Hipertensi Sekunder

Hipertensi Sekunder
Ilustrasi dokter sedang memeriksa tekanan darah pasien

Bagikan :


Definisi

Hipertensi sekunder adalah kondisi hipertensi (tekanan darah tinggi) yang disebabkan oleh suatu penyakit atau kondisi lain yang sudah diketahui. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh kondisi yang memengaruhi ginjal, pembuluh darah, jantung, atau sistem endokrin (hormon). Hipertensi sekunder juga dapat terjadi selama kehamilan. Di lain sisi, jika tekanan darah tinggi tidak diketahui penyebabnya, maka disebut sebagai hipertensi esensial atau primer.

Kasus hipertensi sekunder cukup jarang terjadi, hanya berkisar 5 sampai 10 persen dari total populasi, sehingga kondisi ini tidak selalu mudah ditemukan. Pengobatan hipertensi sekunder yang tepat seringkali dapat mengontrol kondisi yang mendasarinya dan menurunkan tekanan darah tinggi, sehingga dapat mengurangi risiko komplikasi serius (termasuk penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke).

Hipertensi sendiri merupakan kondisi umum yang ditandai dengan jumlah tekanan yang lebih tinggi di pembuluh darah Anda dari biasanya. Tekanan darah biasanya diukur dengan alat manset yang ditempatkan di sekitar lengan Anda. Dalam pemeriksaan tekanan darah, akan dicari dua pengukuran, yaitu:

  • Tekanan darah sistolik, yaitu tekanan pembuluh darah selama jantung berdetak.
  • Tekanan darah diastolik, yaitu tekanan pembuluh darah di antara detak jantung.

Pencatatan nilai sistolik dan diastolik ditulis secara bersamaan, di mana tekanan darah sistolik ditulis terlebih dahulu dibandingkan tekanan darah diastolik. Pengukuran tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg (sistolik/diastolik) atau kurang.

 

Penyebab

Hipertensi sekunder disebabkan oleh adanya suatu kondisi atau penyakit lain yang mendasarinya. Terdapat banyak kondisi atau penyakit berbeda yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, termasuk:

  • Penyakit ginjal: Cedera pada ginjal atau pembuluh darah yang terlalu sempit dapat menyebabkan suplai darah yang buruk ke organ tersebut. Hal ini dapat memicu produksi hormon yang disebut Renin menjadi lebih tinggi. Renin menyebabkan produksi zat dalam tubuh (seperti molekul protein angiotensin II) yang dapat meningkatkan tekanan darah.
  • Penyakit kelenjar adrenal: Kelenjar adrenal merupakan kelenjar yang terletak di atas ginjal dan berfungsi memproduksi dan mengatur hormon dalam tubuh. Ketika terjadi masalah dengan kelenjar tersebut, hormon dalam tubuh bisa menjadi tidak seimbang dan menyebabkan beberapa kondisi, yang mencakup:
    • Pheochromocytoma, yaitu tumor kelenjar adrenal yang memproduksi hormon Epinefrin dan Norepinefrin secara berlebihan.
    • Sindrom Conn atau aldosteronisme primer, yaitu suatu kondisi di mana tubuh membuat terlalu banyak hormon Aldosterone (hormon yang mengatur keseimbangan garam dan cairan dalam tubuh).
    • Sindrom Cushing, yaitu suatu kondisi di mana terdapat terlalu banyak hormon Kortisol (hormon yang mengatur metabolisme karbohidrat dan tekanan darah).
  • Hiperparatiroidisme: Dalam kondisi ini, kelenjar paratiroid (yang terletak di leher), memproduksi hormon yang mengatur kadar kalsium dalam darah secara berlebihan, dan kondisi ini dapat menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi.
  • Gangguan pada kelenjar tiroid: Fungsi kelenjar tiroid yang tidak normal juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
  • Koarktasio aorta, yaitu penyempitan atau pengetatan pada pembuluh darah aorta, yang merupakan pembuluh darah terbesar dari sisi kiri jantung dan berfungsi mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Koarktasio dapat membatasi aliran darah normal.
  • Obsructive sleep apnea: Dalam kondisi ini, seseorang sering terbangun dari tidur dan berhenti bernapas selama tidur karena terjadi sumbatan di saluran napas bagian atas.
  • Efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Obat-obatan tersebut meliputi:
    • Kontrasepsi hormonal (pil KB)
    • Obat anti inflamasi non steroid (NSAID)
    • Obat pelangsing
    • Obat golongan stimulan
    • Obat antidepresan
    • Obat penekan sistem kekebalan tubuh
    • Dekongestan (obat pereda hidung tersumbat)

