Anda mungkin berpikir sindrom patah hati adalah skenario cerita film, namun sebenarnya sindrom patah hati itu benar-benar nyata, lho.
Sindrom patah hati adalah kondisi jantung yang sifatnya sementara yang seringkali disebabkan oleh situasi stres dan emosi yang ekstrem, atau dipicu oleh penyakit fisik yang serius atau pembedahan.
Gejala paling umum pada sindrom patah hati memang sedikit mirip dengan serangan jantung, karena Anda mungkin merasakan sakit di dada dan sesak napas. Namun, selain itu gejala lain yang menyertai di antaranya:
- Pusing dan pingsan
- Penurunan tekanan darah
- Mual
- Detak jantung tidak teratur
- Keringat berlebihan
Perbedaan sindrom patah hati dan serangan jantung
Sindrom patah hati dapat pulih tanpa pengobatan, serangan jantung tidak
Penyakit sindrom patah hati atau yang juga disebut stres kardiomiopati atau sindrom Takotsubo ini umumnya dapat diobati, dan gejalanya bahkan dapat pulih dengan sendirinya dalam beberapa hari atau minggu.
Tidak demikian dengan serangan jantung. Serangan jantung yang disebabkan oleh penyumbatan aliran darah ke jantung dikenal juga dengan istilah myocardial infarction, di mana kondisi ini bisa fatal. Serangan jantung tidak dapat sembuh dengan sendirinya seperti pada sindrom patah hati, karena dapat menyebabkan aritmia (detak jantung tidak normal), gagal jantung, serangan jantung mendadak, yang bisa berujung pada kematian.
Faktor risiko
Menurut American Heart Association, pria lebih berisiko mengalami serangan jantung dibandingkan wanita. Dan risiko serangan jantung pada pria dimulai sejak usia 45 tahun, sedangkan wanita 55 tahun.
88% kasus sindrom patah hati, seperti dilansir Cleveland Clinic kebanyakan menyerang wanita, terutama pada usia paruh baya, atau sekitar 58-77 tahun. Seiring dengan usia, kadar estrogen di dalam tubuh menurun. Hormon estrogen sendiri berperan untuk melindungi jantung melawan efek buruk hormon yang melepaskan stres. Dengan penurunan ini, wanita usia paruh baya jadi lebih mudah mengalami stres.
Pemicu yang berbeda
Sindrom patah hati, seperti dilansir WebMD dapat dipicu oleh beberapa kondisi antara lain:
- Kematian orang yang disayangi
- Pembedahan
- Penyakit yang serius
- Masalah keuangan
- Kekerasan
- Kehilangan pekerjaan
- Perceraian
- Kecelakaan mobil
- Kenangan yang mengaduk-aduk emosi
Sedangkan serangan jantung hanya terjadi apabila satu atau lebih pembuluh arteri koroner tersumbat. Penyumbatan tidak disebabkan kondisi yang sementara, penyumbatan terjadi karena penumpukan atau timbunan lemak dan kolesterol dari waktu ke waktu yang membentuk zat yang disebut plak, sehingga mempersempit pembuluh arteri.
Sekalipun dapat diobati dan umumnya sembuh dengan sendirinya, namun Anda tetap tidak bisa meremehkan sindrom patah hati. Pada beberapa kasus, sindrom patah hati dapat membahayakan jiwa karena memicu gagal jantung kongestif, tekanan darah yang terus menurun, syok, dan kelainan irama jantung yang berpotensi mengancam jiwa.
Apabila Anda mengalami gejala seperti sakit pada dada, detak jantung sangat cepat atau tidak teratur, sesak napas setelah peristiwa yang membuat Anda stres, segera cari bantuan medis.
- dr Nadia Opmalina
Mayo Clinic Staff (2021). Broken heart syndrome. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/broken-heart-syndrome/symptoms-causes/syc-20354617
Ilan Shor Wittstein, M.D. Broken Heart Syndrome. Available from: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/broken-heart-syndrome
Cleveland Clinic (2021). Broken Heart Syndrome. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17857-broken-heart-syndrome
Mari Jo DiLonardo (2020). Broken Heart Syndrome. Available from: https://www.webmd.com/heart-disease/can-you-die-broken-heart#091e9c5e818304d6-1-3
Mayo Clinic (2020). Heart attack. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heart-attack/symptoms-causes/syc-20373106
American Heart Association (2016). Understand Your Risks to Prevent a Heart Attack. Available from: https://www.heart.org/en/health-topics/heart-attack/understand-your-risks-to-prevent-a-heart-attack