Diskinesia Tardiv

Diskinesia Tardiv
Gambaran pasien-pasien yang mengalami diskinesia tardiv.

Bagikan :


Definisi

Diskinesia tardiv adalah gangguan gerak yang berupa gerakan otot berulang dan tidak terkontrol pada wajah, leher, badan, lengan, dan tungkai. Hal ini menyebabkan gangguan fungsional dan memengaruhi kualitas hidup secara signifikan.

 

Penyebab

Diskinesia tardiv umumnya merupakan efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka panjang. Kondisi ini dapat bersifat permanen bahkan setelah obat penyebab berhenti dikonsumsi. Obat yang paling sering menjadi penyebab adalah obat antipsikotik. Obat antipsikotik biasanya digunakan untuk terapi skizofrenia, gangguan bipolar, dan gangguan jiwa serta saraf lainnya. Obat ini sering disebut dengan obat neuroleptik dan bekerja dengan cara menghambat dopamin sehingga otot dapat bergerak dengan lebih terkontrol. Ketika dopamin di otak sedikit, maka gerakan tubuh akan menjadi tidak terkontrol.

Biasanya diskinesia tardiv timbul setelah beberapa waktu mengonsumsi obat antipsikotik, biasanya minimal tiga bulan. Kejadian diskinesia tardiv lebih rendah dengan penggunaan obat antipsikotik golongan yang lebih lama. Untuk diketahui, terdapat dua generasi obat antipsikotik, yaitu:

  • Generasi pertama (lebih lama), contohnya adalah klorpromazine, haloperidol, flufenazin
  • Generasi kedua (lebih baru), contohnya adalah aripiprazol, klozapin, olanzapin, risperidon

Diskinesia tardiv juga berhubungan dengan penggunaan jangka panjang obat mual seperti metoklopramid dan proklorperazin, serta obat untuk kelainan saraf seperti penyakit Parkinson.

 

Faktor Risiko

Semua orang yang mengonsumsi antipsikotik dapat terkena diskinesia tardiv, namun risikonya akan lebih tinggi pada:

  • Penderita skizofrenia yang sudah lama mengonsumsi obat antipsikotik. Risiko meningkat seiring lamanya penggunaan obat 
  • Usia di atas 55 tahun
  • Wanita, terutama yang sudah menopause
  • Adanya riwayat keluarga dengan diskinesia tardiv
  • Penderita skizofrenia yang menunjukan gejala negatif seperti menarik dari dari lingkungan sosial atau tidak mengurus kebersihan diri
  • Keturunan Afrika-Amerika atau Asia-Amerika
  • Merokok
  • Konsumsi alkohol
  • Konsumsi zat terlarang
  • Diabetes tidak terkontrol

 

Gejala

Diskinesia tardiv menyebabkan gejala yang berupa gerakan menyentak yang tidak dapat dikontrol. Gerakan tersebut dapat terjadi dengan cepat atau pelan. Anda akan kesulitan untuk bekerja dan beraktivitas.

Gejala diskinesia tardiv dapat terjadi pada:

Wajah

  • Menjulurkan lidah secara otomatis
  • Mengedipkan mata dengan cepat
  • Gerakan mengunyah
  • Mengecapkan atau mengerutkan bibir
  • Gerakan menghisap atau gerakan mulut seperti mulut ikan
  • Menggembungkan pipi
  • Mengernyitkan dahi
  • Meringis
  • Mendengus

Anggota gerak (tangan dan kaki):

  • Menggoyangkan jari-jari
  • Menghentakan tangan dan kaki
  • Mengepakkan lengan
  • Menggerakan panggul
  • Bergoyang-goyang

Distonia tardiv merupakan bentuk yang lebih berat dari diskinesia tardiv. Kondisi ini ditandai dengan gerakan memutar leher dan badan yang menonjol.

 

Diagnosis

Diskinesia tardiv mungkin sulit untuk didiagnosis. Gejala dapat tidak muncul sampai beberapa bulan atau tahun setelah mengonsumsi obat penyebab. Beberapa orang pertama kali menyadari gejala setelah berhenti mengonsumsi obat.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang disebut Abnormal Involuntary Movement Scale yang akan membantu menilai kelainan gerak. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan untuk mencari apakah ada penyebab lain yang dapat menyebabkan gerakan abnormal seperti:

  • Palsi serebral
  • PenyakitHuntington
  • PenyakitParkinson
  • Stroke
  • SindromTourette

Untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab tersebut, dapat dilakukan pemeriksaan darah dan pemeriksaan radiologi pada kepala, seperti CT scan atau MRI otak.

 

Tata Laksana

Jika Anda mengidap diskinesia tardiv akibat konsumsi obat-obatan, maka dokter akan mengevaluasi obat yang Anda konsumsi. Jika dirasa aman secara psikiatrik, obat penyebab dapat dihentikan dan diganti dengan obat lain atau diturunkan dosisnya. Misalnya, jika Anda mengonsumsi obat antipsikotik generasi satu, dokter mungkin akan menggantinya dengan generasi dua meskipun generasi dua tetap dapat menyebabkan diskinesia tardiv. Dokter juga akan menambahkan obat untuk meredakan gejala. Penting bagi Anda untuk tidak menghentikan obat yang biasa Anda konsumsi tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Pilihan terapi untuk diskinesia tardiv adalah:

  • Terapi awal dengan obat-obatan yang spesifik untuk kelainan gerak, seperti valbenazin dan deutetrabenazin. Obat-obatan ini diperkirakan bekerja dengan cara yang mirip yaitu dengan mengatur jumlah aliran dopamin di area otak yang berfungsi untuk mengontrol gerakan tertentu. Kedua obat ini terkadang dapat menyebabkan ngantuk. Deutetrabenazin dilaporkan dapat menyebabkan depresi jika digunakan pada penderita penyakit Hutington.
  • Pilihan terapi lain adalah klonazepam, yang biasanya diberikan jangka pendek untuk kekakuan otot.
  • Meskipun tidak ada studi yang menyatakan bahwa suplemen herbal dapat memperbaiki gejala, namun beberapa orang mengalami perbaikan setelah mengkonsumsi suplemen seperti ginkgo biloba, melatonin, vitamin B6, dan vitamin E. Anda perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi suplemen.

Setiap orang memiliki respon yang bervariasi terhadap terapi. Untuk gejala yang tidak menunjukan respon yang baik terhadap terapi, dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi gejala gerak dari penyakit Parkinson. Obat tersebut adalah amantadin. Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa stimulasi otak (deep brain stimulation) dapat efektif pada orang yang tidak merespon terhadap terapi lainnya.

Sebelumnya, golongan obat-obatan yang disebut antikolinergik dipakai untuk memperbaiki gejala pergerakan. Namun, saat ini diketahui bahwa obat ini tidak menunjukan hasil yang baik dalam mengurangi gejala, melainkan malah menyebabkan perburukan gejala dan penurunan kognitif terutama jika dikonsumsi bersamaan dengan obat antipsikotik.

Selain obat-obatan, olahraga juga dapat membantu. Manfaat olahraga adalah:

  • Memperbaiki gejala, seperti tremor, gejala yang berhubungan dengan keseimbangan, cara jalan, dan kelenturan tubuh.
  • Menyeimbangkan kadar gula darah dan hormon
  • Memperbaiki fungsi kognitif
  • Mengurangi gejala negatif dari skizofrenia

 

Komplikasi

Diskinesia tardiv dapat membuat Anda malu sehingga menarik diri dari orang sekitar. Isolasi diri dapat menyebabkan atau memperburuk depresi atau kecemasan yang sudah ada. Kondisi ini juga dapat memengaruhi kemampuan bekerja dan hubungan dengan orang terdekat. Sebagian kecil orang mengalami gejala berat yang memengaruhi kualitas hidup dan meskipun jarang terkadang dapat mengancam nyawa.

Komplikasi akibat gerakan abnormal adalah:

  • Kesulitan bernafas
  • Masalah gigi geligi
  • Kesulitan menelan
  • Perubahan wajah yang permanen, seperti kelopak mata atau mulut yang turun
  • Kesulitan berbicara

 

Pencegahan

Pencegahan diskinesia tardiv adalah dengan mengurangi faktor risiko yang dapat menimbulkan kondisi tersebut. Menjaga kesehatan tubuh dengan berhenti merokok, menghindari penggunaan zat terlarang, dan mengontrol diabetes dapat melindungi dan mengurangi risiko terkena diskinesia tardiv.

Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter yang merawat Anda untuk screening rutin gejala diskinesia tardiv yang mungkin ada namun tidak Anda sadari. Screening ini sebaiknya dilakukan setiap tahun. Gejala seminimal apapun harus ditangani sedini mungkin untuk mencegah dampak buruk terhadap fungsi sehari-hari dan kualitas hidup di kemudian hari.

Penggunaan obat antipsikotik bersifat jangka panjang karena digunakan untuk terapi masalah kejiwaan yang kronis (jangka panjang), namun pemilihan jenis dan dosis yang tepat dapat dilakukan untuk meminimalisir efek samping. Jika Anda mengonsumsi obat antipsikotik, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter Anda untuk memilih opsi yang terbaik.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Tidak semua orang yang mengonsumsi obat antipsikotik akan mengalami diskinesia tardiv. Namun, sekali kondisi ini muncul maka akan terus ada (permanen). Oleh karena itu, jika Anda menyadari ada pergerakan yang tidak bisa Anda kontrol, segera berkonsultasi ke dokter.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Tea Karina Sudharso
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 21:48