Flu Burung

Flu Burung

Bagikan :


Definisi

Flu burung merupakan penyakit yang umumnya menyebar pada burung, namun dapat menyebar pada manusia. Infeksi pada manusia biasanya didapatkan dari kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi atau lingkungan yang terpapar. Virus flu burung pertama kali ditemukan pada tahun 1997 di Hong Kong dan telah menyerang manusia dari waktu ke waktu, namun yang paling sering ditemukan pada manusia adalah tipe H5N1 dan H7N9.

Penyebab

Penyebab flu burung adalah virus influenza A yang berasal dari kelompok Orthomyxoviridae. Virus influenza sendiri memiliki empat tipe: A, B, C, D. Namun, virus influenza yang dapat menyerang burung hanya virus influenza A. Virus ini terutama ditemukan pada bebek, itik, angsa, dan camar. Virus yang menyebabkan penyakit pada burung ini dapat menginfeksi manusia apabila materi genetik virus beradaptasi dengan tubuh manusia. Banyak jenis virus flu burung yang pernah menyerang manusia dan menyebabkan masalah lokal maupun global, namun yang paling sering ditemukan adalah tipe H5N1 dan H7N9. Penamaan ini berdasarkan protein yang berada pada permukaan virus influenza A, yaitu hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Terdapat 18 subtipe HA dan 11 subtipe NA yang telah diketahui, dan semuanya dapat membentuk kombinasi yang berbeda. Misalnya, H5N1 merupakan virus flu burung dengan HA subtipe 5 dan NA subtipe 1. Hampir seluruh virus influenza A dapat menginfeksi burung, kecuali H17N10 dan H18N11 yang ditemukan pada kelelawar.

Virus ini dapat ditemukan pada air liur, lendir, dan kotoran burung. Virus ini kemudian menempel pada sel-sel di mata, mulut, dan saluran pernapasan, terutama saluran napas bagian bawah. Setelah itu, virus ini dapat memperbanyak diri dalam jangka waktu tertentu, namun setiap jenis virus memiliki jangka waktu yang berbeda dalam memperbanyak diri. Kekebalan tubuh manusia dapat mempengaruhi keparahan penyakit. Misalnya, pneumonia (radang paru) akibat flu burung dapat menyebabkan kerusakan dan perdarahan pada alveolus (kantong-kantong udara di dalam paru).

Faktor Risiko

Faktor risiko utama flu burung adalah paparan terhadap unggas atau burung, serta lingkungan yang tercemar oleh kotoran burung. Penelitian menunjukkan bahwa H7N9 lebih sering menyerang orang dengan usia tua, sementara H5N1 pada orang dengan usia lebih muda. Namun, keduanya sama-sama lebih sering menyerang laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Gejala

Gejala flu burung dapat bermacam-macam tergantung jenis virus yang menyerangnya. Tipe-tipe tertentu menyebabkan gejala ringan saja, namun terdapat tipe-tipe yang menyebabkan gejala berat. Gejala tersebut dapat berupa mata merah, gejala mirip flu, dan kadang disertai dengan mual, nyeri perut, diare, muntah, masalah pernapasan, saraf, dan keterlibatan organ lainnya. Gejala mirip flu dapat berupa demam, batuk, nyeri tenggorokan, dan nyeri otot. Sementara itu, masalah pernapasan yang dapat disebabkan oleh flu burung adalah sesak napas, pneumonia, serta gagal napas. Masalah pada saraf dapat berupa penurunan kesadaran dan kejang. H7N9 dan H5N1 paling sering menyebabkan flu burung, termasuk kasus-kasus terparah dan memiliki angka kematian tinggi.

Diagnosis

Tanda dan gejala flu burung tidak khas, sehingga diagnosis perlu ditegakkan dengan pemeriksaan lanjutan. Biasanya, dokter akan mencurigai adanya flu burung apabila ada riwayat kontak dengan unggas atau burung lainnya. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah usap hidung dan tenggorok yang memiliki hasil terbaik pada hari-hari pertama. Hasil usap hidung dan tenggorok ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan deteksi materi genetik dengan polymerase chain reaction (PCR) atau kultur (membiakkan virus). Namun, pembiakan virus hanya dapat dilakukan pada laboratorium dengan tingkat keamanan yang tinggi.

Diagnosis infeksi virus flu burung dapat ditemukan pada pasien-pasien yang sakit kritis. Pada pasien-pasien yang sudah tidak terlalu bergejala, penemuan virus ini akan semakin sulit. Diagnosis flu burung masih dapat ditegakkan dengan melihat adanya kekebalan tubuh terhadap virus flu burung. Sayangnya, hal ini memerlukan waktu yang lama, karena kekebalan baru akan muncul pada minggu ke-3 atau ke-4.

Tata Laksana

Tata laksana flu burung pada umumnya melibatkan terapi suportif dan pemberian obat antivirus. Terapi suportif bertujuan untuk mendukung pasien dalam kesembuhan serta menangani gejala atau komplikasi yang muncul akibat infeksi. Misalnya, pasien dengan masalah kehilangan cairan dan gangguan elektrolit (ion-ion bermuatan listrik yang membantu menjaga keseimbangan cairan) memerlukan cairan infus dan beberapa obat-obatan lainnya untuk memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien lainnya dengan demam yang menetap akan memerlukan terapi antidemam. Jika pasien mengalami gangguan pernapasan hingga merasa sesak napas, pasien akan mendapatkan oksigen tambahan dan perlu dipantau secara ketat karena rentan jatuh ke dalam gagal napas.

Pasien yang gagal napas membutuhkan bantuan selang napas dan bantuan napas dengan alat. Flu burung dapat menjadi penyebab kegagalan organ-organ tubuh, sehingga pasien memerlukan pemantauan secara ketat untuk mencegah perburukan. Terapi yang dilakukan pun akan lebih agresif agar keadaan pasien tetap stabil.

Komplikasi

Komplikasi flu burung dapat berupa kerusakan atau gagal organ, cedera saat terapi dilakukan, atau koinfeksi (infeksi bersama dengan virus atau bakteri lainnya). Penurunan fungsi pernapasan sangat umum terjadi pada pasien yang membutuhkan bantuan napas. Selain itu, gagal ginjal kronik dapat berkelanjutan, diawali dengan gagal ginjal akut akibat penyakit flu burung yang cukup parah. Selain itu, infeksi flu burung ini dapat terjadi bersamaan dengan virus atau bakteri lainnya, sehingga memperparah gejala yang dialami pasien.

Pencegahan

Pencegahan flu burung yang terbaik adalah dengan menghindari sumber infeksi jika memungkinkan. Jika seseorang bekerja dengan unggas, orang tersebut sebaiknya memakai alat pelindung diri yang sesuai. Apabila flu burung sedang merebak pada suatu wilayah, penggunaan alat pelindung diri yang lengkap sangat dibutuhkan saat bekerja dengan unggas. Tidak hanya itu, sebaiknya Anda rajin mencuci tangan dengan air dan sabun untuk mengurangi penyebaran virus flu burung.

Jika Anda menemukan unggas yang mati secara tiba-tiba, Anda dapat menghubungi pihak kelurahan atau kecamatan terdekat. Pihak tersebut kemudian akan membantu Anda mengkaji penyebab kematian burung dan dapat mencegah terjadinya wabah flu burung di suatu daerah.

Selain itu, apabila Anda hendak memasak produk unggas (misalnya ayam, bebek, telur) sebaiknya Anda mencucinya terlebih dahulu dan memasaknya hingga matang. Unggas mentah tidak hanya berisiko tinggi mengandung virus flu burung, tetapi juga bakteri seperti Salmonella. Memasak makanan hingga matang dapat membunuh virus influenza serta bakteri-bakteri yang berbahaya.

Kapan harus ke dokter?

Jika Anda mengetahui ada unggas yang mati akibat flu burung, ada baiknya Anda mengontak tenaga kesehatan terdekat. Anda akan dipantau selama beberapa hari untuk melihat adanya gejala. Anda juga dapat diberikan obat-obatan untuk mencegah gejala muncul. Jika Anda sudah mengalami gejala seperti mata merah, batuk, demam, dan sebagainya, sebaiknya Anda ke dokter. Flu burung berpotensi mematikan apabila keadaan Anda tidak diawasi dan diatasi secepatnya.

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 01:06