Tumor Jaringan Lunak (Soft Tissue Tumor)

Gambaran tumor jaringan lunak pada kaki

Bagikan :


Definisi

Soft tissue tumor (STT) atau tumor jaringan lunak adalah suatu tumor yang berasal dari jaringan lunak. Jaringan lunak sendiri adalah jaringan yang menyangga organ-organ tubuh. Jaringan lunak meliputi jaringan penyambung fibrosa (jaringan ikat), jaringan adiposa (lemak), jaringan tulang, pembuluh darah atau pembuluh limfa, dan jaringan saraf tepi. STT dapat tumbuh di bagian tubuh manapun, yaitu di dalam atau di antara otot, ligamen(penghubung antar tulang), tendon (penghubung antara otot dan tulang), saraf, lemak, dan pembuluh darah.

STT diklasifikasikan menurut beberapa parameter, seperti lokasi, pola pertumbuhan, kemungkinan kambuh, penyebaran ke bagian tubuh lain, dan usia. Selain itu, STT juga diklasifikasikan menjadi jinak dan ganas (sarkoma jaringan lunak), meskipun banyak kasus yang tidak dapat digolongkan ke salah satu klasifikasi.

Contoh tipe STT jinak yang sering ditemui adalah:

  • Lipoma
  • Angiolipoma (STT langka yang terdiri dari jaringan lemak dan pembuluh darah)
  • Histiositoma fibrosa jinak (sarkoma dari jaringan lunak)
  • Neurofibroma (tumor serabut saraf)
  • Schwannoma (tumor di selubung saraf pada sistem saraf tepi)
  • Hemangioma (tumor jinak pembuluh darah)
  • Tumor sel raksasa pembungkus tendon
  • Myxoma (tumor jinak langka yang berasal dari jaringan ikat)

Secara umum, STT jinak 10 kali lipat lebih sering ditemukan daripada yang ganas. Kejadian tahunan sarkoma jaringan lunak sebanyak 15 sampai 35 per 1 juta populasi. Angka ini terus naik seiring bertambahnya usia, dan lebih tinggi pada pria dibandingkan dengan wanita.

 

Penyebab

Beberapa hal yang diperkirakan dapat menyebabkan timbulnya STT adalah:

  • Faktor genetik. Bukti ilmiah yang ada menunjukan adanya kelainan genetik tertentu dan mutasi gen yang memicu tumbuhnya STT jinak maupun ganas. Sebagai contoh, gen NF1 pada neurofibromatosis memicu timbulnya neurofibroma (tumor serabut saraf) yang multipel dan berpotensi ganas.
  • Radiasi. Radiasi memicu mutasi genetik yang menyebabkan perubahan sel menjadi tumor.
  • Gangguan aliran limfe kronis (limfedema). Kondisi ini dapat ditemukan misalnya pada orang dengan kanker payudara stadium lanjut. Limfedema akan memicu perkembangan sarkoma jaringan lunak yang bernama limfangiosarkoma.
  • Faktor lingkungan. Terdapat hubungan antara zat karsinogenik dan peningkatan angka kejadian STT. Sebagai contoh, angiosarkoma hati (kanker pembuluh darah) dihubungkan dengan paparan arsen, thorium dioxide, dan vinyl chloride.
  • Infeksi. Beberapa STT dapat timbul akibat infeksi, contohnya adalah sarkoma kaposi (jenis kanker) yang disebabkan oleh infeksi human herpesvirus tipe 8 pada penderita HIV. Infeksi virus Epstein-Barr pada orang dengan kelemahan sistem imun juga meningkatkan kemungkinan terkena STT.
  • Cedera. Cedera mungkin akan mencetuskan sel yang sudah mengalami mutasi untuk benar-benar tumbuh menjadi tumor.

 

Faktor Risiko

STT dapat terjadi pada setiap segmen populasi. Namun, sarkoma lebih sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, serta pada pria jika dibandingkan dengan wanita.

Usia merupakan faktor risiko untuk jenis STT yang spesifik. Sebagai contoh, rhabdomiosarkoma (jenis kanker langka jaringan ikat) lebih sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Sarkoma sinovial (kanker langka yang menyerang jaringan ikat pada sendi) ditemukan pada dewasa muda. Histiositoma fibrosa ganas (sarkoma dari jaringan lunak) dan liposarkoma (kanker jaringan lemak) umumnya terjadi pada dewasa lanjut.

 

Gejala

Benjolan merupakan tanda paling sering pada STT. Benjolan biasanya tidak nyeri dan tidak menyebabkan gangguan fungsi, misalnya ganggun fungsi anggota gerak. Namun, bergantung pada lokasi tumornya, tumor juga dapat menyebabkan gejala saraf jika tumor menekan atau meregangkan saraf, mengiritasi jaringan, atau menekan struktur sensitif di sekitarnya. Bentuk dan karakteristik STT sendiri sangat bervariasi, tergantung jenis dan lokasinya.

STT jinak biasanya berbentuk bulat, namun bisa elips atau seperti sosis. Biasanya STT jinak lebih nyeri jika disentuh. Pertumbuhannya lebih lambat dan kebanyakan berukuran kurang dari 5 cm.

Adanya STT yang ganas dapat dicurigai jika benjolan bertambah besar dengan cepat. STT ganas biasanya tidak nyeri dan permukaannya tidak lembut seperti STT jinak. Menurut National Cancer Insititute, sekitar 43% sarkoma jaringan lunak terjadi pada lengan dan tungkai, 34% pada organ dalam, 10% pada dada dan punggung, dan 13% pada lokasi lainnya.

 

Diagnosa

Untuk mendiagnosa suatu STT, pertama-tama dokter akan menanyakan mengenai riwayat kesehatan dan gejala yang Anda alami. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan lokasi, ukuran, menyingkirkan kemungkinan penyebab nyeri yang lain, dan memeriksa adanya keterlibatan kelenjar getah bening di dekatnya.

