Definisi
Kejang merupakan gangguan listrik pada otak yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terkontrol. Gangguan listrik ini dapat menyebabkan perubahan sikap, gerakan, perasaan, hingga kesadaran. Lama kejang dapat bervariasi, dari beberapa detik hingga lebih dari 5 menit, namun pada umumnya berlangsung sekitar 30 detik hingga 2 menit. Kejang dapat terjadi sekali seumur hidup, namun dapat pula terjadi berulang. Jika kejang terjadi minimal dua kali dengan jarak minimal 24 jam tanpa penyebab yang jelas, kejang dapat dinyatakan sebagai epilepsi.
Penyebab
Kejang dapat terjadi akibat dipicu ataupun tidak. Pemicu kejang dapat berupa gangguan elektrolit (keseimbangan ion di dalam tubuh), racun, cedera otak, infeksi, kelainan pembuluh darah, tumor, dan sebagainya. Gangguan elektrolit yang dapat memicu kejang di antaranya kadar gula darah rendah, serta masalah pada kadar natrium, kalsium, dan berbagai ion tubuh lainnya. Racun yang dapat menyebabkan kejang dapat berasal dari penggunaan obat seperti obat depresi. Selain itu, jika seseorang memiliki riwayat penyalahgunaan zat namun berhenti tiba-tiba, kejang juga dapat terjadi. Pemberhentian zat yang dapat terkait dengan kejang adalah pemberhentian alkohol, benzodiazepin, dan sebagainya.
Selain gangguan zat, infeksi juga dapat menjadi penyebab kejang. Infeksi yang terkait dengan kejang biasanya terjadi pada sistem saraf pusat seperti otak atau sumsum tulang belakang. Namun, infeksi yang telah menyebabkan reaksi berlebihan pada seluruh tubuh (sepsis) dapat pula menyebabkan kejang, terlepas dari manapun asalnya.
Cedera otak yang dapat menyebabkan kejang dapat berupa cedera akibat benturan atau segala hal yang menyebabkan otak kekurangan oksigen. Penekanan pada otak akibat adanya tumor atau perdarahan juga dapat menyebabkan kejang. Peradangan pada otak, baik akibat infeksi atau penyebab lainnya, dapat menjadi penyebab kejang. Kurang tidur juga dapat menjadi penyebab kejang.
Pada anak kecil, demam dapat menjadi pemicu kejang. Hal ini disebut sebagai kejang demam. Namun, hal ini tidak selalu terjadi ketika demam, dan pada umumnya hanya terjadi jika suhu tubuh di atas 39 derajat Celsius pada anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Kejang yang terjadi pada demam di bawah suhu 39 derajat Celsius atau di luar batas usia tersebut perlu diwaspadai terkait dengan faktor lainnya.
Faktor Risiko
Setiap orang memiliki risiko untuk mengalami kejang seumur hidupnya. Risiko ini terkait dengan berbagai faktor, seperti pengobatan, faktor genetik, gangguan elektrolit, pola tidur, infeksi, peradangan otak, serta cedera pada otak. Riwayat lahir juga dapat memengaruhi kejadian kejang, misalnya anak yang lahir prematur lebih rentan mengalami epilepsi. Epilepsi sendiri lebih banyak terjadi pada anak dan orang berusia di atas 50 tahun. Pada lansia, kejang seringkali disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler, yaitu penyakit otak yang berkaitan dengan kerusakan pembuluh darah, seperti stroke.
Gejala
Gejala kejang dapat bervariasi tergantung letak gangguan listrik pada otak. Gejala tersebut dapat berupa tiba-tiba kebingungan, tatapan kosong, kelojotan seluruh tubuh, hilang kesadaran, dan perasaan seperti ketakutan, kecemasan, atau déjà vu (mengingat suatu hal yang belum pernah dialami). Biasanya, dokter membagi kejang menjadi dua bagian besar, yaitu kejang umum dan fokal.
Kejang umum melibatkan seluruh bagian otak. Tipe kejang umum adalah sebagai berikut:
- Kejang absans. Pada jenis kejang ini, penderita hanya akan tampak seperti menatap dengan tatapan kosong, dan dapat disertai dengan gerakan kecil seperti mata berkedip atau bibir mengecap. Kejang ini pada umumnya terjadi selama 5-10 detik, namun dapat terjadi berulang kali dalam sehari. Jika kejang ini terjadi pada anak, seringkali mengganggu performa belajar di sekolah.
- Kejang tonik. Kejang ini ditandai dengan kaku seluruh tubuh, terutama pada otot punggung, lengan, dan tungkai. Kejang ini menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran dan jatuh.
- Kejang atonik. Berlawanan dengan kejang tonik, kejang ini ditandai dengan otot tubuh yang tiba-tiba lemas, kehilangan kesadaran, dan dapat pula terjatuh.
- Kejang klonik. Kejang ini ditandai dengan kelojotan seluruh tubuh, terutama pada otot leher, wajah, dan lengan.
- Kejang mioklonik. Kejang ini ditandai dengan kelojotan atau kedutan tangan dan kaki yang terjadi secara tiba-tiba, namun tidak sampai kehilangan kesadaran.
- Kejang tonik-klonik. Dari semua jenis kejang, kejang tipe ini merupakan yang paling memicu kepanikan. Kejang ini ditandai dengan hilangnya kesadaran, badan kaku dan kelojotan, dan kadang disertai dengan mengompol atau menggigit lidah. Kejang ini dapat terjadi selama beberapa menit.
