Henti Jantung-Paru (Cardiorespiratory Arrest) pada Anak

Henti Jantung-Paru (Cardiorespiratory Arrest) pada Anak
Ilustrasi anak sedang dilakukan RJP

Bagikan :


Definisi

Cardiorespiratory arrest atau henti jantung-paru adalah berhentinya detak jantung dan pernafasan normal. Ketika jantung berhenti memompa darah, suplai oksigen menjadi terganggu dan akan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit. Organ dan jaringan tubuh akan mati jika tidak mendapatkan oksigen. Kerusakan tersebut memburuk dengan cepat dalam 4-10 menit setelah terjadi henti jantung-paru. Jika kondisi tersebut berlanjut, dapat menyebabkan kematian.

Henti jantung paru pada anak paling sering disebabkan oleh gagal nafas atau sumbatan jalan nafas. Henti jantung mendadak akibat irama jantung yang tidak normal jauh lebih jarang terjadi dibandingkan orang dewasa, kecuali pada kondisi khusus seperti cedera dada berat atau penyakit jantung bawaan.

Penanganan darurat awal dengan resusitasi jantung paru (RJP) atau menggunakan alat defibrilator eksternal otomatis (AED) dapat membantu jantung kembali berdetak.

 

Penyebab

Penyebab henti jantung pada anak meliputi gangguan pernapasan, gangguan jantung, infeksi, dan trauma atau cedera (19%). Penyebab pernapasan adalah yang paling umum, seperti infeksi saluran pernapasan, asma, gagal nafas, aspirasi atau masuknya benda asing ke paru-paru, serta tenggelam. 

Penyebab infeksi antara lain infeksi yang meluas melalui pembuluh darah (sepsis) dan meningitis atau radang selaput otak. Penyebab jantung termasuk cacat jantung bawaan, cedera dada berat, aritmia (gangguan irama jantung), dan kardiomiopati atau gangguan otot jantung. Penyebab traumatik atau cedera meliputi trauma tumpul kepala atau dada, tenggelam, dan kekerasan pada anak.

Penyebab lainnya antara lain Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) mencapai 42%, dan Sudden Unexpected Infant Death Syndrome (SUID). Henti jantung pada bayi umumnya karena kekurangan oksigen, misalnya akibat tenggelam atau tersedak.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko henti jantung meliputi:

  • Penyakit jantung bawaan
  • Gangguan irama jantung yang berhubungan dengan penyakit jantung bawaan, khususnya yang terjadi pasca operasi perbaikan cacat jantung atau pada kondisi jantung yang sudah melemah
  • Irama jantung abnormal yang sangat cepat, bahkan pada jantung normal
  • Gangguan jantung yang tidak terdiagnosis
  • Obesitas dan hipertensi
  • Paparan obat-obatan, racun, infeksi, atau obat-obatan terlarang 
  • Benturan hebat pada dada tepat di atas jantung (commotio cordis)
  • Riwayat keluarga dengan gangguan jantung, kematian mendadak sebelum usia 50 tahun, serta pingsan atau kejang yang tidak diketahui penyebabnya

 

Gejala

Gagal nafas, tidak responsif terhadap rangsang, hingga kehilangan kesadaran merupakan tanda henti jantung pada anak. Selain nafas yang megap-megap, hampir tidak terlihat gerak nafas pada anak yang mengalami henti jantung. Pupil atau bulatan hitam di tengah mata tidak merespon terhadap rangsang cahaya dan melebar secara maksimal. Dapat juga terjadi kejang akibat kekurangan oksigen.

Tanda dan gejala peringatan sebenarnya sudah ada pada 30-50% kasus henti jantung mendadak, namun sering diabaikan atau disalahartikan. Tanda dan gejala tersebut meliputi:

  • Nyeri, ketidaknyamanan dada, atau keluhan lainnya terkait olahraga
  • Pingsan yang tidak diketahui sebabnya, terutama jika berulang
  • Kejang yang tidak diketahui penyebabnya
  • Pusing atau rasa melayang
  • Denyut jantung sangat cepat atau berdebar 
  • Kelelahan berlebihan atau sesak napas
  • Infeksi virus yang disertai dengan nyeri dada atau perubahan toleransi terhadap aktivitas
  • Riwayat bising jantung yang penyebabnya belum diketahui
  • Riwayat tekanan darah tinggi
  • Riwayat pengobatan jantung
  • Terbatasnya aktivitas karena gangguan jantung

 

Diagnosis

Karena kondisi pasien yang darurat, pemeriksaan gejala dan riwayat kesehatan dilakukan dengan singkat dan cepat. Pemeriksaan gejala dan riwayat kesehatan sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi darah yang merupakan bagian penting untuk ditangani. 

