Spasme Hemifasialis

Spasme Hemifasialis
Kenali tanda dan gejala spasme hemifasialis.

Bagikan :


Definisi

Spasme hemifasialis adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelainan pada sistem saraf, di mana otot pada salah satu sisi wajah berkedut atau berkontraksi secara terus-menerus dan tidak dapat dikontrol oleh pasien. Spasme berarti kontraksi otot yang terjadi tiba-tiba dan tidak disadari, hemi berarti sebagian, dan fasialis artinya wajah.

Spasme hemifasialis dapat terjadi pada dua jenis kelamin, walaupun kondisi ini lebih banyak terjadi pada wanita. Selain itu, spasme hemifasialis umumnya lebih banyak terjadi pada sisi kiri wajah.

Penyakit ini tidak berbahaya, namun kedutan dan kontraksi otot wajah yang tidak bisa dikendalikan dan datang terus-menerus bisa menimbulkan frustasi dan rasa tidak nyaman. Kualitas hidup pasien bisa menurun karena keluhan yang dirasakannya. Pada kasus yang cukup berat, kedutan ini dapat memengaruhi fungsi otot wajah seperti kemampuan menutup mata hingga fungsi bicara.

Biasanya, perjalanan penyakit ini akan dimulai dengan kedutan pada salah satu mata. Kemudian spasme secara perlahan akan diraskan pada bagian bawah wajah seperti mulut. Penyakit ini termasuk penyakit langka, diperkirakan proporsi kasus spasme hemifasialis di seluruh dunia adalah 14,5 per 100,000 wanita dan 7,4 per 100,000 pada pria. Dalam studi yang ada, keturunan Asia sedikit lebih sering terkena penyakit ini dibandingkan responden penelitian dari etnis lain.

 

Penyebab

Penyebab dari spasme hemifasialis bermacam-macam. Terdapat dua jenis kategori dari spasme hemifasialis, yakni spasme hemifasialis primer dan spasme hemifasialis sekunder. Secara garis besar, penyebab spasme tergantung dengan kategori dari penyakitnya.

Pada kasus spasme hemifasialis primer, kontraksi otot bisa disebabkan karena adanya penekanan pada pembuluh darah di otak yang mempersarafi saraf wajah. Sebagian besar kasus spasme hemifasialis diduga terjadi karena hal ini.

Sedangkan untuk kasus hemifasialis sekunder biasanya disebabkan oleh penyakit atau kondisi lain yang mendasari, contohnya adalah:

  • Cedera pada saraf wajah.
  • Bell’s palsy, kelumpuhan satu sisi otot wajah.
  • Kelainan pada batang otak seperti sklerosis multipel.
  • Tumor kelenjar parotis, dua kelenjar air liur yang berada di dekat telinga.
  • Infeksi telinga dan tulang mastoid di belakang telinga.
  • Pembesaran dinding pembuluh darah (aneurisma) otak.
  • Angioma, tumor jinak pada pembuluh darah atau pembuluh limfe.
  • Stroke, dll.

Terkadang, spasme hemifasialis juga bisa dipicu akibat menggerakkan otot pada wajah yang terlalu sering, kecemasan, stress, dan kelelahan.

Bila Anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai sklerosis multipel, Anda bisa membaca artikelnya di sini: Sklerosis Multipel - Definisi, Penyebab, dan Faktor Risiko.

 

Faktor Risiko

Walaupun kondisi spasme hemifasialis termasuk jarang ditemukan, namun faktor-faktor berikut dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami spasme hemifasialis, antara lain:

  • Jenis kelamin perempuan.
  • Keturunan Asia.
  • Usia di atas 40 tahun.
  • Riwayat menderita penyakit pada sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), baik pada diri sendiri atau keluarga.
  • Riwayat mengalami cedera pada bagian wajah.

Jika Anda tertarik mengetahui lebih jauh mengenai stroke, Anda bisa membaca artikelnya di sini: Stroke - Definisi, Penyebab, Faktor Risiko.

 

Gejala

Gejala awal yang dapat muncul adalah kedutan yang tidak disadari pada salah satu bagian wajah. Kedutan dimulai pada bagian kelopak mata, kondisi ini dikenal juga dengan nama blefarospasme. Biasanya pasien akan merasakan kondisi ini lebih parah ketika sedang cemas atau kelelahan. Kondisi ini juga dapat menyebabkan mata sulit untuk menutup sempurna atau membuka dengan mudah. Spasme juga dapat terjadi ketika Anda sedang tertidur. 

Seiring berjalannya waktu, kedutan juga dapat menyebar ke bagian wajah yang lain seperti alis, pipi, area sekitar mulut, dagu, rahang, dan leher bagian atas. Pada beberapa kasus, spasme hemifasialis juga dapat menyebar ke seluruh otot di sebagian wajah Anda.

Seiring dengan menyebarnya kedutan, Anda juga dapat merasakan munculnya gejala lain, seperti:

  • Perubahan kemampuan pendengaran.
  • Terdengar dengungan di telinga (tinitus).
  • Nyeri telinga, terutama di bagian belakang telinga.
  • Kaku pada seluruh wajah.

 

Diagnosis

Wawancara Medis

Dalam melakukan tanya jawab, dokter akan menanyakan:

  • Keluhan utama pasien dan keluhan lain yang menyertai bila ada.
  • Sudah berapa lama pasien mengalami keluhan tersebut.
  • Riwayat penyakit pasien.
  • Riwayat gaya hidup dan aktivitas sehari-hari.
  • Riwayat pengobatan.
  • Riwayat penyakit pada keluarga.

 

Pemeriksaan Fisik

Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan secara umum seperti mengecek kesadaran pasien, laju napas, tekanan darah, suhu tubuh, dan nadi pasien. Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan saraf. Pemeriksaan dilakukan untuk memeriksa saraf pada wajah pasien dan melihat bila terdapat penurunan fungsi dari saraf pada wajah pasien.

 

Pemeriksaan Penunjang

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan adalah pemeriksaan radiologi seperti MRI yang bertujuan untuk melihat adanya kelainan pada pembuluh darah di otak. MRI juga bermanfaat untuk melihat apakah ada tumor di otak. Selain MRI, dokter juga dapat merekomendasikan pemeriksaan EMG atau elektromiografi yang bertujuan untuk merekam aktivitas listrik pada saraf dan otot.

 

Tata Laksana

Tujuan utama dari pengobatan spasme hemifasialis adalah untuk mengurangi kontraksi otot yang terjadi.

 

Pengobatan Nonbedah

Tata laksana ini dapat berupa pemberian obat minum dan obat suntik. Umumnya obat minum akan diresepkan dokter pada kasus spasme hemifasialis dengan gejala derajat ringan sampai sedang. Obat minum dapat berupa obat antikejang yang ditujukan untuk mengurangi frekuensi kontraksi otot wajah yang tidak diinginkan.

Selain obat di atas, obat suntik botulinum toxin atau botox juga bisa diberikan untuk "melumpuhkan" otot yang berkontraksi terus-menerus. Penyuntikan botoks dapat bertahan selama beberapa bulan dan dapat diperbarui setelah efek obatnya habis.

Selain pengobatan di atas, Anda juga disarankan untuk mendapatkan istirahat yang cukup dan mengurangi konsumsi kafein. Dari segi nutrisi, Anda dapat menambah nutrisi dari:

  • Vitamin D, bisa didapat dari telur, susu, dan sinar matahari.
  • Magnesium dari kacang almond dan pisang.
  • Makanan kaya antioksidan yang dapat melemaskan otot, bisa didapat dari buah beri.

Anda bisa membaca terkait vitamin D di sini: Vitamin D - Cara Kerja, Indikasi, Kontraindikasi, dan Dosis.

 

Tata laksana pembedahan

Bila obat-obatan dan diet yang sudah dilakukan tidak membuahkan hasil, dokter dapat menyarankan terapi pembedahan. Pembedahan yang dilakukan disebut dengan dekompresi mikrovaskular, operasi yang dilakukan untuk memperbaiki struktur pembuluh darah di otak yang menyuplai oksigen ke bagian saraf wajah.

 

Seluruh tata laksana, baik terapi nonbedah atau prosedur pembedahan tidak menjamin gejala akan hilang sepenuhnya. Oleh karena itu, Anda tetap perlu rutin kontrol agar dokter dapat mengawasi gejala Anda setelah tata laksana selesai.

 

Komplikasi

Spasme hemifasialis jarang menimbulkan komplikasi. Namun pada kasus yang cukup parah, pengobatan spasme hemifasialis dapat memberikan komplikasi, di antaranya adalah:

  • Mual
  • Ruam kulit
  • Iritasi mata
  • Kelemahan wajah sementara
  • Masalah pada keseimbangan
  • Penurunan kemampuan pendengaran

 

Pencegahan

Sampai saat ini tidak ada cara khusus guna mencegah spasme hemifasialis. Namun, periksakan kondisi anda sedini mungkin terutama bila ada anggota keluarga yang mengalami kasus spasme hemifasialis. 

 

Kapan Harus ke Dokter?

Disarankan untuk segera berobat ke dokter bila Anda mengalami kontraksi otot dan kedutan pada wajah terus-menerus yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Anda dapat berobat ke dokter umum terlebih dahulu atau langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Lovira Ai Care
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Rabu, 18 September 2024 | 14:56

Cleveland Clinic - Hemifacial Spasm. (2021). Retrieved 18 September 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15798-involuntary-facial-movements-hemifacial-spasm.

Mayo Clinic - Hemifacial Spasm. (2021). Retrieved 18 September 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hemifacial-spasm/symptoms-causes/syc-20373296.

TR Chopade, PC Bollu, Hemifacial Spasm. (2022). Retrieved 18 September 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526108/.