Brand/Nama Lain
Merek dagang dari obat ini yaitu Catapres dan Clonidin HCL.
Cara Kerja
Clonidine adalah obat anti hipertensi atau obat untuk mengatasi tekanan darah tinggi. Obat ini bekerja dengan menurunkan detak jantung dan merelaksasi pembuluh darah agar darah bisa lebih mudah mengalir di dalam tubuh. Bila tegangan pada otot pembuluh darah menurun, tekanan darah juga bisa menurun.
Clonidine juga bisa digunakan sebagai salah satu pengobatan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (ADHD). Obat berbentuk tablet lepas lambat (extended release), bekerja pada bagian otak yang mengendalikan perhatian dan respon inhibisi.
Indikasi
Clonidine bisa diberikan oleh dokter sebagai salah satu terapi kondisi medis berikut:
- Anti hipertensi untuk mengontrol tekanan darah.
- Terapi anti nyeri tambahan pada pasien kanker dengan nyeri kronis.
- Penyakit ADHD pada anak.
- Gejala menopouse.
- Pencegahan sakit kepala sebelah (migrain) karena kelainan pembuluh darah kepala atau leher.
Kontraindikasi
Terdapat beberapa kondisi medis yang membuat obat ini tidak boleh diberikan pada seseorang, yaitu:
- Mengalami bradikardia (denyut jantung lambat <60x/menit) pada gangguan irama jantung yang tidak teratur (AV block).
- Sick sinus syndrome, sejenis gangguan irama jantung dimana pemacu denyut pada organ jantung tidak berfungsi dengan normal.
Efek Samping
Efek samping yang umum timbul setelah menggunakan obat ini adalah:
- Sakit kepala
- Diare
- Mual
- Sembelit
- Nyeri perut
- Emosi yang tidak stabil
- Tekanan darah rendah (hipotensi)
- Pusing
- Lelah
Walaupun jarang terjadi, bisa muncul efek samping serius yang perlu penanganan dokter, seperti:
- Depresi
- Bengkak pada wajah, bibir, mulut dan tenggorokan
- Bradikardia
- Pingsan
- Tekanan darah sangat rendah
- Reaksi alergi berat
Sediaan
Obat ini tersedia dalam bentuk:
- Tablet (75 mcg dan 150 mcg).
- Obat suntik dalam bentuk ampul (150 mcg/ml).
Dosis
Dosis bervariasi sesuai dengan tujuan pengobatan dan cara pemberian obat, apakah diberikan dalam bentuk obat minum atau disuntik ke dalam pembuluh darah.
Hipertensi (tekanan darah tinggi)
- Dosis tablet obat minum 50-150 mcg tiga kali sehari.
- Dosis dinaikkan secara bertahap dari hari kedua dan ketiga hingga total dosis mencapai 300-1.200 mcg per hari.
- Dosis maksimal 2.400 mcg per hari dalam dosis terbagi.
Krisis hipertensi (tekanan darah tinggi yang ditandai dengan gejala kerusakan organ)
- Diberikan obat suntik dengan dosis 150-300 mcg yang disuntikkan secara perlahan setiap 10-15 menit.
- Dosis dapat diulang dengan maksimal dosis per harinya 750 mcg.
Pengobatan gejala menopouse dan pencegahan migrain akibat kelainan pembuluh darah
- Obat tablet diminum dengan dosis 50 mcg dua kali sehari.
- Jika tidak ada perbaikan gejala selama 2 minggu, dosis dinaikkan menjadi 75 mcg dua kali sehari.
Nyeri kronik karena kanker
- Obat diberikan dengan infus berkelanjutan dengan dosis awal 30 mcg per jam.
- Dosis disesuaikan dengan respon pasien terhadap obat.
Keamanan
Obat ini masuk kategori C dalam kehamilan. Obat ini menunjukkan efek buruk pada janin hewan uji coba. Penelitian obat ini pada manusia belum pernah dilakukan. Pada ibu menyusui, clonidine dapat terkandung dalam ASI. Sehingga penggunaan obat ini pada ibu menyusui perlu dihindari. Namun, obat ini bisa digunakan pada ibu hamil bila manfaatnya lebih tinggi dari risiko pemberian obat.
Interaksi Obat
- Efektivitas clonidine sebagai obat penurun tekanan darah bisa menurun bila digunakan bersama dengan obat anti depresan golongan trisiklik seperti amitriptilin.
- Risiko terjadinya gangguan irama jantung meningkat jika digunakan bersama obat antipsikotik (obat untuk menangani gejala seperti halusinasi atau delusi) seperti haloperidol.
- Efek samping bradikardia meningkat jika clonidine diberikan dengan obat jantung glikosida (digoksin).
Mau tahu informasi seputar obat-obatan lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma