Definisi
Spondilitis ankilosa adalah adanya peradangan kronis pada area tulang belakang. Tidak hanya tulang belakang, peradangan dalam waktu lama juga dapat menyebabkan kerusakan pada sendi dan jaringan penunjang tulang belakang. Kerusakan ini membuat tulang belakang menjadi menyatu antara satu dengan lainnya. Penyatuan tulang akan membuat tulang sulit digerakkan. Hal ini dapat membuat penderitanya mengalami nyeri punggung dalam waktu lama, kaku punggung yang semakin berat, kesulitan bergerak, hingga perubahan postur tubuh.
Keluhan biasanya dirasakan pertama kali dari tulang punggung bagian bawah. Spondilitis ankilosa dapat terjadi pada siapapun, namun laki-laki lebih sering mengalami penyakit ini dibandingkan dengan perempuan. Selain itu, keluhan spondilitis ankilosa biasanya muncul pada orang-orang di kelompok usia 17-45 tahun.
Rata-rata pasien yang mengalami spondilitis ankilosa, dapat diketahui atau didiagnosis saat memasuki usia 40 tahun. Sekitar 80% dari pasien spondilitis ankilosa biasanya mulai muncul gejala pertama kali saat berusia 30 tahun atau lebih muda. Hanya sedikit pasien dewasa yang berusia di atas 45 tahun (di bawah 5%) yang baru merasakan gejala spondilitis ankilosa.
Penyebab
Penyebab dari spondilitis ankilosa masih belum diketahui secara pasti. Ada beberapa gen yang diduga berpengaruh terhadap kemunculan penyakit ini. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan gen HLA-B dengan kasus spondilitis ankilosa.
Gen HLA-B (Human Leukocyte Antigen-B) bisa berubah atau bermutasi dan menghasilkan protein HLB-B27, yang meningkatkan risiko terjadinya spondilitis ankilosa pada seseorang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sekitar 95% dari penderita spondilitis ankilosa memiliki mutasi gen HLA-B.
Namun, tidak semua orang dengan mutasi gen HLA-B akan mengalami spondilitis ankilosa. Sekitar 8 dari 100 populasi memiliki gen HLA-B27 namun sebagian besar tidak menderita spondilitis ankilosa. Keberadaan gen ini bervariasi pada berbagai kelompok ras.
Adanya faktor lain seperti gen-gen lain atau faktor lingkungan, diduga turut berperan dalam kemunculan spondilitis ankilosa. Telah teridentifikasi lebih dari 60 gen yang dikaitkan dengan spondilitis ankilosa, seperti ERAP 1, IL-12, IL-17 dan IL-23.
Faktor Risiko
Terdapat beberapa kelompok orang yang lebih rentan dan berisiko mengalami spondilitis ankilosa apabila memiliki kondisi seperti di bawah ini:
- Adanya riwayat anggota keluarga yang juga mengalami spondilitis ankilosa.
- Sering mengalami infeksi pada saluran pencernaan.
- Memiliki mutasi gen HLA-B dan protein HLA-B27.
- Menderita penyakit peradangan lain seperti peradangan usus (penyakit crohn, kolitis ulseratif) atau peradangan kulit (psoriasis).
- Jenis kelamin laki-laki dua kali lebih rentan mengalami spondilitis ankilosa.
- Dewasa muda, memiliki usia 17-45 tahun.
Gejala
Perjalanan penyakit ini bervariasi pada setiap individu. Umumnya, gejala dan tanda awal dari spondilitis ankilosa adalah nyeri dan kaku pada punggung bawah dan pinggul. Keluhan terutama dirasakan saat bangun tidur pada pagi hari. Gejala nyeri biasanya memburuk ketika sedang beristirahat, bahkan dapat menyebabkan penderitanya terbangun pada malam hari. Nyeri dapat membaik dengan melakukan aktivitas ringan atau mandi air hangat.
Seiring berjalannya waktu, spondilitis ankilosa dapat berkembang dan memengaruhi bagian tubuh lainnya seperti tulang dada atau leher. Sehingga gejala yang ditimbulkan dapat beragam sesuai dengan lokasi yang terkena. Dalam perjalanan penyakit spondilitis ankilosa terdapat periode gejala memberat dan gejala juga dapat menghilang atau membaik. Berikut ini adalah keluhan lain yang dapat muncul dari spondilitis ankilosa:
- Nyeri dan kaku.
- Apabila sendi tulang dada juga terkena maka dapat menimbulkan gejala kesulitan saat bernapas.
- Adanya gangguan penglihatan karena terjadi peradangan pada mata.
- Merasakan kelelahan.
- Nafsu makan menurun.
- Penurunan berat badan.
- Timbulnya ruam pada kulit.
- Nyeri perut.
Diagnosis
Tidak terdapat pemeriksaan khusus yang dapat mendiagnosis secara pasti penyakit spondilitis ankilosa. Dalam menegakkan diagnosis spondilitis ankilosa dokter biasanya akan bertanya mengenai riwayat pertama kali gejala muncul, lama waktu keluhan berlangsung dan kondisi yang dapat memperberat atau meringankan gejala.
Pemeriksaan laboratorium seperti laju endap darah (LED) dan CRP (C-reactive protein) juga diperlukan untuk melihat adanya kondisi peradangan. Apabila terdapat peradangan pada tubuh maka hasil pemeriksaan LED dan CRP akan mengalami peningkatan. Selain itu, ada juga tes untuk mengetahui adanya gen HLA-B27, namun pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan.
Selain itu, pemeriksaan radiologi seperti rontgen x-ray dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) juga bisa dilakukan untuk membantu dokter menegakkan diagnosis spondilitis ankilosa. Pemeriksan radiologi yang rutin dilakukan adalah rontgen x-ray. Melalui pencitraan dapat diketahui adanya perubahan pada tulang belakang berupa penyatuan antar tulang belakang. Sementara itu, pemeriksaan MRI dapat melihat dengan jelas jaringan yang mengalami kerusakan karena peradangan. Pemeriksaan ini dapat lebih dini mengetahui adanya permasalahan pada tulang belakang dibandingkan menggunakan rontgen x-ray.
Anda bisa membaca artikel mengenai LED di sini: Laju Endap Darah - Definisi, Indikasi dan Kontraindikasi.
Tata Laksana
Spondilitis ankilosa adalah suatu penyakit yang akan berkembang seumur hidup. Tidak ada pengobatan khusus yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Terapi bertujuan untuk mengurangi perkembangan penyakit agar tidak semakin memburuk, mencegah terjadinya komplikasi jangka panjang dan mengurangi terjadinya kerusakan pada sendi.
Beberapa bentuk tata laksana spondilitis ankilosa meliputi:
- Olahraga
Aktivitas fisik yang teratur dan aman dapat memperlambat perkembangan dari penyakit ini. Kebanyakan pasien spondilitis ankilosa justru merasakan nyeri saat beristirahat. Program olahraga dapat membantu pasien menjaga postur dan kelenturan tubuh, serta membantu meredakan nyeri. Olahraga harus dilakukan setiap hari untuk merasakan manfaatnya.
- Pengobatan
Ada berbagai jenis dan kelas obat yang digunakan dalam pengobatan spondilitis ankilosa dan keluhan terkait lainnya. Setiap pasien akan memberi respon yang berbeda terhadap terapi, sehingga mungkin akan perlu waktu bagi dokter dan pasien untuk menemukan terapi yang paling efektif.
OAINS (Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid) seperti ibuprofen dapat membantu mengurangi nyeri dan kaku sendi yang dirasakan oleh pasien. Obat kortikosteroid untuk mengurangi peradangan dapat disuntikkan langsung ke lokasi sendi yang mengalami nyeri dan bengkak.
Lalu, ada golongan obat DMARD (Disease Modifying Antirheumatic Drugs) yang memiliki kemampuan memodifikasi penyakit melalui sistem kekebalan tubuh. DMARD diketahui dapat memperbaiki kerusakan jaringan akibat peradangan. Selain itu, obat ini juga membantu mengatasi nyeri dan bengkak.
- Pembedahan
Tindakan pembedahan juga dapat dilakukan pada sebagian kecil pasien spondilitis ankilosa dengan kondisi penyakit yang berat. Contoh operasi yang bisa dilakukan adalah penggantian sendi, sesuai dengan sendi yang terkena.
Selain itu, terdapat beberapa langkah yang dapat Anda lakukan sendiri untuk mengurangi peradangan dan keluhan nyeri seperti di bawah ini:
- Konsumsi makanan bergizi yang mengandung vitamin seperti buah dan sayur. Hindari makanan tinggi lemak dan gula karena dapat memicu terjadinya peradangan.
- Mempertahankan berat badan tetap ideal. Kelebihan berat badan dapat menekan sendi dan tulang belakang.
- Hindari konsumsi alkohol, karena dapat mengurangi kepadatan tulang dan meningkatkan terjadinya osteporosis.
- Tidak merokok atau berhenti merokok. Kandungan tembakau dalam rokok dapat mempercepat terjadinya kerusakan pada tulang belakang dan keluhan nyeri dapat meningkat.
Komplikasi
Peradangan yang terjadi pada spondilitis ankilosa dapat meluas ke persendian lainnya seperti pada sendi tulang dada, panggul, bahu, dan lutut, serta organ lain seperti mata. Komplikasi dari spondilitis ankilosa dapat terjadi pada tulang belakang, tulang dan organ yang lain yang terdampak dari perkembangan penyakit ini. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
- Patah tulang belakang.
- Tulang belakang menyatu dan kelengkungan tulang berubah.
- Pengeroposan tulang (osteoporosis).
- Peradangan mata.
- Penyakit jantung seperti peradangan pada pembuluh darah jantung (aortitis), gangguan irama jantung (aritmia) dan kerusakan jaringan otot jantung (kardiomiopati).
- Nyeri dada dan kesulitan bernapas.
- Adanya peradangan pada rahang.
Pencegahan
Tidak terdapat langkah pencegahan spesifik yang dapat Anda lakukan untuk mencegah terjadinya spondilitis ankilosa. Hal ini dikarenakan penyebab pasti dari penyakit ini belum diketahui. Namun, Anda bisa mencari tahu riwayat penyakit yang dialami anggota keluarga untuk mengetahui bila Anda memiliki risiko mengalami penyakit serupa di kemudian hari. Anda JUGA dapat menerapkan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-sehari.
Kapan Harus Ke Dokter?
Apabila Anda mengalami nyeri dan kaku terutama saat istirahat dan perbaikan dengan melakukan akktivitas. Maka kondisi ini menandakan adanya gejala awal dari spondilitis ankilosa. Segera konsultasikan ke dokter ortopedi terdekat untuk mencegah perkembangan penyakit.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma