• Beranda
  • Covid 19
  • Selain Vaksin Covid-19, Ini Vaksin yang Sebaiknya Diberikan pada Lansia

Selain Vaksin Covid-19, Ini Vaksin yang Sebaiknya Diberikan pada Lansia

Bagikan :


Vaksinasi Covid-19 di Indonesia sudah dilakukan secara bertahap, dan salah satu target penerimanya adalah lansia. Seiring dengan pertambahan usia, daya tahan dan fungsi tubuh juga ikut mengalami penuaan. Beberapa penyakit degeneratif serta infeksi rentan dialami oleh lanjut usia. Tak hanya itu, apabila lansia mengalami infeksi, kemungkinan terkena infeksi yang berat juga lebih tinggi dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Untuk itulah lansia memerlukan perlindungan lebih kuat yang bisa didapat dengan vaksinasi. Selain vaksin Covid-19, ada beberapa vaksin yang sebaiknya juga diberikan pada lansia untuk meminimalisir risiko penyakit yang dialami.

Vaksin yang direkomendasikan untuk lansia

1. Vaksin flu

Flu termasuk penyakit yang banyak diremehkan orang namun tidak demikian dengan lansia. Daya tahan tubuh lansia yang umumnya sudah melemah, dapat membuat masa pemulihan menjadi lebih lama dari biasanya.

Pada penderita diabetes, penyakit jantung, dan paru, flu yang tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia. Pneumonia merupakan peradangan pada paru yang biasanya disebabkan karena infeksi dan dapat menyebabkan sesak. Untuk mengurangi keparahan yang ditimbulkan karena flu, idealnya lansia menerima vaksin flu satu kali setiap tahun.

2. Vaksin herpes zoster

Vaksin yang juga direkomendasikan untuk diberikan pada lansia adalah vaksin herpes zoster. Vaksin ini berguna untuk menjaga kambuhnya cacar yang disebabkan oleh virus Varicella virus. Jika seseorang pernah terkena cacar air di masa mudanya, maka perlu waspada karena virus ini dapat bertahan hidup di tubuh manusia selama bertahun-tahun lamanya.

Dengan kekebalan tubuh lansia yang semakin menurun, virus dapat lebih mudah menginfeksi kembali. Beberapa komplikasi yang sering terjadi dari penyakit cacar pada lansia adalah neuralgia postherpetic, yaitu rusaknya serabut saraf karena infeksi herpes zoster. Gejala umumnya adalah nyeri, gatal dan mati rasa, serta meningkatnya sensitivitas pada sentuhan ringan.

3. Vaksin pneumococcal

Vaksin pneumococcal dapat membantu mencegah keparahan akibat infeksi bakteri pneumokokus. Vaksin ini selain mencegah pneumonia, juga dapat digunakan untuk mengurangi keparahan infeksi meningitis dan sepsis. Infeksi yang disebabkan pneumococcal dapat menyerang lapisan otak sehingga menyebabkan kerusakan pada saraf. Pada kondisi berat, penyakit ini dapat menyebabkan ketulian, kerusakan otak, hingga kematian.

4. Vaksin Covid-19

Mengingat tingginya angka kematian lansia akibat infeksi virus corona, maka saat ini vaksin Covid-19 termasuk dalam salah satu vaksin yang direkomendasikan diberikan pada lansia. Di Indonesia sendiri pemerintah telah mentapkan tujuh jenis vaksin yang akan digunakan untuk masyarakat Indonesia, namun hingga saat ini baru beberapa vaksin yang bisa didistribusikan secara menyeluruh.

Selain ketiga vaksin di atas dan lansia juga bisa menerima vaksin yang dibtuhkan sesuai dengan kondisinya seperti misalnya vaksin hepatitis, meningitis untuk keperluan haji dan umroh, serta vaksin DPT.

 

Sebelum vaksinasi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan termasuk apakah penerima vaksin memiliki alergi pada komponen vaksin dan pernah mengalami reaksi parah terhadap vaksin sebelumnya. Reaksi yang sering muncul pada lansia setelah vaksinasi umumnya demam, pusing, dan nyeri otot yang dapat hilang dalam beberapa hari. Apabila lansia memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, atau penyakit lainnya disarankan untuk kontrol terlebih dahulu dengan dokter yang menangani sebelum melakukan vaksinasi.

 

Writer: Ratih

Edited By: dr. Ayu Munawaroh

Last Updated: 01-Sep-2021

 

Sumber:

  1. CDC. COVID-19 Vaccines for Older Adults. Available from: https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/recommendations/older-adults.html.
  2. Ciabattini A, et al. Vaccination in the elderly: The challenge of immune changes with aging. Seminars in Immunology. 2018: 40;83-94.