Definisi
Pelvis adalah tulang pada panggul yang menyangga struktur tulang belakang dan organ-organ di perut. Trauma tumpul pelvis mengacu pada cedera pada panggul yang disebabkan oleh energi tinggi yang tidak mempenetrasi masuk ke dalam panggul. Jadi cedera yang timbul tidak menimbulkan luka terbuka karena kulit tidak tertusuk, namun bisa menyebabkan kerusakan pada tulang panggul dan organ di sekitarnya.
Trauma atau cedera bisa berada dalam rentang ringan hingga berat, di mana trauma yang kompleks dapat menyebabkan syok hingga gangguan banyak organ. Trauma pelvis sering dikaitkan dengan cedera-cedera tambahan, serta dapat memerlukan transfusi darah dan rehabilitasi yang cukup lama.
Pelvis adalah struktur tulang yang berbentuk seperti cincin dan berada di bawah perut. Tulang-tulang yang menyusun area pelvis adalah:
- Tulang sakrum yang berbentuk segitiga besar di dasar tulang belakang
- Tulang panggul yang terdiri dari tulang pubis, tulang ilium dan tulang ischium
- Tulang ekor
Pelvis melindungi organ saluran cerna, kandung kemih, organ reproduksi, dan terdapat pembuluh darah serta saraf yang melewatinya. Ketika Anda duduk dan berjalan, berat tubuh Anda disalurkan melalui pelvis dan menjadi “jangkar” terhadap otot-otot tungkai Anda.
Penyebab
Karena tulang yang menyusun pelvis adalah struktur yang sangat kuat, perlu suatu tekanan atau gaya yang besar untuk merusak struktur ini. Oleh karena itu, kasus patah tulang pada pelvis umumnya jarang ditemukan. Dari seluruh kasus patah tulang, hanya sekitar 3% patah tulang pada orang dewasa yang terjadi pada panggul.
Kerusakan struktur pelvis tergantung dengan seberapa besar energi yang diterima pelvis dari trauma tumpul yang terjadi serta arah patahnya. Sebagian besar kasus trauma tumpul pada pelvis terjadi akibat:
- Kecelakaan lalu lintas.
- Jatuh dari tempat yang tinggi.
- Tertimpa benda berat seperti pohon atau mesin.
- Tabrakan kendaraan bermotor dengan pejalan kaki atau orang yang bersepeda.
Faktor Risiko
Semua orang dapat mengalami trauma tumpul pelvis pada usia berapapun. Namun, orang lanjut usia lebih rentan untuk mengalami kondisi ini karena seiring peningkatan usia, kepadatan dan kekuatan tulang juga akan berkurang. Banyak lansia yang memiliki kondisi osteoporosis (pengeroposan tulang), dan hal ini dapat meningkatkan risiko mereka mengalami trauma tumpul pelvis.
Gejala
Gejala dari trauma tumpul pelvis bervariasi tergantung derajat cedera, apakah ringan atau berat, serta bila organ-organ lain di sekitarnya juga turut cedera. Gejala-gejala yang bisa timbul antara lain:
- Nyeri pada area panggul, perut, punggung bawah dan/atau area sela paha.
- Terdapat jejas atau memar pada panggul.
- Sensasi baal atau kesemutan pada tungkai atau sela paha.
- Sulit untuk berdiri atau berjalan.
- Gangguan buang air kecil seperti terdapat darah pada urine atau tidak bisa BAK.
- Perdarahan.
Diagnosis
Wawancara Medis
Untuk mendiagnosis dan menangani trauma tumpul pelvis, dokter akan memastikan dulu apakah pasien sudah stabil atau belum. Umumnya dokter akan menanyakan secara detail pada pasien atau orang-orang yang mengantar pasien mengenai:
- Mekanisme cedera.
- Apakah pasien dapat bergerak.
- Adanya keluhan buang air kecil atau buang air besar.
- Adanya baal atau kelemahan pada kedua tungkai.
- Riwayat penyakit pasien.
Pemeriksaan Fisik
Dokter akan melakukan penilaian kestabilan pasien dan memeriksa tanda-tanda vitalnya. Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan lengkap dari kepala sampai kaki. Dokter dapat melakukan pemeriksaan pada dubur dengan memasukan jari ke dalam lubang anus untuk mencari bila terdapat perdarahan, yang menandakan adanya cedera pada saluran cerna. Selain itu pada pria, pemeriksaan ini juga dapat memberi tanda adanya cedera pada kelenjar prostat. Dokter juga akan memeriksa area panggul dan lubang kencing Anda untuk mencari adanya tanda cedera pada saluran kemih.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium bermanfaat pada kondisi-kondisi cedera. Terdapat pemeriksaan untuk mengidentifikasi perdarahan dan memeriksa pembekuan darah.
Pemeriksaan radiologi juga berguna untuk mengevaluasi bila terdapat patah tulang atau kerusakan organ karena trauma tumpul pelvis. USG dapat dilakukan di IGD untuk mengidentifikasi adanya perdarahan dalam. X-ray panggul bisa digunakan untuk mengevaluasi struktur pelvis dan membantu mengidentifikasi penyebab cedera yang berpotensi mengancam nyawa.
CT scan juga dapat memberikan gambaran rekonstruksi tulang tiga dimensi dan bisa dimanfaatkan dokter untuk perencanaan operasi. Selain itu, CT scan ditambah dengan zat kontras juga dapat meningkatkan kemampuan mencari cedera seperti perdarahan dari pembuluh darah, cedera struktur saluran kemih dan rektum. Pemeriksaan uretrogram dapat membantu mendiagnosa cedera saluran kemih.
Tata Laksana
Trauma tumpul pelvis, tidak memandang derajatnya, memiliki potensi untuk menjadi mengancam nyawa. Tata laksana bertujuan untuk menangani kondisi pasien yang bisa mengancam nyawanya terlebih dahulu dan menstabilkan kondisinya, meliputi pemberian cairan yang agresif ataupun transfusi darah pada penderita yang mengalami penurunan tekanan darah dan perdarahan.
Alat bidai panggul dapat dipasang ketika terdapat tanda adanya gangguan struktur pelvis. Bidai ini dapat mengurangi perdarahan dan dipasang sementara sampai dilakukan operasi perbaikan.
Setelah mengatasi masalah yang berpotensi mengancam nyawa, dokter akan melakukan perbaikan pada cedera lainnya seperti patah tulang yang tidak stabil. Biasanya akan dilakukan operasi fiksasi. Operasi ini bertujuan untuk meredakan nyeri, mengembalikan segmen tulang, mengontrol perdarahan dari tulang yang patah, serta memungkinkan penderita untuk bergerak dengan lebih cepat.
Komplikasi
Trauma tumpul pada pevis dikaitkan dengan kondisi seperti patah tulang pelvis, cedera pada organ-organ di dekat panggul atau pembuluh darah dan saraf di sekitarnya. Trauma tumpul pelvis termasuk kondisi yang relatif jarang terjadi. Oleh karena cedera biasanya dihasilkan oleh energi tinggi, maka trauma tumpul pelvis ini termasuk kondisi yang relatif jarang terjadi. Angka kejadian patah tulang pada pelvis terjadi sekitar 10% dari seluruh kasus patah tulang karena trauma tumpul.
Selain itu, sekitar 16% pasien dengan patah tulang pada pelvis juga memiliki minimal satu cedera lain, paling sering pada organ seperti kandung kemih, saluran ureter, limpa, hati atau ginjal. Sekitar 1-2 persen dari kasus cedera rektum terjadi karena trauma pelvis. Cedera vagina juga dilaporkan terjadi pada 2-4 persen dari kasus trauma pelvis.
Di dalam pelvis terdapat pembuluh nadi besar dan penting, yang letaknya juga berdekatan dengan pembuluh vena sehingga sering terjadi cedera pada kedua pembuluh darah. Selain itu, adanya patah tulang juga dapat menyebabkan perdarahan. Oleh karena itu, cedera pada pelvis dapat menyebabkan perdarahan hebat yang dapat menyebabkan syok. Perdarahan dari trauma pelvis merupakan penyebab utama dari peningkatan angka kesakitan dan kematian. Cedera saraf lebih jarang terjadi dibandingkan cedera pembuluh darah pada trauma pelvis, namun adanya kompresi dari perdarahan rongga panggul bisa menekan saraf dan mencederainya.
Pencegahan
Bergantung pada usia dan gaya hidup Anda, terdapat beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencoba mencegah trauma tumpul pelvis, meliputi:
- Alat bantu jalan
Menggunakan alat bantu jalan jika Anda berisiko tinggi untuk jatuh. Alat bantu seperti tongkat atau walker dapat membantu mencegah jatuh, yang dapat mencegah Anda mengalami trauma tumpul pelvis.
- Mengemudi dengan berhati-hati
Kecelakaan kendaraan bermotor energi tinggi adalah penyebab trauma tumpul pelvis yang sering. Selalu mengemudi dalam batas kecepatan yang aman, ikuti aturan lalu lintas dan jangan lupa untuk memakai helm atau sabuk pengaman.
- Ikuti instruksi keamanan tangga
Ketika Anda menggunakan tangga, pastikan Anda melakukan aktivitas dengan benar dan aman. Selalu pastikan tangga Anda berada dalam posisi yang aman sebelum menggunakannya.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda mengalami gejala trauma tumpul pelvis seperti nyeri pada area panggul dan kesulitan berjalan atau berdiri, pastikan Anda segera berkonsultasike dokter atau pergi ke rumah sakit terdekat.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma