Fraktur Tibia

Fraktur Tibia
Ilustrasi fraktur tibia. Gambar via sysmedtechint.com

Bagikan :


Definisi

Fraktur tibia adalah kondisi patahnya tulang kering atau tulang panjang pada tungkai bawah. Kasus patah tulang tibia sering ditemukan, terjadi pada sekitar 4% populasi lanjut usia. Tulang tibia bersama tulang fibula (tulang betis) menjadi dua tulang yang menyusun tungkai bawah. Tulang tibia berukuran lebih besar dari tulang fibula dan berperan besar dalam menopang berat badan. Tulang ini juga memiliki peran vital dalam pergerakan lutut dan pergelangan kaki. Karena letaknya yang bersebelahan di tungkai bawah, pada banyak kasus fraktur tibia, tulang fibula juga seringkali mengalami fraktur.

Fraktur yang terjadi pada tibia sangat bervariasi, bergantung pada gaya yang menyebabkannya. Untuk itu, dokter mengklasifikasikan fraktur tibia menjadi beberapa jenis. Tipe fraktur tibia ditentukan berdasarkan:

  • Lokasi fraktur

Lokasi patah tulang pada tulang tibia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sepertiga bagian atas (proksimal) tulang, sepertiga bagian tengah dan sepertiga bagian bawah (distal).

  • Pola patahan tulang

Pola yang dibentuk patah tulang diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, seperti:

    • Oblik, garis fraktur berjalan miring.
    • Transversal, garis patahan tulang berjalan secara horizontal.
    • Spiral, garis patahan yang terjadi mengelilingi tulang dan berbentuk spiral.
    • Fraktur kominutif, yaitu tulang yang patah terpisah menjadi beberapa bagian.
  • Disertai luka terbuka atau tidak

Fraktur tergolong sebagai fraktur terbuka atau tertutup. Fraktur tertutup terjadi Jika patahan tulang tetap berada di bawah kulit dan otot. Jaringan kulit masih terlihat utuh pada fraktur tertutup. Pada fraktur terbuka, kulit terlihat robek akibat patahan tulang yang menonjol keluar. Jaringan lunak seperti otot dapat mengalami kerusakan pada fraktur terbuka dan bisa terlihat dari luar dengan mata telanjang.

 

Kami juga memiliki artikel mengenai patah tulang fibula yang bisa Anda baca di sini.

 

Penyebab

Fraktur tibia umumnya terjadi akibat adanya benturan kuat pada tungkai bawah. Akibatnya, terdapat gaya cukup besar yang tidak dapat ditahan oleh tulang pada tungkai. Beberapa penyebab tersering fraktur tibia adalah:

  • Benturan berenergi tinggi, umumnya terjadi pada kecelakaan bermotor dan dapat mengakibatkan patah tulang yang berat.
  • Jatuh, terutama dari tempat yang tinggi dan mendarat pada permukaan yang keras. Hal ini terjadi umumnya pada orang lanjut usia dan atlet.
  • Cedera yang ditimbulkan beberapa olahraga tertentu, seperti sepak bola dan olahraga dengan kontak fisik dapat menyebabkan fraktur tibia. Benturan berenergi rendah yang mengenai tungkai disertai gerakan memutar pada tungkai dapat menyebabkan fraktur.

 

Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi timbulnya patah tulang secara umum, bukan hanya fraktur tibia saja, di antaranya:

  • Jenis kelamin

Wanita lebih mungkin mengalami fraktur dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan tulang wanita berukuran lebih kecil dan kepadatan tulangnya lebih rendah dari laki-laki. Kepadatan tulang wanita akan semakin berkurang ketika memasuki usia menopause.

  • Konsumsi alkohol berlebihan

Mengonsumsi alkohol secara berlebihan di usia muda dapat meningkatkan risiko penurunan kepadatan tulang.

  • Penggunaan obat steroid

Obat-obatan yang tergolong ke dalam steroid, seperti prednisone dapat menyebabkan kerapuhan tulang jika digunakan dalam jangka waktu yang lama dengan dosis yang tinggi.

  • Kondisi medis

Beberapa penyakit, seperti peradangan sendi rheumatoid arthritis, diabetes dan pengeroposan tulang (osteoporosis) dapat mengurangi kepadatan tulang, sehingga menyebabkan tulang lebih rentan mengalami fraktur. Adanya riwayat patah tulang sebelumnya juga dapat meningkatkan risiko terjadinya patah tulang lagi di kemudian hari.

 

Gejala

Jika fraktur tibia terjadi, keluhan yang biasanya dirasakan pertama kali adalah nyeri hebat pada bagian tulang kering. Gejala lain yang dapat timbul antara lain:

  • Nyeri pada satu area tertentu pada tulang kering atau beberapa area jika terjadi fraktur multipel.
  • Pembengkakan pada tungkai bawah.
  • Kesulitan atau ketidakmampuan untuk berdiri, berjalan atau menahan berat tubuh.
  • Kelainan bentuk tungkai atau panjang tungkai yang tidak seimbang.
  • Memar di sekitar tulang kering.
  • Kelainan sensasi saraf pada kaki, seperti kesemutan atau kebas.
  • Tulang yang menonjol melewati kulit pada patah tulang terbuka.

 

Diagnosis

Untuk mendiagnosis fraktur tibia, dokter akan menanyakan riwayat medis yang Anda miliki, bagaimana mekanisme terjadinya cedera serta riwayat penyakit yang Anda punya. Riwayat pengobatan dan alergi juga bisa ditanyakan.

Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan serangkaian pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi fraktur dan menentukan derajat keparahan serta tipe fraktur yang terjadi. Hal ini dilakukan untuk menentukan jenis tata laksana yang akan dilakukan.

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan oleh dokter di antaranya adalah:

  • Rontgen tulang (sinar-X)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat keutuhan/kontinuitas struktur tulang tibia, sehingga tulang yang patah atau retak dapat diidentifikasi. 

  • Computed tomography scan (CT scan)

Pada beberapa kasus, dokter mungkin akan meminta pemeriksaan ini dilakukan, terutama untuk mendeteksi fraktur yang berada di area persendian. Pemeriksaan CT scan memberikan gambaran tiga dimensi dari tulang dan detail gambar yang lebih baik dibandingkan pemeriksaan sinar-X.

  • Magnetic resonance imaging (MRI)

Pemeriksaan MRI dapat memberikan gambaran mendetail dari otot dan ligamen yang berada di sekitar tulang yang patah, sehingga kerusakan yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar patahan tulang dapat diidentifikasi.

 

Tata Laksana

Penanganan fraktur tibia bergantung pada beberapa faktor, seperti kondisi kesehatan umum pasien saat cedera, penyebab dan derajat keparahan fraktur, serta ada atau tidaknya cedera jaringan lunak di sekitar tibia.

 

Prosedur Operasi

Pada kasus yang berat, operasi mungkin dibutuhkan agar tulang dapat sembuh dengan baik. Tindakan ini pada dasarnya dilakukan untuk menjaga agar posisi tulang yang patah tetap berada pada tempatnya, sehingga tulang-tulang yang patah dapat sembuh dan menyatu kembali secara optimal.

Prosedur pembedahan yang dapat dilakukan dapat berupa:

  • Fiksasi internal

Dalam prosedur ini, sekrup, plat atau batang berbahan dasar logam dipasang dan ditanam pada tulang. Prosedur ini dikenal secara awam sebagai pemasangan pen, bertujuan untuk mereposisi tulang yang patah dan menstabilkannya, agar tulang sembuh dengan baik.

  • Fiksasi eksternal

Berbeda dari fiksasi internal, pin berbahan dasar metal akan dipasang di dalam tulang yang mengalami fraktur dan disambungkan ke bagian luar tubuh dengan alat khusus berbentuk melingkar atau batang yang terbuat dari logam.

 

Tata Laksana Non-Operatif

Jika operasi tidak dibutuhkan atau tidak dapat dilakukan, beberapa pilihan pengobatan non-operatif yang dapat diberikan adalah:

  • Gips atau splint

Hal ini dilakukan untuk mencegah pergerakan di sekitar tulang yang patah, sehingga penyembuhan dapat terjadi lebih optimal.

  • Brace

Dengan menggunakan brace fungsional, posisi tulang yang patah dapat dijaga dan pasien tetap dapat menggerakkan kakinya.

Derajat keparahan patah tulang beserta jenis fraktur tibia juga memengaruhi waktu penyembuhannya, dengan rentang waktu penyembuhan berkisar sekitar 4 hingga 6 bulan. Umumnya pasien dengan fraktur tibia harus mengikuti terapi fisik/rehabilitasi dan menggunakan alat bantu jalan seperti kruk/crutches dan walker agar dapat kembali beraktivitas secara normal.

 

Komplikasi

Pada banyak kasus, fraktur tibia dapat sembuh tanpa timbulnya komplikasi. Meskipun begitu, terdapat komplikasi yang dapat terjadi, di antaranya:

  • Komplikasi dari prosedur pembedahan, seperti perdarahan dan infeksi.
  • Kerusakan pada saraf, otot atau pembuluh darah.
  • Sindrom kompartemen, yaitu kondisi serius di mana terjadi peningkatan tekanan pada kompartemen yang berisi otot, pembuluh darah dan saraf, yang bisa berakibat fatal.
  • Infeksi pada tulang.
  • Kondisi tulang yang tidak menyatu (non-union).

 

Bila Anda tertarik untuk membaca mengenai sindrom kompartemen, Anda bisa baca di sini.

 

Pencegahan

Fraktur tibia terjadi akibat adanya benturan yang mengenai daerah tungkai bawah. Hal ini sering terjadi pada kecelakaan kendaraan bermotor dan olahraga. Untuk menghindarinya, Anda perlu berhati-hati saat berkendara dan menggunakan perlengkapan yang sesuai saat berolahraga.

Fraktur juga dapat terjadi akibat jatuh, sehingga untuk mencegahnya, bersihkan rumah anda dan singkirkan benda-benda yang berserakan di lantai. Untuk mencegah jatuh pada orang lanjut usia, dapat dilakukan pemasangan handrail di dinding kamar mandi dan kamar tidur serta menggunakan alas kaki antiselip.

Untuk menjaga kekuatan tulang, Anda dapat melakukan latihan fisik seperti jogging dan latihan angkat beban. Anda juga dapat mengonsumsi makanan yang tinggi kalsium seperti susu dan sayuran hijau untuk menurunkan kemungkinan terkena osteoporosis. Selain itu, Anda juga juga harus berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol untuk menjaga kepadatan tulang.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Fraktur tibia perlu ditangani dengan cepat dan tepat agar tulang sembuh dengan baik. Segera pergi ke dokter jika Anda mengalami cedera dan merasakan gejala-gejala fraktur tibia pada tungkai bawah Anda, seperti:

  • Nyeri hebat
  • Memar
  • Pembengkakan
  • Perubahan bentuk tungkai kaki yang tidak sama panjang

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Arifin Muhammad Siregar
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 18:49