang infus yang dipasang ke dalam pembuluh darah. Diharapkan terapi cairan tersebut bisa mengganti cairan akibat kehilangan banyak darah dan mencegah terjadinya syok.

Tindakan operasi laparatomi (pembedahan perut) bisa dilakukan untuk mencari sumber perdarahan dan menghentikan perdarahan yang terjadi akibat robekan rahim. Tindakan selanjutnya akan tergantung dengan derajat robekan pada rahim serta kondisi pasien saat itu. Bila kondisi pasien tidak stabil atau mengalami cedera yang signifikan pada rahim, bisa dilakukan histerektomi atau pengangkatan rahim. Prosedur dilakukan untuk mencegah terjadinya kehilangan banyak darah yang dapat mengancam nyawa ibu.

 

Komplikasi

Ruptur uteri yang tidak memperoleh penanganan yang tepat dan cepat bisa menimbulkan beberapa komplikasi yang berbahaya baik bagi ibu maupun janin.

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah:

  • Kehilangan banyak darah terlalu lama.
  • Syok, kondisi ketika tubuh tidak mendapat aliran darah yang cukup.
  • Koagulopati (gangguan pembekuan darah).
  • Histerektomi (pengangkatan rahim).
  • Kerusakan dan trauma pada salurah kemih.
  • Kematian pada ibu.

Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada janin berupa:

  • Hipoksia (kekurangan oksigen).
  • Kejang.
  • Perdarahan pada otak.
  • Kematian jaringan otak.
  • Kematian pada janin.

Beratnya komplikasi yang terjadi bergantung dengan lokasi robekan, besarnya robekan yang terjadi, serta kecepatan proses tindakan pembedahan yang dilakukan. Lokasi robekan rahim pada bagian samping lebih mungkin menyebabkan komplikasi, karena di area tersebut banyak pembuluh darah pada rahim.

 

Pencegahan

Jika Anda adalah ibu hamil yang berisiko mengalami ruptur uteri, maka dokter akan merekemondasikan untuk dilakukan operasi caesar saat persalinan untuk mencegah terjadinya ruptur uteri. Pada persalinan secara normal melalui vagina, terjadi kontraksi rahim yang dapat memicu terjadinya robekan pada rahim.

Pada umumnya ruptur uteri tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun risiko kejadian dapat dikurangi dengan melakukan operasi caesar pada kelompok yang berisiko.

 

Kapan Harus Ke Dokter?

Jika Anda mengalami nyeri perut hebat, merasa bahwa gerakan janin dalam kandungan berkurang dari biasanya, atau mengalami perdarahan dari kemaluan, segera cari bantuan medis ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk memperoleh penanganan segera.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Luluk Ummaimah A
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Senin, 21 November 2022 | 15:12

Togioka BM, Tonismae T. Uterine Rupture  – StatPearls. (2022). Retrieved 5 November 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559209/.

Erica C. Prgenancy Complications: Uterine Rupture  – Healthline. (2022). Retrieved 5 November 2022, from https://www.healthline.com/health/pregnancy/complications-uterine-rupture.

Molden Houe. Uterine Rupture  – MSDManual. (2022). Retrieved 5 November 2022, from https://www.msdmanuals.com/professional/gynecology-and-obstetrics/abnormalities-and-complications-of-labor-and-delivery/uterine-rupture.

Ratini M. What Is Uterine Rupture?  – WebMD. (2022). Retrieved 5 November 2022, from https://www.webmd.com/baby/what-is-uterine-rupture.

Uterine Rupture  – MSF Medical Guidelines. (2022). Retrieved 5 November 2022, from https://medicalguidelines.msf.org/en/viewport/ONC/english/3-3-uterine-rupture-51416296.html.

Ruptured Uterus  – Birth Injury Help Center. (2022). Retrieved 5 November 2022, from https://www.birthinjuryhelpcenter.org/uterine-rupture.html.