Kondisi kekurangan oksigen menyebabkan penurunan tekanan darah, nafas tersengal, dan penurunan laju denyut jantung. Hal ini mengakibatkan terganggunya aktivitas listrik jantung hingga berhenti berdenyut.

Selanjutnya pasien menjadi tidak responsif, sesak napas dengan sesekali terlihat megap-megap, dan kurang merespons rangsangan verbal atau fisik. Denyut nadi sulit diraba pada beberapa lokasi pembuluh darah besar seperti pada leher dan paha. Pengisian pembuluh darah kapiler pada ujung jari juga terganggu. Kondisi ini dapat diketahui melalui pemeriksaan capillary refill time. Pupil juga akan melebar dan tidak merespons rangsang cahaya.

Untuk memastikan apakah masih ada aktivitas listrik jantung atau tidak, dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi (EKG). Sedangkan untuk mencari penyebab henti jantung, dapat dilakukan pemeriksaan lab seperti gas darah, laktat, elektrolit, glukosa, dan hitung darah lengkap. Dilakukan juga pemeriksaan radiologi dan suhu inti tubuh sesuai dengan penyebab yang dicurigai.

 

Tata Laksana

Pada henti jantung, anak tidak dapat bertahan tanpa suplai oksigen yang cukup dalam waktu 8-10 menit. Oleh karena itu, harus dilakukan RJP untuk mempertahankan suplai oksigen ke otak dan organ-organ vital. RJP adalah prosedur penyelamatan jiwa ketika detak jantung dan pernapasan berhenti. RJP juga sering disebut sebagai CPR (cardiopulmonary resuscitation). Untuk hasil yang baik, RJP harus dilakukan sesegera mungkin oleh orang yang pertama kali menemukan pasien.

Jika Anda menemukan anak atau bayi dengan sumbatan jalan napas, lakukan pertolongan pertama berupa pembebasan jalan nafas. Jika penyebab henti napas tidak diketahui, segera lakukan RJP.

Sebelum melakukan RJP, perhatikan hal-hal berikut:

  • Amankan lingkungan
  • Cek kesadaran anak
  • Apabila tidak sadar, tepuk atau goyangkan bahu dan tanyakan dengan suara yang cukup keras “Apakah kamu baik-baik saja?”
  • Bila anak tidak merespons dan tidak ada orang di sekitar, segera cari bantuan untuk menghubungi nomor gawat darurat sebelum melakukan RJP, kemudian ambil AED jika ada
  • Bila ada 2 penolong, 1 orang menghubungi nomor gawat darurat dan mengambil AED, kemudian 1 orang lainnya mulai melakukan RJP
  • Pasang AED untuk evaluasi irama jantung, beri kejutan sesuai instruksi AED, dan lanjutkan RJP

Terdapat sedikit perbedaan pada prosedur RJP bayi, anak, dan remaja. RJP pada anak >1 tahun sama dengan RJP pada dewasa. Secara umum, RJP terdiri atas tahap kompresi, airway, dan breathing. Tahap kompresi bertujuan untuk mengembalikan sirkulasi darah. Tahap airway untuk membebaskan jalan napas. Sementara, tahap breathing untuk memberikan bantuan napas. Satu siklus RJP terdiri dari kompresi dan pemberian bantuan napas.

Tahap kompresi

  • Jika sendirian dan tidak menyaksikan awal mula penderita tidak sadar, lakukan 5 siklus RJP (sekitar dua menit) sebelum menghubungi nomor gawat darurat dan mengambil AED
  • Jika sendirian dan menyaksikan awal mula penderita mulai tidak sadar, hubungi nomor gawat darurat, ambil AED, dan lakukan RJP. Jika ada 2 orang penolong, 1 orang bertugas menghubungi nomor gawat darurat dan mengambil AED, kemudian 1 orang lainnya mulai melakukan RJP
  • Posisikan pasien tidur terlentang pada permukaan yang datar dan padat
  • Pada anak >1 tahun dan remaja, kompresi dilakukan dengan kedua telapak tangan yang ditumpuk. Bila anak bertubuh kecil, kompresi dada dengan satu tangan. Sementara pada bayi <1 tahun, kompresi hanya menggunakan 2 jari 
  • Kompresi di tengah dada pada garis puting
  • Pada anak >1 tahun, kompresi dada sedalam sekitar 5 cm. Pada remaja, kedalaman kompresi bisa berkisar 5-6 cm. Sementara pada bayi, kompresi sedalam 4 cm dengan hati-hati
  • Kompresi dada dengan kecepatan 100-120 kali per menit sambil menghitung jumlah kompresi dengan keras
  • Jika Anda bukan tenaga terlatih, lakukan kompresi dada hingga bantuan medis tiba atau penderita sadar. Namun apabila Anda adalah tenaga terlatih, lanjutkan ke tahap airway dan breathing

