Definisi
Sklerosis multipel adalah sebuah kondisi yang memengaruhi sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), ditandai dengan sistem kekebalan tubuh yang menyerang selaput mielin sel saraf. Sekitar 2,5 juta orang di seluruh dunia memiliki kondisi ini. Kondisi ini terjadi dalam bentuk episode yang berjarak beberapa bulan atau tahun, dan mempengaruhi bagian saraf yang berbeda.
Penyebab
Sklerosis multipel ditandai dengan kerusakan saraf pada sistem saraf pusat. Kerusakan saraf ini berawal dari peradangan dan kerusakan sawar darah-otak (blood-brain barrier, BBB), sebuah struktur yang membatasi pembuluh darah dan otak. Kerusakan sawar darah-otak ini kemudian semakin diperparah dengan rusaknya selaput mielin. Selaput mielin adalah selaput lemak yang melapisi saraf dan berfungsi untuk mempercepat hantaran listrik pada saraf.
Peradangan merupakan salah satu bentuk respon sistem kekebalan tubuh terhadap adanya benda asing, infeksi, kerusakan sel, dan hal lainnya yang berpotensi merusak tubuh. Namun, pada sklerosis multipel, sistem kekebalan tubuh menyerang selaput mielin. Hal ini menyebabkan hantaran listrik pada saraf melambat atau bahkan terblokir.
Penyebab sistem kekebalan tubuh menyerang selaput mielin pada sklerosis multipel belum diketahui, namun terkait dengan interaksi antara faktor genetik, infeksi virus, faktor lingkungan, dan kadar vitamin D pada tubuh.
Faktor Risiko
Sklerosis multipel lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, dengan perbandingan 3 : 1. Episode pertama sklerosis multipel pada umumnya mulai terjadi pada rentang usia 20-40 tahun. Faktor genetik juga dapat meningkatkan risiko sklerosis multipel, terutama apabila ada ayah, ibu, atau saudara kandung yang mengalami sklerosis multipel. Selain itu, infeksi virus yang terkait dengan kondisi ini adalah virus Epstein-Barr (EBV), yang mengaktifkan sel kekebalan tubuh yang dapat menyerang selaput mielin.
Selain faktor internal, faktor eksternal seperti lingkungan juga berpengaruh pada terjadinya sklerosis multipel. Kondisi ini lebih jarang terjadi pada daerah tropis. Selain itu, kadar vitamin D pada tubuh juga sangat dipengaruhi dengan paparan sinar matahari. Semakin tinggi paparan sinar matahari, semakin tinggi pula kadar vitamin D pada tubuh, seperti pada daerah tropis. Namun, pada daerah tertentu, seperti Norwegia, diet masyarakat tinggi vitamin D, sehingga meskipun paparan sinar matahari di daerah tersebut sedikit, angka kejadian sklerosis multipel juga lebih sedikit. Vitamin D berfungsi dalam mengatur respon sistem kekebalan tubuh, dengan menurunkan produksi zat yang memicu peradangan dan meningkatkan produksi zat yang mencegah peradangan.
Gejala
Tanda dan gejala sklerosis multipel sangat bervariasi tergantung orang dan bagian saraf yang terkena. Kondisi ini dapat memengaruhi pergerakan tubuh, sehingga menyebabkan kelemahan anggota tubuh, sensasi tersengat listrik saat menundukkan kepala, tremor (bergetar tidak terkontrol), gangguan koordinasi gerakan (melakukan beberapa gerakan secara bersamaan), atau cara berjalan menjadi tidak stabil. Selain itu, terdapat juga keluhan penglihatan, seperti hilang penglihatan pada salah satu mata, nyeri pada pergerakan bola mata, penglihatan ganda, atau penglihatan buram. Gejala lainnya dapat berupa bicara melantur, kelelahan, pusing, kesemutan atau ngilu pada berbagai bagian tubuh, serta gangguan fungsi seksual, pencernaan, dan berkemih seperti diare, sembelit, mengompol, atau kesulitan berkemih. Gangguan suasana perasaan seperti depresi atau cemas juga dapat menjadi gejala sklerosis multipel. Gangguan kognitif atau fungsi luhur seperti bicara, pemusatan perhatian, memori, perencanaan, pemecahan masalah, serta pemikiran abstrak dapat pula terjadi.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis sklerosis multipel, dokter dapat menanyakan Anda mengenai gejala yang Anda alami sehari-hari serta riwayat penyakit Anda dan keluarga sebelumnya. Pemeriksaan fisik dapat pula dilakukan untuk menilai refleks dari saraf-saraf Anda, serta kemampuan Anda dalam melakukan koordinasi gerakan. Selain itu, pemeriksaan mata dan penglihatan juga dilakukan untuk mencari adanya gangguan penglihatan akibat sklerosis multipel. Dokter juga dapat meminta Anda untuk berjalan yang dapat digunakan untuk mencari adanya kelainan pada gaya berjalan (gait).
Pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan adalah pencitraan dan laboratorium. Pencitraan yang biasanya dipilih untuk sklerosis multipel adalah magnetic resonance imaging (MRI) untuk melihat letak kerusakan jaringan otak dan sumsum tulang belakang. Pemeriksaan laboratorium berupa pungsi lumbal dapat pula dilakukan untuk mencari sel kekebalan tubuh atau tanda-tanda infeksi. Pungsi lumbal dilakukan dengan mengambil cairan serebrospinal (cairan yang mengalir di sekitar otak dan sumsum tulang belakang).
Tata Laksana
Tata laksana sklerosis multipel tergantung dari fase penyakitnya. Jika serangan akut terjadi, prioritas pertama adalah stabilisasi kondisi yang berpotensi mengancam nyawa pasien. Serangan akut sklerosis multipel dapat dipicu oleh berbagai hal, sehingga pemicu ini perlu ditangani secepat mungkin. Jika pemicu berupa infeksi, akan diberikan antibiotik dosis tinggi. Jika infeksi disertai dengan demam, pemberian obat demam seperti parasetamol dapat membantu menurunkan demam dan memperbaiki hantaran listrik pada saraf. Hantaran listrik pada saraf sangat dipengaruhi oleh suhu tubuh apabila tidak ada selaput mielin yang melindungi saraf. Sementara itu, untuk menurunkan peradangan pada sklerosis multipel, obat anti-peradangan seperti steroid atau pertukaran plasma darah (plasmaferesis) dapat digunakan.
Selanjutnya, untuk mencegah episode sklerosis multipel terjadi kembali, obat-obatan untuk mengatur sistem kekebalan tubuh dapat diberikan. Selain itu, karena sklerosis multipel seringkali disertai dengan nyeri, obat-obatan antinyeri dapat pula diberikan. Obat-obatan lainnya dapat pula diberikan untuk meringankan gejala seperti kekakuan otot, depresi, masalah berkemih atau buang air besar, masalah seksual, tremor, serta peradangan pada saraf penglihatan. Selain obat-obatan, terapi fisik seperti memperkuat otot atau terapi okupasi seperti merencanakan kegiatan sehari-hari dapat dilakukan untuk mempertahankan fungsi saraf. Pembedahan juga dapat menjadi pertimbangan dalam menangani gejala sklerosis multipel.
Penderita sklerosis multipel juga seringkali mengeluhkan tidak tahan panas, sehingga hal-hal berikut dapat dilakukan:
- Lakukan pekerjaan di luar rumah pada pagi hari atau malam hari untuk menghindari panas pada siang hari
- Sebarkan aktivitas dalam satu hari untuk menghindari tubuh yang terlalu panas akibat terlalu banyak aktivitas
- Gunakan AC pada rumah dan mobil, serta gunakan pakaian yang dapat mendinginkan serta berwarna terang. Gunakan pula topi lebar saat beraktivitas di luar rumah
- Hindari sauna, bak air panas, atau bahkan mandi air panas
- Hindari lingkungan dengan kelembapan tinggi; di dalam ruangan, gunakan pengering ruangan
- Jika terjadi demam, segera minum obat antidemam seperti parasetamol
Komplikasi
Komplikasi sklerosis multipel sangat bervariasi, tergantung bagian sistem saraf pusat yang terkena. Sklerosis multipel dapat menyebabkan kekakuan otot, kelumpuhan otot terutama pada kaki, masalah buang air kecil seperti infeksi saluran kemih, masalah buang air besar seperti sembelit, serta masalah seksual seperti disfungsi ereksi, perubahan mental menjadi pelupa atau mudah berubah mood, depresi, epilepsi.
Pencegahan
Sklerosis multipel dapat dicegah dengan konsumsi vitamin D cukup. Konsumsi dan penambahan vitamin D baik untuk tulang dan kesehatan tubuh secara keseluruhan, serta menurunkan peradangan yang dapat memicu sklerosis multipel.
Kapan Harus ke Dokter?
Segeralah pergi ke dokter apabila Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala-gejala sklerosis multipel seperti kelamahan anggota tubuh, sensasi kesemutan di berbagai daerah tubuh, hilang penglihatan pada satu mata, kesulitan buang air besar atau buang air kecil, menjadi pelupa atau mengalami perubahan mood yang cukup parah seperti depresi. Sklerosis multipel dalam jangka panjang dapat menyebabkan kecacatan, sehingga perlu ditangani sejak awal.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma
Luzzio, C. Multiple Sclerosis: Practice Essentials, Background, Pathophysiology (2020). Retrieved 9 December 2021, from https://emedicine.medscape.com/article/1146199-overview
Multiple sclerosis - Symptoms and causes (2021). Retrieved 9 December 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/multiple-sclerosis/symptoms-causes/syc-20350269
Tafti, D., Ehsan, M., & Xixis, K. Multiple Sclerosis (2021). Retrieved 9 December 2021, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499849/