 

Faktor Risiko

Faktor risiko terbesar yang berperan terhadap terjadinya hipertensi sekunder adalah memiliki kondisi medis tertentu yang dapat menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi, seperti gangguan di ginjal, pembuluh darah, jantung, atau sistem endokrin. Kasus hipertensi sekunder relatif cukup jarang, dan skrining penyebabnya bisa memakan biaya dan waktu, sehingga tidak setiap pasien dengan tekanan darah tinggi akan dites untuk kondisi tersebut. Terdapat beberapa faktor yang dapat membantu menentukan apakah Anda harus diskrining untuk hipertensi sekunder, seperti:

  • Usia, yaitu pada penderita yang berusia di bawah 30 tahun dan memiliki tekanan darah tinggi tanpa adanya riwayat keluarga atau faktor risiko lain dari tekanan darah tinggi.
  • Hipertensi resisten, yaitu pada penderita yang memiliki tekanan darah tinggi yang tidak membaik meskipun pengobatan sudah optimal dengan setidaknya tiga obat antihipertensi.
  • Obesitas, yaitu pada penderita dengan kelebihan berat badan dengan tekanan darah tinggi yang tidak merespon terhadap pengobatan dari waktu ke waktu.
  • Memiliki tanda atau gejala yang menunjukkan suatu kondisi medis atau penyakit yang mendasarinya.
  • Memiliki kelainan hasil laboratorium seperti kadar Kalium yang rendah atau Kalsium yang tinggi.

 

Gejala

Hipertensi sekunder biasanya tidak menunjukkan tanda atau gejala yang khusus, bahkan jika tekanan darah Anda telah mencapai tingkat yang sangat tinggi. Hipertensi biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah. Menurut American Heart Association, tekanan darah 130/80 mmHg atau lebih dikategorikan sebagai hipertensi. Jika Anda telah didiagnosis dengan tekanan darah tinggi, memiliki salah satu dari tanda-tanda ini mungkin berarti hipertensi Anda termasuk hipertensi sekunder:

  • Tekanan darah tinggi yang tidak merespon terhadap obat antihipertensi (hipertensi resisten).
  • Memiliki tekanan darah yang sangat tinggi, di mana tekanan darah sistolik lebih dari 180 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg.
  • Tekanan darah tinggi yang tidak lagi merespon terhadap obat yang sebelumnya dapat mengontrol tekanan darah Anda.
  • Tekanan darah tinggi yang tiba-tiba muncul sebelum usia 30 tahun atau setelah usia 55 tahun.
  • Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga.
  • Tidak ada obesitas.

 

Diagnosis

Dalam mendiagnosis hipertensi sekunder, dokter akan mulai dengan melakukan wawancara untuk menanyakan gejala-gejala yang Anda alami, serta mencari faktor risiko dan penyebab yang mungkin berperan terhadap timbulnya hipertensi sekunder. Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter akan melakukan pengukuran tekanan darah menggunakan suatu manset yang diletakkan di lengan Anda dan akan dipompa, dokter kemudian akan membaca tekanan darah Anda. Dokter juga mungkin akan mencari tanda-tanda fisik, seperti perubahan berat badan, penumpukan cairan (pembengkakan), pertumbuhan rambut tidak normal, stretch mark pada kulit perut, dan aliran darah yang tidak normal ke ginjal.

Dokter mungkin tidak akan langsung mendiagnosis hipertensi hanya berdasarkan satu kali pengukuran tekanan darah yang lebih tinggi dari normal. Mungkin diperlukan tiga hingga enam kali pengukuran tekanan darah tinggi pada pertemuan yang terpisah untuk mendiagnosis hipertensi sekunder. Pengukuran ini mungkin berasal dari pemantauan tekanan darah di rumah dan pemantauan tekanan darah rawat jalan.

Dokter juga dapat menyarankan beberapa pemeriksaan tambahan untuk menentukan penyebab tekanan darah tinggi Anda. Pemeriksaan ini dapat mencakup:

  • Tes darah. Tes darah sering dilakukan untuk memeriksa kadar kalium, natrium, kreatinin, glukosa darah, kolesterol total, dan trigliserida.
  • Tes urin (urinalisa). Dokter mungkin ingin memeriksa urin Anda untuk memeriksa penanda yang dapat menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi Anda disebabkan oleh kondisi medis lain.
  • Ultrasonografi (USG) ginjal. Terdapat banyak gangguan ginjal yang berhubungan dengan hipertensi sekunder. Pemeriksaan ini dengan menggunakan alat yang memanfaatkan gelombang suara untuk melihat gambaran struktur ginjal Anda.
  • Elektrokardiogram (EKG). Pemeriksaan ini dapat merekam sinyal listrik di jantung Anda untuk melihat adakah masalah jantung yang mungkin menyebabkan hipertensi sekunder.

 

Tata Laksana

Tata laksana utama pada hipertensi sekunder akan tergantung pada kondisi dasar yang menyebabkannya. Hipertensi sekunder akan tetap berlangsung selama Anda masih memiliki kondisi sekunder yang mendasarinya. Beberapa lamgkah yang dapat Anda lakukan untuk mengendalikan tekanan darah tinggi saat sedang menjalani pengobatan untuk kondisi yang mendasarinya, antara lain:

  • Makan makanan sehat yang rendah garam
  • Berolahraga secara teratur
  • Menghindari merokok
  • Menjaga berat badan yang ideal
  • Membatasi konsumsi alkohol

 

Dalam kasus di mana hipertensi sekunder disebabkan oleh adanya tumor, tatalaksana pembedahan mungkin diperlukan untuk mengobati kondisi tersebut. Pada kasus ketidakseimbangan hormon dan kondisi lain, penggunaan obat-obatan dapat digunakan untuk mengatasi hipertensi sekunder. Selain itu, Anda mungkin juga perlu terus mengonsumsi obat antihipertensi, dan kondisi medis yang mendasari hipertensi sekunder akan memengaruhi pilihan obat antihipertensi Anda. Beberapa golongan antihipertensi yang mungkin dipilih dokter, antara lain:

  • Diuretik Thiazide
  • Beta Blockers
  • Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) inhibitors
  • Angiotensin II Receptor Blockers
  • Calcium Channel Blockers
  • Direct Renin Inhibitors

 

Komplikasi

Hipertensi sekunder dapat memperburuk kondisi medis yang mendasari yang menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Jika tidak diobati, hipertensi sekunder dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya, seperti:

  • Kerusakan pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, atau komplikasi lainnya.
  • Aneurisme (pembuluh darah yang melemah dan menonjol).
  • Gagal jantung.
  • Pembuluh darah yang melemah dan menyempit di ginjal.
  • Pembuluh darah di mata menebal, menyempit, atau robek.
  • Sindrom metabolik, yaitu sekelompok gangguan metabolisme tubuh, termasuk peningkatan lingkar pinggang, kadar trigliserida tinggi, kadar lemak baik (HDL) yang rendah, tekanan darah tinggi, dan kadar insulin tinggi.
  • Gangguan memori atau pemahaman.

 

Pencegahan

Beberapa penyebab hipertensi sekunder, seperti tumor atau struktur pembuluh darah yang tidak normal, tidak dapat dicegah. Penyebab lain dari kondisi ini, seperti penggunaan obat atau berat badan yang berlebih, dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup dan kesadaran akan potensi efek samping suatu obat.

           

Kapan Harus ke Dokter ?

Jika Anda memiliki suatu kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, Anda mungkin perlu memeriksakan tekanan darah Anda secara rutin dan teratur. Konsultasikan diri Anda ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

Writer : dr Dedi Yanto Husada
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Kamis, 7 April 2022 | 09:12

Hecht, Marjorie. Types and Stages of Hypertension. (2019). Retrieved 29 Maret 2022, from https://www.healthline.com/health/types-and-stages-of-hypertension

Lee, Angela Ryan. Assesing Your Risk of Secondary Hypertension. (2022). Retrieved 29 Maret 2022, from https://www.verywellhealth.com/secondary-hypertension-5211054

Nazario, Brunilda. Secondary Hypertension. (2021). Retrieved 29 Maret 2022, from https://www.webmd.com/hypertension-high-blood-pressure/guide/secondary-hypertension-causes

Secondary Hypertension. (2021). Retrieved 29 Maret 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/secondary-hypertension/symptoms-causes/syc-20350679

Secondary Hypertension. (2019). Retrieved 29 Maret 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21128-secondary-hypertension

Secondary Hypertension. (2021). Retrieved 29 Maret 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544305/