Selain pemeriksaan biopsi, tidak ada pemeriksaan laboratorium lain spesifik yang dapat digunakan untuk mendiagnosa STT. Pemeriksaan radiologi (rontgen, CT scan, MRI, scintigraphy tulang, dan PET scan) bermanfaat untuk pengelolaan STT, namun bukan untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan radiologi lebih ditujukan untuk menilai lokasi, penyebaran tumor, dan keterlibatan organ atau jaringan lain.

Pemeriksaan biopsi biasanya dilakukan untuk STT yang timbul pada pasien yang tidak memiliki riwayat apapun atau untuk benjolan yang menetap lebih dari 6 minggu setelah terjadi cedera. Selain itu, semua STT yang lebih besar dari 5 cm, serta benjolan yang terus membesar atau bergejala, juga harus dibiopsi. Benjolan yang dekat permukaan, berukuran kecil, dan tidak bertambah besar selama beberapa tahun mungkin hanya perlu diobservasi tanpa harus melakukan biopsi.

Diagnosis dini STT sangat penting untuk terapi yang lebih dini. Teknik biopsi yang dapat digunakan adalah:

  • FNAB (fine needle aspiration biopsy), pemeriksaan ini berguna untuk menegakkan diagnosis dari tumor yang dapat diraba atau disentuh. FNAB dilakukan dengan menggunakan jarum suntik.
  • Core needle biopsy, prosedur pengambilan sampel dari jaringan tumor dengan menggunakan hollow core needle. Jarum pada pemeriksaan ini lebih besar dibandingkan pada FNAB.
  • Biopsi insisi merupakan biopsi dengan melakukan sayatan pada tumor.
  • Biopsi eksisi merupakan biopsi dengan melakukan pengangkatan jaringan tumor.

Pemilihan teknik biopsi berdasarkan ukuran dan lokasi benjolan. Biopsi eksisi dipilih untuk benjolan yang kecil dan dekat permukaan (diameter 3-4 cm), dimana kemungkinan ganasnya rendah.

 

Tata Laksana

STT dapat diterapi menggunakan obat-obatan kemoterapi, radioterapi, maupun pembedahan. Pembedahan dilakukan berdasarkan lokasi tumornya. Untuk kebanyakan STT jinak, operasi pengangkatan tumor saja sudah cukup, dengan risiko kerusakan pembuluh darah, saraf, otot, dan tulang di sekitarnya yang minimal. Namun, untuk STT ganas dan kambuhan dapat dilakukan terapi radiasi dan kemoterapi sebagai tambahan.

Oleh karena sarkoma jaringan lunak cenderung untuk kambuh dan kekambuhan lebih sulit diterapi daripada kemunculan pertama, maka tumor jenis ini perlu untuk diangkat total dan dilanjutkan dengan terapi radiasi. Terapi radiasi ini mengurangi risiko kekambuhan.

Terapi juga ditentukan oleh lokasi tumor. Tumor yang tumbuh pada lokasi tertentu misalnya kepala dan leher, lebih mungkin untuk melibatkan atau berada di dekat struktur penting tubuh, sehingga lebih sulit untuk diangkat.

 

Komplikasi

Komplikasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang terjadi sebelum dan sesudah terapi.

Komplikasi yang dapat timbul sebelum terapi adalah:

  • Luka pada kulit
  • Kelainan darah
  • Perdarahan
  • Kerusakan jaringan sekitar
  • Patah tulang (jika tumor melibatkan tulang)

Komplikasi yang dapat timbul setelah terapi adalah:

  • Luka operasi yang terinfeksi dan tidak sembuh
  • Infeksi akibat kemoterapi dan radioterapi yang menimbulkan penurunan sistem imun
  • STT jinak biasanya tidak sering kambuh. Jika kambuh, biasanya tidak bersifat merusak dan dapat diterapi dengan operasi pengangkatan tumor. Pola kekambuhan umumnya dapat diprediksi. Kebanyakan tumor kambuh dalam 2 sampai 3 tahun. Terapi radiasi dan kemoterapi tambahan akan meminimalisis kekambuhan. Kekambuhan lebih sering terjadi pada STT ganas
  • Penyebaran tumor. STT ganas banyak mengalami penyebaran. Lokasi paling sering penyebaran tumor adalah paru-paru

 

Pencegahan

Pencegahan STT sulit untuk dilakukan, karena penyebabnya yang beragam. Tumor seperti neurofibroma dapat terjadi secara menurun. Sementara itu, ada beberapa jenis tumor yang disebabkan infeksi virus, sehingga paparan terhadap virus juga perlu dihindari, misalnya dengan tidak melakukan kontak fisik dengan orang yang sedang terinfeksi virus.

 

Kapan Harus ke Dokter ?

Jika Anda memiliki benjolan pada tubuh Anda, terutama yang bertambah besar dengan cepat atau berukuran lebih dari 5 cm, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Tea Karina Sudharso
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Senin, 17 April 2023 | 02:57

Benign and Malignant Soft-Tissue Tumors Treatment & Management: Approach Considerations, Medical Therapy, Surgical Therapy. Emedicine.medscape.com. (2022). Retrieved 6 June 2022, from https://emedicine.medscape.com/article/1253816-treatment#d1.

Benign Soft Tissue Tumors; Symptoms & Treatment. Cleveland Clinic. (2022). Retrieved 6 June 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16778-benign-soft-tissue-tumors.

Soft Tissue Masses. Orthop.washington.edu. (2022). Retrieved 6 June 2022, from https://orthop.washington.edu/patient-care/articles/oncology/soft-tissue-masses.html.