Sembelit (Konstipasi)

Bagikan :


Definisi

Konstipasi atau yang sering disebut sembelit merupakan suatu kondisi dimana Anda buang air besar (BAB) kurang dari tiga kali dalam seminggu. Namun, seberapa sering seseorang BAB sangat tergantung pada individu masing-masing. Pada sebagian orang, dalam sehari dapat beberapa kali BAB, tetapi ada juga yang hanya BAB beberapa kali dalam seminggu. Jika buang air besar terjadi lebih dari 3 hari, feses dapat mengeras dan akan semakin sulit untuk dikeluarkan.   

Konstipasi dapat terjadi pada semua usia. Tingkat kejadian rata-rata pada pasien dewasa di seluruh dunia adalah 16%, sedangkan pada pasien anak 12%. Di Indonesia tingkat kejadian konstipasi masih belum jelas. Menurut penelitian yang dilakukan di Jakarta pada tahun 1998-2005, dilaporkan bahwa dari 2.937 pemeriksaan kolonoskopi, sebanyak 9% diantaranya dilakukan karena adanya keluhan konstipasi.

 

Penyebab

Tugas utama dari usus besar adalah menyerap air dari sisa makanan yang melewati sistem pencernaan. Sisa makanan ini akan membentuk feses (tinja), gerakan di dalam usus akan mendorong feses keluar melalui rektum dan anus. Jika feses tetap berada di dalam usus besar dalam waktu yang lama, feses akan mengeras dan sulit untuk dikeluarkan. 

Banyak kemungkinan penyebab terjadinya konstipasi, tetapi terkadang konstipasi dapat muncul tanpa adanya penyebab yang jelas. 

Penyebab tersering yang menyebabkan konstipasi, antara lain:

  • Kurangnya konsumsi serat, seperti buah-buahan, sayur, dan sereal
  • Tidak mencukupi kebutuhan cairan harian
  • Kurang gerak, seperti duduk atau berbaring di tempat tidur dalam jangka waktu yang lama   
  • Tidak berolahraga 
  • Sering menunda buang air besar
  • Perubahan pola diet atau rutinitas harian 
  • Efek samping dari obat-obatan 
  • Stres, kecemasan, atau depresi
  • Kehamilan 
  • Penggunaan berlebihan obat laksatif (untuk melancarkan BAB)
  • Irritable bowel syndrome 
  • Adanya kelainan pada saraf atau otot sistem pencernaan
  • Kondisi neurologis seperti penyakit Parkinson atau multiple sklerosis

 

Faktor Risiko

Konstipasi dapat terjadi pada semua usia, tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya konstipasi, yaitu:

  • Usia tua. Orang tua cenderung kurang aktif, metabolisme tubuh lebih lambat, dan kekuatan otot pada sistem pencernaan berkurang dibandingkan saat usia muda
  • Jenis kelamin wanita. Terutama saat sedang hamil atau setelah melahirkan. Perubahan hormon dapat membuat wanita lebih rentan mengalami konstipasi
  • Tidak mengonsumsi cukup serat. Kekurangan serat dapat memperlambat pergerakan makanan di usus
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu
  • Memiliki penyakit neurologis, seperti penyakit otak atau sumsum tulang belakang
  • Memiliki gangguan pencernaan

 

Gejala            

Kebiasaan buang air besar (BAB) tiap orang berbeda-beda. Pada sebagian orang dapat BAB dengan frekuensi tiga kali dalam sehari, tetapi ada juga yang BAB tiga kali dalam seminggu. 

Berikut beberapa gejala yang mungkin Anda alami akibat konstipasi:

  • BAB kurang dari tiga kali dalam seminggu 
  • Feses yang keras 
  • Mengejan saat BAB 
  • Merasa seperti adanya sumbatan pada di bagian anus atau rektum (bagian ujung usus besar) saat BAB
  • Nyeri saat BAB
  • Muncul sensasi seolah-olah tidak bisa sepenuhnya mengosongkan feses dari anus
  • Perut terasa penuh atau padat 
  • BAB berdarah atau keluar darah setelah BAB     

Konstipasi sudah dianggap kronis apabila mengalami 2 atau lebih gejala-gejala yang disebutkan diatas dalam 3 bulan terakhir.

 

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis konstipasi dokter akan melakukan wawancara mendalam (anamnesis) dan melakukan beberapa pemeriksaan, baik pemeriksaan fisik ataupun pemeriksaan penunjang. Beberapa pemeriksaan yang akan dokter lakukan untuk mendiagnosis konstipasi dan menentukan penyebabnya yaitu :

  • Tes darah. Dokter akan mencari kelainan sistemik, seperti kadar hormon tiroid yang rendah (hipotiroidisme) atau kadar kalsium yang tinggi.
  • Pemeriksaan sinar X-ray. Pemeriksaan tersebut dapat membantu dokter untuk melihat adanya sumbatan pada usus atau feses yang terjebak di dalam usus besar. 
  • Sigmoidoskopi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memasukkan tabung yang menyala ke dalam anus untuk memeriksa rektum (bagian ujung usus besar) dan usus bagian bawah.
  • Kolonoskopi. Prosedur ini untuk memeriksa seluruh bagian usus besar menggunakan tabung fleksibel yang dilengkapi kamera.
  • Manometri anorektal. Tes ini berfungsi untuk menilai kekuatan otot-otot rektum dan anus. 
  • Pemeriksaan pergerakan makanan melalui usus besar (uji transit kolon). Pada prosedur ini, pasien mengonsumsi kapsul yang mengandung zat pewarna. Perjalanan kapsul melalui saluran cerna akan direkam selama beberapa hari dan akan terlihat pada saat pemeriksaan sinar X. Dengan pemeriksaan ini dokter akan mencari tanda-tanda kelainan otot pada usus dan seberapa baik makanan bergerak melalui usus besar Anda.
  • Pemeriksaan sinar X di dalam rektum selama proses defekasi atau buang air besar (defekografi). Pada prosedur ini, dokter memasukkan zat berisi barium ke dalam rektum, yang dapat dikeluarkan melalui rektum sama seperti feses. Barium dapat tampak pada pemeriksaan sinar X, yang dapat menunjukkan adanya masalah pada fungsi atau koordinasi otot.
  • Pemeriksaan MRI untuk memvisualisasi fungsi dari otot-otot anus. Pemeriksaan ini juga dapat mendiagnosis kelainan yang dapat menyebabkan konstipasi, seperti rektokel (kelemahan dinding otot yang memisahkan rektum dan vagina) atau prolaps rektum.

 

Tata laksana

Tatalaksana konstipasi umumnya akan tergantung dari tingkat keparahan. Konstipasi harus dibedakan antara konstipasi akut dan kronis. Pengobatan juga harus dimulai sedini mungkin. Tujuan dari pengobatan konstipasi adalah untuk melancarkan proses buang air besar. Beberapa cara mengobati konstipasi (sembelit), yaitu:

Melakukan perubahan pola makan dan gaya hidup

  • Meningkatkan konsumsi serat. Dengan meningkatkan konsumsi serat dapat mempercepat perjalanan feses melalui usus. Pilih buah-buahan atau sayuran segar, atau Anda juga dapat mengonsumsi roti gandum dan sereal. 
  • Olahraga teratur. Aktivitas fisik dapat meningkatkan aktivitas otot di usus. 
  • Jangan menunda keinginan untuk buang air besar. Luangkan waktu Anda di kamar mandi, beri waktu yang cukup untuk buang air besar tanpa adanya gangguan atau merasa terburu-buru.

Laksatif

Terdapat beberapa jenis obat pencahar. Masing-masing obat memiliki cara bekerja yang berbeda dalam mengatasi konstipasi. 

  • Suplemen serat. Dengan obat ini feses akan menjadi lebih lembut. Obat yang termasuk jenis ini adalah psyllium, calcium polycarbophil, dan serat metilselulosa. 
  • Stimulant seperti bisakodil dapat menimbulkan kontraksi pada usus.
  • Osmotik. Obat pencahar osmotik membantu feses bergerak melalui usus besar dengan meningkatkan sekresi (proses pengeluaran). Contohnya termasuk oral magnesium hidroksida, magnesium sitrat, laktulosa, dan polietilen glikol.
  • Lubrikan (pelumas) dapat membantu feses keluar lebih mudah.
  • Pelunak feses bekerja dengan cara menyerap cairan dari usus halus.
  • Enema dan suppositoria (obat yang dimasukkan melalui anus) seperti sodium fosfat dapat digunakan untuk melunakkan feses dan merangsang rasa ingin buang air besar.

Jika obat yang dijual bebas untuk konstipasi tidak membantu, maka dokter akan memberikan resep obat untuk mengobati konstipasi. 

Latihan otot panggul

Terapis akan mengajarkan bagaimana cara untuk melemaskan dan mengencangkan otot-otot dasar panggul. Melemaskan otot-otot dasar panggul sewaktu defekasi (buang air besar) akan membantu mempermudah buang air besar.

Tindakan operasi

Operasi dapat menjadi pilihan jika telah mencoba pengobatan lainnya dan tidak berhasil serta adanya konstipasi kronis yang disebabkan oleh sumbatan, rektokel, fisura ani dan striktur. Pada orang yang telah mencoba pengobatan lain dan gagal serta mempunyai gerakan usus yang tidak normal dari feses melalui kolon, maka pengangkatan sebagian dari kolon mungkin diperlukan. 

 

Komplikasi

Konstipasi yang tidak mendapatkan pengobatan akan menyebabkan konstipasi yang bersifat kronis. Konstipasi kronis dapat menimbulkan beberapa komplikasi, antara lain:

  • Hemoroid (wasir). Mengejan saat BAB dapat menyebabkan pembuluh darah di anus membengkak. 
  • Fisura ani. Feses yang berukuran besar dan keras dapat menyebabkan robekan pada daerah sekitar anus. 
  • Fecal impaction. Penyumbatan usus akibat feses yang keras. 
  • Prolaps rektum. Mengejan saat BAB dapat menyebabkan bagian terbawah usus besar (rektum) keluar dari anus.  

 

Pencegahan

Terdapat beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah terjadinya konstipasi:

  • Perbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian
  • Konsumsi makanan tinggi serat
  • Sertakan buah plum atau sereal dalam menu diet Anda 
  • Perbanyak minum air 
  • Hindari alkohol dan kafein
  • Olahraga teratur 
  • Pertimbangkan untuk menambahkan probiotik ke dalam menu makanan Anda, seperti yoghurt
  • Lakukan latihan pada otot-otot panggul atau sekitar anus
  • Tidak menahan buang air besar

 

Kapan harus ke dokter?

Hubungi dokter segera jika Anda mengalami:

  • Konstipasi yang tiba-tiba disertai nyeri perut atau kram
  • Tidak dapat buang air besar atau mengeluarkan gas sama sekali
  • Konstipasi yang baru saja dirasakan dan perubahan gaya hidup tidak membantu mengatasinya
  • Terdapat darah pada feses 
  • Kehilangan berat bedan tanpa penyebab 
  • Nyeri perut hebat saat BAB
  • Konstipasi berlangsung lebih dari 2 minggu
  • Ukuran, bentuk, dan konsistensi feses berubah drastis
Writer : dr Vega Audina
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 16:57

Johns Hopkins Medicine (2021). Conditions and Diseases. Constipation. 
Cleveland Clinic (2019). Disease & Conditions. Constipation. 
Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Constipation. 
WebMD (2021). What is Constipation?