 

Tahap airway bertujuan untuk membebaskan jalan napas.

  • Setelah melakukan 30 kali kompresi dada, buka jalan napas anak dengan metode head-tilt dan chin-lift
  • Letakkan telapak tangan pada dahi penderita. Lalu tengadahkan kepala anak secara perlahan. Gunakan tangan yang lain untuk menarik dagu anak sehingga jalan napas terbuka
  • Jangan menengadahkan kepala anak jika diduga terdapat cedera leher atau kepala

 

Tahap breathing untuk memberikan bantuan napas

  • Setelah jalan napas terbuka, pencet cuping hidung anak dan tutup mulut anak dengan mulut penolong untuk memberikan 2 kali bantuan napas
  • Pada bayi. tutup mulut dan hidung bayi menggunakan mulut penolong. Gunakan kekuatan otot pipi untuk meniupkan udara secara perlahan ke mulut bayi
  • Pastikan selama meniupkan nafas, dada anak terangkat. Jika pada tiupan pertama dada tidak terangkat, ulangi pembebasan jalan napas dengan metode head-tilt dan chin lift. Usahakan untuk tidak memberikan bantuan napas terlalu banyak atau meniupkan nafas terlalu kencang
  • Jika dada anak tetap tidak terangkat, lanjutkan kompresi dada
  • Berikan 2 bantuan napas setelah melakukan 30 kali kompresi dada. Jika ada dua penolong, berikan 2 kali bantuan napas setelah 15 kali kompresi dada
  • Jika terdapat AED, gunakan AED sesuai petunjuk. Berikan satu kejutan dan ulangi RJP. Teruskan RJP hingga anak sadar atau bantuan medis datang

 

Dengan melakukan RJP yang benar, Anda telah membantu mengembalikan sirkulasi dan oksigenasi ke tubuh pasien.

 

Komplikasi

Komplikasi dari henti jantung paru adalah kematian akibat tubuh tidak mendapat suplai oksigen. Selain itu, tindakan RJP juga memiliki beberapa kemungkinan komplikasi seperti cedera dada, dada terasa sakit, patah tulang rusuk, atau paru-paru kolaps.

Meskipun ada kemungkinan efek samping pada RJP, hal tersebut tidak boleh menghalangi kita untuk melakukan RJP pada pasien henti jantung. Karena menyelamatkan nyawa merupakan hal yang lebih penting. Efek samping RJP dapat ditangani kemudian setelah nyawa anak berhasil diselamatkan.

 

Pencegahan

Pencegahan henti jantung pada anak meliputi pencegahan primer dan sekunder.

Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah metode pencegahan sebelum kasus terjadi. Untuk mengurangi angka kejadian henti jantung mendadak, perlu mengenali faktor risiko dan melakukan penanganan sejak awal. Pencegahan primer meliputi pemeriksaan pada anak yang memiliki risiko, riwayat keluarga, atau tanda dan gejala peringatan. Dengan mengenali masalah jantung atau faktor risiko lain, dapat dilakukan penanganan sejak awal dengan obat-obatan, perubahan gaya hidup, atau alat kejut listrik (defibrillator). 

 

Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder berupa pencegahan kematian setelah anak mengalami henti jantung mendadak. Pencegahan ini meliputi prosedur RJP, penggunaan AED, atau implan defibrillator (ICD). 

 

Kapan harus ke dokter?

Jika anak memiliki salah satu tanda atau gejala peringatan henti jantung yang disebutkan di atas, segera periksa ke dokter atau bawa anak ke unit gawat darurat. Jika sudah terjadi henti jantung, lakukan RJP dan segera cari bantuan medis.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Aprilia Dwi Iriani
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 08:16