Definisi
Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi paru akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB). Hingga saat ini, TB merupakan masalah kesehatan yang banyak dialami oleh populasi dunia. Sekitar 44% kasus TB terjadi di Asia Tenggara dan 24% lainnya berada di Afrika. Diperkirakan terdapat 845.000 kasus TB di Indonesia, namun jumlah kasus yang dilaporkan ke Kementerian Kesehatan Republik Indonesia hanya 543.874 kasus (Maret 2020). TB sudah jarang ditemukan di negara maju, namun seiring dengan peningkatan kasus HIV/AIDS, jumlah kasus TB juga ikut meningkat. Tahun 1993, Amerika Serikat membuat program penanganan TB yang ketat, namun hingga saat ini TB masih tetap merupakan masalah kesehatan.
Penyebab
TB disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB). Bakteri ini dapat bertahan pada suhu rendah, sangat peka terhadap panas, dapat hidup di dalam dahak selama 1 minggu, dan memiliki kemampuan dorman (tidur).
Kuman MTB menyebar dari manusia ke manusia melalui droplet pasien yang terinfeksi ketika berbicara, bersin, membuang ludah, batuk, dan tertawa. Walaupun menyebar melalui droplet, kuman TB tidak mudah menular. Sel imun pada paru-paru manusia dapat membunuh bakteri yang masuk dan sel penyusun sistem pernapasan memiliki silia atau rambut halus untuk mengeluarkan bakteri dari saluran pernapasan. Namun, jika jumlah bakteri sudah terlalu banyak, sel imun tidak dapat membunuh bakteri secara sempurna sehingga bakteri yang tersisa akan membelah diri. Bakteri yang bersarang di paru-paru akan membentuk fokus Gohn. Terbentuknya fokus Gohn akan menyebabkan peradangan sebagai usaha tubuh mengatasi invasi bakteri. Fokus Gohn kemudian dapat sembuh sempurna tanpa bekas, sembuh dan meninggalkan bekas di paru, atau menyebar ke organ sekitar paru-paru.
Faktor Risiko
Faktor risiko dari TB, antara lain:
- Imunitas yang terganggu. Pasien HIV/AIDS, diabetes, kanker, malnutrisi, atau dalam terapi kanker untuk terinfeksi bakteri MTB karena imunitas yang lebih lemah.
- Usia. Usia yang berisiko adalah di bawah 5 tahun dan lansia
- Merokok
- Mengonsumsi narkotika. Narkotika suntik dan penggunaan alkohol berlebih dapat mengganggu sistem imun dan menyebabkan Anda lebih mudah terinfeksi bakteri MTB
- Kondisi tempat tinggal. Kondisi tempat tinggal dengan aliran udara buruk dan sedikit terpapar matahari dapat menjadi tempat ideal berkembangnya bakteri MTB
- Tinggal di tempat berisiko seperti lapas atau rutan, tempat pengungsian, atau tempat padat penduduk
- Tinggal bersama pasien TB
- Bekerja sebagai tenaga kesehatan
Gejala
Terdapat dua istilah TB yang perlu dipahami, antara lain:
- Sakit TB, yaitu seseorang yang terinfeksi bakteri MTB dan mengalami gejala TB
- TB laten, yaitu seseorang yang terinfeksi bakteri MTB yang tidak aktif dan tidak mengalami gejala apapun. Pasien TB laten tidak dapat menularkan MTB ke orang sekitarnya. Namun, TB laten dapat berubah menjadi sakit TB atau TB aktif sewaktu-waktu, sehingga tetap memerlukan pengobatan.
Tidak semua orang yang terinfeksi MTB akan mengalami sakit TB. Gejala yang dapat terjadi jika seseorang mengalami sakit TB, antara lain:
- Batuk selama 2 minggu atau lebih
- Batuk berdarah
- Nyeri dada, sulit bernapas
- Penurunan berat badan yang tidak disengaja
- Rasa lelah terus menerus
- Demam yang tidak terlalu tinggi
- Keringat malam tanpa aktivitas fisik
- Hilangnya nafsu makan
Kuman MTB dapat menyerang berbagai organ selain paru-paru, antara lain kelenjar getah bening, tulang belakang, bahkan otak. Sekalipun sebagian besar kasus TB adalah TB paru, gejala berkaitan dengan organ lainnya juga perlu diwaspadai.
Diagnosis
Dokter Anda akan menegakkan diagnosis TB berdasarkan keluhan utama, gejala yang Anda alami, pemeriksaan fisik paru, dan pemeriksaan penunjang. Sampaikan kepada dokter mengenai gejala Anda, obat-obatan yang Anda minum, riwayat kontak dengan penderita TB, faktor risiko yang Anda miliki (HIV/AIDS, diabetes), keadaan rumah, riwayat vaksinasi BCG serta apakah Anda pernah didiagnosis TB dan menelan obat TB sebelumnya. Skrining TB akan dilakukan pada setiap orang yang baru terdiagnosis HIV/AIDS, diabetes, dan kontak erat dengan pasien TB.
Pada pemeriksaan fisik, dokter Anda akan memeriksa paru dan kelenjar getah bening di sekitar leher Anda.
Penegakan diagnosis TB dilakukan dengan pemeriksaan dahak. Dokter Anda akan meminta sampel dahak Anda pada waktu dan jumlah tertentu. Selanjutnya, sampel dahak akan diperiksa menggunakan pemeriksaan basil tahan asam (BTA) atau tes cepat molekular (TCM) bergantung pada fasilitas yang tersedia. Selain untuk mencari bakteri MTB, pemeriksaan dahak juga berfungsi untuk menentukan jenis bakteri MTB yang menginfeksi dan sensitivitasnya terhadap pengobatan yang akan diberikan. Jika diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan rontgen toraks untuk melihat kondisi paru-paru Anda.
Sebelum memberikan obat, dokter Anda dapat melakukan pemeriksaan darah dan fungsi organ Anda.
Pemeriksaan dahak juga dilakukan selama fase pengobatan untuk melihat efektivitas obat. Pemeriksaan umumnya dilakukan pada akhir bulan ke-2, akhir bulan ke-5, dan akhir pengobatan.
Tata Laksana
Rangkaian Pengobatan
Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan hasil positif, dokter Anda akan meresepkan obat-obatan TB berdasarkan status TB Anda dan sensitivitas bakteri MTB yang menginfeksi terhadap pengobatan. Obat yang umumnya digunakan terdiri dari 4 antibiotik (Isoniazid, Rifampisin, Ethambutol, dan Pyrazinamid). Jumlah tablet yang diberikan dokter akan bergantung pada berat badan Anda. Perubahan dosis dan jumlah tablet akan dilakukan berdasarkan hasil pemantauan dari pemeriksaan dahak.
Rangkaian pengobatan umumnya dilakukan selama 6 bulan berturut-turut. Obat-obatan perlu dikonsumsi setiap hari secara teratur.
Efek Samping Obat-obatan
Obat-obatan TB dapat menyebabkan beberapa efek samping yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Mual dan muntah
- Hilang nafsu makan
- Kulit dan mata menjadi kuning
- BAK berwarna merah
- Gangguan penglihatan
Sampaikan efek samping ini kepada dokter Anda. Jangan menghentikan obat-obatan ini tanpa berkonsultasi kepada dokter.
Pentingnya Patuh Berobat
Obat-obatan TB perlu diminum hingga tuntas selama 6 bulan. Setelah 2 bulan pengobatan, pasien TB umumnya merasa jauh lebih baik dan ingin menghentikan pengobatan. Penghentian obat sebelum 6 bulan atau tidak minum obat teratur sangat berbahaya karena bakteri MTB tidak diatasi secara tuntas. Hal ini dapat berujung pada komplikasi, kekambuhan, dan bahkan meningkatkan potensi Anda untuk mengalami TB resisten obat yang sangat berbahaya.
Patuh berobat merupakan kunci utama dalam pengobatan TB. Hal ini sangat penting hingga dokter Anda perlu menentukan Pengawas Minum Obat (PMO), yaitu orang terdekat Anda yang dapat memastikan Anda menelan obat-obatan secara teratur setiap harinya.
Komplikasi
Jika tidak diobati, TB paru dapat menyebabkan komplikasi berbahaya, antara lain:
- Terinfeksi bakteri TB yang resisten obat
- Paru mengecil atau kolaps (pneumotoraks)
- Batuk darah
- Kanker
- Luluh paruh (destroyed lung)
- Bronkiektasis
Bakteri MTB juga dapat menginfeksi organ lainnya, seperti tulang belakang (menyebabkan spondilitis TB), pembengkakan selaput otak (meningitis), dan tromboembolisme vena.
Pencegahan
Pencegahan terinfeksi TB dapat dilakukan dengan:
- Selalu mencuci tangan setelah melakukan aktivitas dan berkerumun
- Gunakan masker di tempat umum
- Menjaga kondisi tubuh dengan makan makanan bergizi dan beraktivitas fisik
- Berhenti merokok, mengonsumsi alkohol, dan menggunakan narkotika suntik
- Vaksinasi BCG sesuai dengan jadwal
Jika hasil pemeriksaan Anda menunjukkan hasil positif TB, baik laten maupun aktif/sedang sakit, dokter Anda akan memberikan rangkaian obat-obatan yang perlu diminum secara teratur dalam waktu 6 bulan. Patuh mengonsumsi obat dan kontrol ke fasilitas kesehatan dapat membantu mencegah penyebaran kuman ke lingkungan sekitar Anda. Konsumsi obat teratur juga dapat menghindarkan Anda dari terinfeksi TB resisten obat (TB-MDR).
Lindungi keluarga dan lingkungan sekitar Anda dengan:
- Mengurangi kontak dengan orang sekitar hingga bulan ke-2 pengobatan
- Memastikan ventilasi rumah Anda baik dan rumah Anda mendapatkan sinar matahari yang cukup
- Gunakan masker ketika berpergian, bertemu orang banyak, tertawa, atau batuk
- Segera masukkan masker atau tisu yang Anda gunakan ke dalam plastik dan buang.
- Menerapkan etika batuk
Kapan Harus ke Dokter?
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, batuk lebih dari 2 minggu, penurunan berat badan, dan keringat malam. Gejala tersebut khas mengarah pada TB, namun juga dapat disebabkan oleh hal lainnya. Anda juga perlu memeriksakan diri setelah kontak dengan pasien TB untuk memastikan kondisi Anda saat ini.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan orang-orang yang berisiko mengalami TB untuk melakukan skrining TB, yaitu:
- Mengidap HIV/AIDS
- Menggunakan narkotika suntik
- Berkontak dengan penderita TB
- Berasal dari daerah dengan kasus TB yang tinggi, seperti Asia Tenggara, Amerika Latin, Afrika
- Tinggal di daerah yang padat dan berisiko, seperti lapas atau rutan, daerah kumuh, dan penampungan pengungsi
- Berprofesi sebagai tenaga kesehatan
- Anak-anak yang tinggal bersama pasien TB
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pengobatan pasien tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan tuberkulosis.
Tuberculosis. (2021). MayoClinic. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tuberculosis/diagnosis-treatment/drc-20351256
World Health Organization (WHO). (2019). Global tuberculosis report 2019. Geneva: WHO.