Sementara itu, kejang fokal hanya melibatkan sebagian otak. Tipe kejang fokal adalah sebagai berikut:
- Kejang fokal dengan penurunan kesadaran. Pada jenis kejang ini, penderita tampak seperti melakukan perbuatan yang lazim dilakukan, seperti menggosok tangan, mengecap, mengulang-ulang kata yang sama, atau berjalan melingkar. Namun, penderita tidak dapat mengontrol gerakan tersebut dan penurunan kesadaran terjadi seperti mengalami “mimpi”.
- Kejang fokal tanpa penurunan kesadaran. Pada jenis kejang ini, kejang dapat berupa perubahan emosi secara tiba-tiba dan berlangsung hanya sebentar, seperti marah, senang, atau sedih. Sensasi penciuman dan pendengaran pun dapat terganggu. Kejang ini juga dapat terjadi berupa kesulitan berbicara, kelojotan pada satu bagian tubuh seperti lengan atau tungkai, telinga berdenging, rasa geli pada seluruh tubuh, atau melihat kilatan cahaya.
Diagnosis
Diagnosis kejang dapat dilakukan dengan pertanyaan mengenai terjadinya kejang serta beberapa pemeriksaan terkait. Dokter dapat menanyakan riwayat penyakit, penggunaan obat-obatan, riwayat cedera, dan penyalahgunaan zat sebagai faktor risiko kejang. Selain itu, kesadaran saat kejang juga sangat penting untuk diketahui dan menentukan jenis kejang.
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan pada saraf untuk mencari adanya gangguan pada saraf. Anda dapat diminta untuk melakukan berbagai gerakan untuk menguji fungsi saraf. Selain itu, pemeriksaan laboratorium seperti elektrolit dan gula darah dapat dilakukan. Jika Anda wanita yang sedang hamil di atas 20 minggu, Anda akan diperiksakan tekanan darah, protein pada kencing, darah, serta fungsi hati untuk mengetahui adanya komplikasi kehamilan berupa sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme, low platelet – hemolisis atau pemecahan sel darah merah, peningkatan enzim hati, dan trombosit rendah).
Jika dokter mencurigai adanya masalah penekanan pada otak, baik akibat cedera atau tumor, serta stroke, dokter dapat melakukan pemeriksaan pencitraan otak berupa CT scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Jika dokter mencurigai adanya epilepsi, pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) dapat dilakukan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat gelombang listrik pada otak.
Tata Laksana
Tata laksana kejang sangat terkait dengan penyebabnya. Jika penyebab kejang adalah gangguan elektrolit, dokter dapat memberikan terapi untuk mengoreksi kadar elektrolit di dalam tubuh. Jika penyebab kejang dicurigai merupakan akibat dari penggunaan obat-obatan, dokter akan menelusuri lebih lanjut penggunaan obat-obatan tersebut sebelum memberikan terapi yang sesuai.
Jika kejang tidak dipicu oleh apapun, dokter dapat mempertimbangkan pemberian obat antikejang. Jika terdapat masalah pada struktur otak, dokter dapat merujuk Anda untuk menjalani pembedahan. Stimulasi otak dengan arus listrik dapat pula dilakukan untuk memperbaiki gelombang listrik pada otak.
Beberapa hal yang dapat Anda lakukan saat kejang terjadi pada orang lain:
- Pastikan lingkungan sekitar aman untuk membaringkan penderita, jauhkan benda yang dapat membahayakan Anda dan penderita.
- Tetap tenang dan segera panggil bantuan tenaga medis.
- Baringkan penderita ke satu sisi.
- Tempatkan bantal atau benda halus lainnya di bawah kepala penderita.
- Longgarkan pakaian penderita.
- Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut penderita.
- Tetaplah bersama penderita sampai tenaga medis datang, dan amati, apakah kejang berupa kelojotan, kaku, atau lemah, terjadi pada seluruh tubuh atau sebagian saja, serta penderita sadar atau tidak.
- Catat waktu dan berapa kali kejang terjadi.
Komplikasi
Komplikasi kejang dapat berupa cedera. Saat kejang terjadi, sangat rentan terjadi cedera pada tubuh akibat jatuh atau tergigitnya lidah. Jika saat kejang penderita tidak diamankan, dapat pula benda asing masuk ke dalam saluran napas, yang dapat mengancam nyawa. Jika kejang terjadi saat berenang atau berendam, penderita dapat tenggelam. Jika kejang terjadi saat menyetir, hal ini akan meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas. Jika kejang terjadi pada saat hamil, hal ini dapat mengancam nyawa ibu dan bayi. Selain itu, pada saat kejang, otak tidak mendapatkan asupan oksigen sehingga rentan terjadi kerusakan pada sel-sel otak. Komplikasi lainnya dapat berupa gangguan emosi yang dapat terjadi akibat kejang.
Pencegahan
Jika Anda pernah mengalami kejang dan mendapatkan obat-obatan antikejang, konsumsilah obat tersebut sesuai dengan anjuran dokter. Jika Anda mengalami efek samping akibat obat-obatan tersebut, konsultasikan hal tersebut kepada dokter Anda. Selain itu, pencegahan kejang dapat dilakukan dengan tidur cukup setiap malam, beraktivitas fisik rutin untuk menjaga kebugaran tubuh, serta menghindari konsumsi zat terlarang dan merokok.
Kapan harus ke dokter?
Segeralah ke dokter apabila terjadi hal sebagai berikut:
- Kejang terjadi selama lebih dari lima menit.
- Kesadaran atau napas tidak kembali setelah kejang selesai.
- Kejang kedua terjadi setelah kejang pertama selesai.
- Demam tinggi di atas 39 derajat Celsius.
- Hamil dan/atau memiliki penyakit diabetes.
- Terluka saat kejang terjadi.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina