Definisi
Embolisme vena (venous thromboembolism, VTE) adalah terbentuknya bekuan darah yang terbentuk di pembuluh darah balik (vena). Thromboembolism berasal dari dua kata, thrombo dan embolism. "Thrombo" berarti bekuan darah, sedangkan "embolism" berarti partikel tertentu yang menyebabkan sumbatan. Vein thromboembolism berarti bekuan darah yang terbentuk di vena menyebabkan penyumbatan aliran darah.
Embolisme vena terdiri atas dua penyakit, yaitu trombosis vena dalam (deep vein thrombosis, DVT) dan embolisme paru (pulmonary embolism, PE). Bekuan darah yang terdapat pada tungkai disebut trombosis vena dalam (DVT), sedangkan jika bekuan darah mengalir hingga menyumbat pembuluh darah di paru disebut embolisme paru (PE).
Pembuluh darah balik membawa darah kaya karbon dioksida dari organ tubuh ke jantung. Jika pembuluh darah balik tersumbat, darah tidak dapat mengalir dengan lancar dan tertahan. Aliran darah yang tidak lancar ini menyebabkan peradangan dan kematian sel karena tidak mendapatkan oksigen serta nutrisi yang dibutuhkan.
Di Amerika Serikat, embolisme vena merupakan penyakit pembuluh darah ke-3 yang paling sering terjadi. Embolisme vena dialami oleh sekitar 1 dari 1000 orang Amerika setiap tahunnya. Setengah dari pasien tersebut mengalami embolisme paru. Sekitar 25% dari pasien embolisme paru meninggal akibat kondisi tersebut. Sejak usia 40 tahun, risiko Anda mengalami embolisme vena meningkat dua kali lipat setiap dekadenya.
Penyebab
Embolisme vena disebabkan oleh gangguan aliran darah. Darah yang mengalir dengan lambat dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah. Perlambatan aliran darah ini disebabkan oleh banyak hal, antara lain penyakit, obat-obatan tertentu, kurangnya pergerakan (immobilisasi), dan penerbangan dalam waktu lama di mana kaki Anda tidak dapat bergerak dengan bebas. Penyebab lain dari embolisme vena, antara lain:
- Infeksi.
- Pengobatan medis. Beberapa pengobatan medis seperti kemoterapi atau pasca operasi besar (operasi pada lutut atau panggul) dapat meningkatkan risiko terjadinya embolisme vena.
- Kondisi medis. Embolisme vena lebih sering terjadi pada pasien kanker, lupus, atau masalah imunitas lainnya.
- Obat-obatan. Obat-obatan seperti terapi hormonal dan KB dapat meningkatkan risiko mengalami embolisme vena
Faktor Risiko
Hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya embolisme vena, antara lain:
- Cedera pembuluh darah vena akibat patah tulang atau operasi
- Infeksi
- Aliran darah yang lambat akibat keterbatasan gerak
- Riwayat keluarga dengan embolisme vena
- Estrogen yang tinggi akibat kehamilan, menggunakan KB tertentu, atau terapi hormonal
- Memiliki gangguan pembekuan darah, seperti penyakit Factor V Leiden, polisitemia vera, atau sickle cell diseasae
- Memiliki penyakit kronik lainnya, termasuk kanker, penyakit jantung, dan inflammatory bowel disease (IBD)
- Gaya hidup kurang sehat, seperti merokok, obesitas, dan tidak berolahraga
- Usia tua
Gejala
Gejala dari embolisme vena akan bergantung pada jenis embolisme vena yang terjadi, baik itu DVT atau embolisme paru.
Gejala dari DVT antara lain:
- Pembengkakan pada tungkai atau lengan
- Kemerahan
- Kulit terasa lebih hangat
- Tungkai atau lengan terasa nyeri
Gejala dari embolisme paru dapat terjadi dengan atau tanpa gejala DVT. Gejala tersebut antara lain:
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Denyut nadi cepat
- Napas cepat
- Pusing atau sakit kepala
- Hilang kesadaran
- Tangan yang berkeringat dan dingin
- Batuk darah
Diagnosis
Kondisi lain dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan emboli vena. Untuk menegakkan diagnosis, dokter Anda perlu menanyakan mengenai riwayat kesehatan Anda secara keseluruhan. Hal ini perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko embolisme vena yang Anda miliki.
