Skleritis

Skleritis
Sklera adalah bagian yang berwarna putih pada mata. Ketika sklera bengkak, merah, atau nyeri, disebut dengan skleritis.

Bagikan :


Definisi

Sklera adalah bagian yang berwarna putih pada mata. Ketika sklera bengkak, merah, atau nyeri, disebut dengan skleritis. Skleritis termasuk penyakit peradangan mata yang serius. Lapisan sklera dibentuk oleh serabut jaringan ikat. Sklera melapisi bola mata dari ujung kornea hingga ke saraf optik di belakang mata. Berdasarkan bagian sklera yang mengalami peradangan, skleritis dibagi menjadi dua, yaitu skleritis anterior (sisi depan bola mata) dan skleritis posterior (sisi belakang bola mata). Skleritis dapat terjadi hanya pada satu bagian mata, namun ada juga yang terjadi bersamaan pada bagian depan dan belakang mata.

Meskipun gejala yang sering terlihat mirip dengan mata merah biasa, namun jika tidak segera ditangani, skleritis dapat menimbulkan kerusakan mata yang berat, bahkan kebutaan. Munculnya skleritis bisa saja hanya merupakan tanda awal dari penyakit lain yang serius.

Di dunia, sekitar 60-74% kasus skleritis terjadi pada wanita. Etnis Kaukasia merupakan etnis yang terbanyak mengalami skleritis (79,4%). Sementara, data skleritis di Indonesia masih terbatas. Data yang ada menunjukkan bahwa skleritis lebih sering terjadi pada wanita usia 40-60 tahun atau pada pasien dengan penyakit autoimun sistemik. Sekitar 50% kasus ditemukan pada pasien dengan penyakit autoimun seperti lupus dan artritis rematoid (peradangan sendi). Skleritis yang disebabkan oleh infeksi hanya sekitar 5-10% dari keseluruhan kasus.

Ditemukan 57% pasien skleritis yang juga memiliki penyakit sistemik lainnya. Hingga 48% pasien dengan skleritis datang dengan penyakit  jaringan ikat atau vaskulitis yang sebelumnya telah diketahui. Penyakit ini berpotensi mematikan kecuali diobati dengan terapi yang cepat dan agresif. Pasien lain mungkin datang dengan trauma, infeksi, atau peradangan paska operasi yang terjadi bersamaan. Skleritis yang disertai penyakit sistemik paling sering terjadi pada kasus skleritis jenis nekrotikans.

 

Penyebab

Penyebab skleritis belum diketahui dengan pasti. Beberapa kasus ada yang berkaitan dengan kejadian infeksi (4-10%) maupun non-infeksi. Penyebab non-infeksi antara lain autoimun (yang paling banyak ditemukan, sekitar 50%), keganasan, efek obat-obatan osteoporosis, dan cedera pada mata. Artritis reumatoid dan vaskulitis (peradangan pembuluh darah) merupakan kondisi yang paling sering berhubungan dengan skleritis.

 

Faktor Risiko

Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami skleritis, antara lain:

  • Berusia 40-50 tahun
  • Wanita
  • Menderita penyakit autoimun jaringan ikat seperti vaskulitis
  • Mengalami infeksi mata 
  • Pernah cedera pada mata
  • Riwayat operasi mata

 

Gejala

Gejala skleritis meliputi nyeri pada mata, keluar air mata berlebih, sensitif terhadap cahaya, penurunan ketajaman penglihatan, bahkan dapat kehilangan sebagian atau seluruh penglihatan. Nyeri adalah gejala paling umum yang membuat pasien mencari bantuan medis, dan merupakan tanda dari peradangan aktif. Gambaran nyeri berikut merupakan ciri khas skleritis:

  • Nyeri hebat yang menjalar ke dahi, alis, rahang, atau kepala
  • Membangunkan pasien pada malam hari
  • Diperberat dengan sentuhan
  • Hilang sementara dengan analgesik

Sayangnya, banyak pasien dengan skleritis pertama kali datang ke IGD karena keluhan yang tidak membaik setelah diberi tetes mata antibiotik oleh dokter. Hal ini menyebabkan penundaan pengobatan menggunakan anti-peradangan dan memperpanjang perjalanan penyakit skleritis.

Penurunan penglihatan dapat disebabkan oleh perluasan skleritis ke struktur mata yang berdekatan. Kemerahan secara bertahap meningkat dalam beberapa hari. Tampak seperti sinar merah kebiruan yang lebih jelas terlihat pada pemeriksaan dengan cahaya alami. Kemerahan ini mungkin terlokalisasi di satu area atau melibatkan seluruh sklera dan paling sering terjadi di daerah yang tertutup kelopak mata. 

Berdasarkan daerah sklera yang terkena, berikut gejala yang sering ditemukan:

 

Skleritis anterior

Pada skleritis anterior, peradangan terjadi pada lapisan sklera yang terletak di sisi depan bola mata. Beberapa jenis skleritis anterior beserta gejalanya adalah sebagai berikut:

  • Difus. Skleritis anterior ini adalah yang paling sering ditemukan. Gejalanya berupa kemerahan yang menyebar di seluruh atau sebagian area putih mata. Kemerahan dapat disertai rasa nyeri.
  • Nodular. Pada skleritis anterior jenis ini, muncul benjolan lunak pada area putih mata yang terasa nyeri jika disentuh. 
  • Nekrotikans. Merupakan skleritis anterior yang paling berat karena dapat merusak lapisan sklera. Skleritis ini dapat menyebabkan nyeri berat pada bola mata. Jika tidak segera diobati, skleritis nekrotikans bahkan bisa membuat penderitanya kehilangan bola mata.

 

Skleritis Posterior

Skleritis posterior terjadi pada sklera di belakang bola mata. Terkadang, skleritis posterior dapat disertai dengan skleritis anterior. Gejala skleritis posterior lebih sulit dikenali karena tidak terlihat dari luar. Keluhan mata merah dan benjolan pada area putih mata depan umumnya tidak ditemukan. Namun, pembengkakan dapat terjadi di sisi belakang dan dalam bola mata serta dapat menimbulkan gangguan penglihatan seperti pandangan kabur atau penyempitan lapang pandang.

 

Diagnosis

Diagnosis skleritis dapat ditegakkan melalui:

  • Pemeriksaan bagian dalam dan luar mata menggunakan  mikroskop khusus yang disebut slit lamp
  • Wawancara tentang kondisi kesehatan Anda secara menyeluruh oleh dokter

Dokter mata dapat bekerjasama dengan dokter spesialis lainnya seperti reumatolog (dokter ahli penyakit autoimun) untuk membantu mendiagnosis secara lengkap. Pemeriksaan darah dan radiologi mungkin diperlukan untuk menunjang penegakkan diagnosis.

 

Tata Laksana

Skleritis merupakan penyakit yang serius. Semua jenis skleritis perlu diperiksakan ke dokter mata. Sampai saat ini belum ada pengobatan atau perawatan mandiri di rumah untuk menyembuhkan penyakit ini. Jika Anda merasakan gejala-gejala skleritis di atas, Anda perlu segera berkonsultasi dan melakukan pemeriksaan ke dokter mata untuk mencegah kerusakan mata lebih lanjut.

Penanganan skleritis meliputi obat-obatan maupun pembedahan, bergantung pada penyebab dan tingkat keparahan. Dokter akan memberikan obat anti-radang untuk mengurangi nyeri dan peradangan pada sklera. Sedangkan, pembedahan baru akan dilakukan jika sklera mengalami robek atau terlepas dari tempat penempelannya.

Bila skleritis disebabkan oleh penyakit lain, penyakit tersebut juga memerlukan pengobatan untuk mengendalikan gejalanya dan mencegah kompikasi lebih lanjut. Perlu diingat bahwa meskipun sudah menjalani pengobatan, skleritis dapat kambuh kembali selama penyakit yang mendasarinya masih ada.

 

Komplikasi

Komplikasi skleritis yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan dan kerusakan mata, muncul sebagai akibat dari peradangan sklera yang meluas. Komplikasi yang sering ditemukan antara lain keratitis ulseratif perifer, uveitis, glaukoma, katarak, ablasi retina, dan kelainan fundus. Komplikasi-komplikasi tersebut paling sering terjadi pada skleritis nekrotikans, yaitu jenis skleritis yang paling merusak.

 

Pencegahan

Sampai saat ini, belum ada pencegahan yang efektif untuk kasus skleritis. Pasien dengan penyakit autoimun harus lebih waspada karena berpeluang terkena skleritis. Oleh karena itu, pasien dengan penyakit terkait perlu akses yang mudah untuk konsultasi ke dokter mata dan dimonitoring berkala oleh dokter mata. 

Untuk mencegah skleritis yang disebabkan oleh infeksi paska operasi, dapat dilakukan dengan memastikan prosedur operasi mata yang benar, protokol pencegahan infeksi yang baik, dan kontrol mata rutin setelah tindakan operasi.  

 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda memiliki gejala skleritis, Anda harus konsultasi dengan  dokter mata sesegera mungkin. Tanpa pengobatan, skleritis dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Aprilia Dwi Iriani
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 21:21

Boyd, K. (2021). What Is Scleritis?. American Academy of Ophthalmology. Retrieved 14 November 2021, from https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-is-scleritis.

Boyd, K. (2021). Scleritis Diagnosis and Treatment. American Academy of Ophthalmology. Retrieved 14 November 2021, from https://www.aao.org/eye-health/diseases/scleritis-treatment.

Lagina, A., & Ramphul, K. (2021). Scleritis. Ncbi.nlm.nih.gov. Retrieved 14 November 2021, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499944/.

Roque, M. (2021). Practice Essentials. Emedicine.medscape.com. Retrieved 14 November 2021, from https://emedicine.medscape.com/article/1228324-overview.

Roque, M. (2021). Scleritis Treatment & Management: Medical Care, Surgical Care, Consultations. Emedicine.medscape.com. Retrieved 14 November 2021, from https://emedicine.medscape.com/article/1228324-overview#a1.

Krause, L. (2021). What’s Causing My Facial Pain?. Healthline. Retrieved 14 November 2021, from https://www.healthline.com/health/face-pain.

Dahl, A. (2021). Scleritis Treatment, Symptoms, Causes & Risk Factors. MedicineNet. Retrieved 14 November 2021, from https://www.medicinenet.com/scleritis/article.htm#is_it_possible_to_prevent_scleritis.

Moshirfar M, Ronquillo Y. Infectious Scleritis. Ncbi.nlm.nih.gov. Retrieved 14 November 2021, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560818/.