Ruptur Perineum

Ruptur perineum atau dikenal juga sebagai perineal tears.

Bagikan :


Definisi

Perineum adalah sekumpulan organ yang termasuk di antaranya alat kelamin, kulit di sekitarnya, anus, otot-otot penyokong, selaput vagina dan masih banyak lagi. Perineum dimiliki baik wanita, mau pun pria.

Sebagai persiapan persalinan, kulit pada vagina akan menipis. Bagian tubuh ini akan memanjang dan melebar, sehingga kepala dan badan bayi dapat melewatinya tanpa menyebabkan luka. Namun tentu saja karena ukuran kepala bayi yang jauh melebihi ukuran vagina, perineum masih dapat robek saat dilewati oleh bayi. Luka ini disebut ruptur perineum.

Berdasarkan lokasi terjadinya luka robek, ruptur perineum dapat terbagi menjadi dua, yakni ruptur perineum bagian depan dan bagian belakang. Umumnya pada persalinan, ruptur yang sering terjadi adalah ruptur perineum bagian belakang yaitu robekan pada dinding bagian belakang vagina ke arah anus. Berdasarkan tingkat keparahannya, ruptur perineum terbagi menjadi 4 tingkat.

 

Penyebab

Ruptur perineum sering terjadi pada persalinan normal. Hal ini disebabkan proses kelahiran normal tersebut meliputi banyak otot yang bekerja seperti pada vagina, bibir vagina, mulut rahim dan daerah di antara vagina dan anus. Kebanyakan luka tersebut dapat sembuh tanpa perawatan khusus, tetapi pada beberapa kasus dengan luka robek yang parah bisa menyebakan rasa sakit yang cukup lama. Beberapa penyebab dari robeknya vagina di antaranya:

  • Ukuran badan dan/atau kepala bayi yang besar
  • Waktu persalinan yang terlalu cepat sehingga kulit pada vagina belum memiliki cukup waktu untuk memanjang dan menipis
  • Penggunaan alat forceps pada saat proses melahirkan
  • Umumnya ruptur perineum terjadi pada persalinan normal pertama

 

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang Ibu untuk mengalami ruptur perineum, di antaranya:

  • Merupakan persalinan normal pertama
  • Saat persalinan memerlukan alat seperti forceps atau vakum untuk membantu proses persalinan
  • Ukuran kepala dan/atau badan bayi yang terlalu besar (berat bayi lebih dari 4 kg) dapat meningkatkan risiko dari robeknya vagina
  • Posisi bayi yang sungsang juga dapat meningkatkan risiko robeknya vagina
  • Pernah episiotomi sebelumnya. Prosedur ini memotong bagian tengah dari bukaan vagina anda hingga area anus.
  • Ras Asia memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami ruptur perineum
  • Usia. Wanita dengan usia lebih tua memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami ruptur perineum

 

Gejala

Gejala utama dari ruptur perineum berupa robekan pada vagina. Berdasarkan tingkat keparahan dari luka robek, ruptur perineum terbagi menjadi 4 tingkat :

  • Tingkat 1: luka paling ringan, meliputi luka hanya pada selaput vagina saja.
  • Tingkat 2: robekan pada tingkat ini adalah luka yang paling sering terjadi selama kelahiran. Luka pada tingkat ini sedikit lebih besar dan sedikit lebih dalam melalui selaput vagina hingga jaringan otot perineum di bawahnya. Luka robek pada tingkat 2 biasanya membutuhkan jahitan dan secara umum dapat sembuh dalam beberapa minggu pasca persalinan.
  • Tingkat 3: ruptur pada tingkat ini meluas dari vagina, otot perineum hingga ke otot sfingter anus. Otot sfingter anus adalah sekelompok otot di sekitar anus yang dapat mengendalikan pelepasan gas saat buang angin atau tinja saat buang air besar. Pada tingkat ini, Ibu mungkin akan kesulitan dalam mengendalikan buang angin, buang air besar dan buang air kecil.
  • Tingkat 4: ruptur pada tingkat ini jarang terjadi selama persalinan. Luka ini meluas dari vagina, otot perineum, otot sfingter anus hingga anus itu sendiri. Pada tingkat ini, luka yang dialami paling parah sehingga memerlukan operasi dengan bius untuk memperbaiki luka robekan tersebut dan membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan luka pada tingkat 1-3. Pada tingkat ini, sama seperti pada tingkat 3, Ibu akan kesulitan dalam mengendalikan buang angin, buang air besar dan buang air kecil.

 

Diagnosa

Ruptur perineum umumnya terjadi ketika proses persalinan normal. Dokter akan segera mengetahui adanya robekan ketika proses persalinan dan langsung memberikan jahitan bila diperlukan.

 

Tata Laksana

Kebanyakan Ibu tidak merasakan nyeri dari ruptur perineum dalam waktu 2 minggu pasca persalinan. Perawatan dari ruptur perineum bergantung dari tingkat keparahan luka. Pada luka tingkat 1, mungkin tidak diperlukan jahitan.

 

Menjahit Luka

Pada luka tingkat 2-3, jahitan akan diberikan untuk mengatasi perdarahan yang terjadi. Hasil jahitan umumnya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 6 minggu. Pada luka tingkat 4, diperlukan operasi dengan bius untuk menjahit kembali jaringan yang robek.

Pada beberapa kasus dengan luka yang parah, dokter akan menyarankan perbaikan luka hingga otot sfingter anus. Biasanya benang jahitan yang digunakan adalah yang dapat kemudian dapat diserap dengan sendiri oleh tubuh, sehingga tidak memerlukan buka jahitan saat sembuh.

Perhatikan juga beberapa tanda infeksi ketika proses penyembuhan luka, seperti:

  • ada bau tidak sedap
  • demam
  • nyeri yang tidak hilang walaupun dengan obat

 

Tips Mengatasi Rasa Tidak Nyaman dari Luka

Pada beberapa minggu setelah persalinan, mungkin akan terasa rasa tidak nyaman. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman seperti :

  • Menggunakan alat khusus (peri bottle) untuk membantu membersihkan diri setelah buang air kecil
  • Menepuk secara pelan area kelamin dengan tisu untuk mengeringkan (jangan dilap)
  • Hindari sembelit dengan minum banyak air dan menggunakan pencahar
  • Bila diperlukan, dokter akan memberikan obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa sakit. Diskusikan dengan dokter apakah obat tersebut dapat masuk melalui air susu ketika menyusui

 

Komplikasi

Beberapa kemungkinan komplikasi ruptur perineal di antaranya :

  • Perdarahan
  • Infeksi
  • Terbukanya kembali luka yang telah dijahit
  • Nyeri
  • Tidak mampu mengendalikan buang air kecil
  • Tidak mempu mengendalikan buang angin dan buang air besar
  • Rasa nyeri ketika berhubungan seksual
  • Adanya waktu jeda untuk berhubungan dengan bayi karena memerlukan waktu untuk mengobati luka robek dan nyeri

 

Pencegahan

Saat ini belum ada pencegahan terkait ruptur perineal. Prosedur episiotomi dapat membesarkan bukaan jalan lahir, tetapi hal ini tidak dapat sepenuhnya mencegah terjadinya robekan di vagina. Prosedur episiotomi sering dapat menyebabkan salah satu risiko yang akan menyebabkan luka tingkat 3-4, sehingga sebaiknya diskusikan dengan dokter terkait kelebihan dan kekurangan dari prosedur tersebut.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika Ibu mengalami luka pasca persalinan dan mengalami rasa nyeri ketika berhubungan seksual. Konsultasikan dengan dokter bila mengalami gejala seperti nyeri tersebut.

Selain itu, segera hubungi dokter bila Ibu merasa mengalami gejala infeksi dari luka robek anda. Gejala infeksi tersebut termasuk demam, bau tidak sedap dari vagina dan rasa nyeri yang tidak kunjung membaik setelah pemberian obat anti nyeri.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Kevin Luke
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 19:19

Vaginal Tears During Childbirth. (2020). Retrieved 31 October 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21212-vaginal-tears-during-childbirth 

Parineal Lacerations. (2022). Retrieved 31 October 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559068/

The Four Classifications of Perineal Lacerations. (2019). Retrieved 31 October 2022, from https://www.contemporaryobgyn.net/view/four-classifications-perineal-lacerations

What to Know About Degrees of Perineal Tears. (2021). Retrieved 31 October 2022, from https://www.webmd.com/baby/what-to-know-degrees-of-perineal-tears