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah:
- Oksimetri. Jika Anda menunjukkan gejala embolisme paru, dokter Anda akan segera memeriksa kadar oksigen Anda menggunakan oksimetri. Oksimetri dapat menunjukkan kadar oksigen di dalam darah. Kadar oksigen yang rendah dapat menunjukkan adanya gangguan pada paru atau jantung
- Pemeriksaan darah. Pemeriksaan darah berfungsi untuk mencari salah satu indikator terjadinya pembekuan darah yaitu, D-dimer. Peningkatan kadar D-dimer di dalam darah menunjukkan pembekuan darah sedang terjadi. Pemeriksaan darah juga dapat menunjukkan kadar oksigen dan gangguan pembekuan darah yang mungkin Anda alami.
- Ultrasound. Pemeriksaan ultrasound merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk melihat aliran darah di dalam pembuluh darah secara langsung. Dokter dapat melihat adanya bekuan darah melalui pemeriksaan ini.
Tata Laksana
Pengobatan dan terapi embolisme vena dapat bervariasi tergantung besarnya bekuan darah. Pada beberapa kasus, DVT dapat ditangani dengan obat-obatan oral, sedangkan pada embolisme vena perlu diambil dan ditangani sesegera mungkin. Dokter Anda akan mengambil bekuan darah menggunakan kateter melalui pembuluh darah vena. Dokter juga dapat memberikan obat pemecah bekuan darah. Namun, kedua tindakan ini berpotensi untuk menimbulkan komplikasi berupa perdarahan. Oleh karena itu, tindakan tersebut perlu dilakukan di bawah pengawasan ketat.
Jika embolisme vena yang terjadi tidak mengancam nyawa, pengobatan akan bertujuan untuk mencegah bekuan darah menjadi lebih besar dan mencegah terbentuknya bekuan darah baru. Obat-obatan yang digunakan untuk mencegah hal ini antara lain adalah pengencer darah (antikoagulan) dan compression stocking, yaitu stocking khusus yang dapat membantu meningkatkan aliran darah ke jantung.
Jika Anda pernah mengalami embolisme vena, Anda dapat melakukan hal-hal di bawah ini untuk mencegah berulangnya kejadian tersebut, antara lain:
- Melakukan pemeriksaan rutin. Dokter Anda perlu memantau kesehatan Anda secara umum dan menentukan kapan Anda perlu menghentikan pengobatan.
- Konsumsi obat-obatan sesuai instruksi. Anda perlu rutin mengonsumsi obat-obatan sekalipun Anda tidak mengalami gejala apapun. Beritahukan dokter Anda jika terjadi efek samping seperti perdarahan gusi, BAB hitam, dan lain-lain.
- Periksa tanda dan gejala dari munculnya embolisme vena, seperti sesak napas dan nyeri pada betis
- Ubah gaya hidup Anda. Konsumsi air 7-8 gelas per hari dan berhenti merokok.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat embolisme vena, antara lain:
- Kerusakan pembuluh vena yang disebut chronic vein insufficiency
- Bekuan darah masuk ke arteri dan menyebabkan penyumbatan pada otak (stroke)
- Renal vein thrombosis, yaitu terjadinya gangguan aliran darah di ginjal
- Kematian
Pencegahan
Embolisme vena dapat disebabkan oleh banyak faktor dan beberapa faktor tersebut tidak dapat dikontrol. Namun, langkah pencegahan yang paling mudah adalah dengan melakukan aktivitas fisik sesering mungkin. Karena DVT paling sering terjadi pada tungkai dan kaki, Anda dapat menurunkan risiko terjadinya embolisme vena dengan memastikan aliran darah pada tungkai Anda tetap lancar.
Jika Anda lebih banyak duduk atau sering berpergian, pastikan Anda menyempatkan waktu untuk berjalan setiap harinya. Kegiatan tersebut dapat membantu otot tungkai Anda memompa darah ke jantung.
Jika Anda baru saja menjalani operasi atau sedang sakit dalam waktu lama, menggerakkan kaki sesedikit apapun dapat membantu mencegah pembentukan bekuan darah.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda mengalami gejala dari embolisme vena, baik DVT maupun embolisme paru, segera periksakan diri ke dokter. Gejala yang Anda alami tidak selalu disebabkan oleh hal tersebut, namun Anda penanganan yang cepat dan tepat dapat mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika Anda memiliki faktor risiko dari embolisme vena, konsultasikan langkah pencegahan embolisme vena dengan dokter Anda.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono