Stres tidak memihak jenis kelamin tertentu. Sama dengan wanita, pria juga bisa mengalami stres baik secara fisik maupun mental.
Stres pada pria bisa menjadi sulit diatasi. Apalagi pria cenderung menyimpan rasa stresnya dibanding mengungkapkan keluh kesahnya. Stres yang tidak dikelola dengan baik bisa berdampak bagi kesehatan pria.
Dampak Stres bagi Kesehatan Tubuh Pria
Tekanan pekerjaan, keluarga, pertemanan, kebutuhan ekonomi bisa menyebabkan stres yang berdampak negatif bagi tubuh pria. Tanpa manajemen stres yang baik, maka komplikasi kesehatan berikut mungkin terjadi:
Gangguan sistem pencernaan
Stres dapat memengaruhi fungsi saluran pencernaan, menyebabkan berbagai gangguan pencernaan seperti sakit perut, diare, sembelit, dan refluks asam lambung.
Ketika seseorang mengalami stres, tubuh memproduksi hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Hormon ini meningkatkan kontraksi otot usus dan mengurangi aliran darah ke sistem pencernaan. Pada akhirnya hal tersebut mengganggu proses pencernaan dan memicu gangguan pencernaan seperti diare dan sakit perut.
Kanker prostat
Kanker prostat adalah jenis kanker yang terjadi pada kelenjar prostat pada pria. Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker prostat meliputi usia, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, pola makan yang tidak sehat, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik.
Meskipun stres tidak secara langsung menyebabkan kanker prostat, namun stres dapat memberikan efek akumulatif pada fisiologi tubuh, bisa menyebabkan berbagai kondisi kesehatan yang meningkatkan risiko terkena kanker prostat. Misalnya, stres yang ekstrem dan berkepanjangan dapat menyebabkan peradangan kronis di dalam tubuh, yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat. Stres berat dan berkepanjangan juga dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, yang pada beberapa pria dengan faktor risiko kanker prostat, mungkin dapat semakin meningkatkan risiko mereka terkena kanker prostat.
Baca Juga: Menurunkan Tekanan Darah Hingga Mencegah Kanker Prostat, Inilah Manfaat Buah Delima Merah
Disfungsi ereksi
Disfungsi ereksi (DE) terjadi ketika seorang pria tidak dapat mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup kuat untuk melakukan hubungan seksual. Stres dapat menjadi salah satu faktor penyebab disfungsi ereksi, walaupun bukanlah satu-satunya penyebab.
Stres, terutama stres berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan disfungsi ereksi dengan mengganggu sinyal otak yang mengontrol aliran darah ke penis. Saat seseorang mengalami stres, tubuh menghasilkan hormon seperti kortisol dan epinefrin yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah, kontraksi otot penis berlebihan, ketidakmampuan otot polos untuk relaks dan mengurangi aliran darah ke penis. Kurangnya aliran darah ke penis dapat menghambat kemampuan ereksi.
Kesuburan pria
Stres dapat memengaruhi kualitas dan jumlah sperma dan pada akhirnya memengaruhi kesuburan pria. Stres berat bisa meningkatkan kadar hormon kortisol yang mengganggu keseimbangan hormon reproduksi dan produksi sperma.
Kortisol juga dapat memicu peradangan pada testis dan kelenjar prostat, yang dapat merusak sel-sel sperma dan mengurangi jumlah sperma yang diproduksi. Selain itu, stres dapat memengaruhi kualitas hidup sperma dan motilitas sperma. Sperma yang diproduksi oleh pria yang mengalami stres dapat menjadi kurang matang dan kurang aktif sehingga sulit untuk mencapai dan membuahi sel telur wanita.
Penyakit kardiovaskular
Ketika pria mengalami stres, tubuh menghasilkan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin yang dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung. Jika stres berlangsung dalam jangka waktu yang lama, pada akhirnya akan memengaruhi kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Stres juga dapat menyebabkan peradangan pada tubuh, yang memperburuk aterosklerosis (pengerasan arteri) dan mempercepat pengendapan plak di dinding arteri. Semua hal ini berperan dalam meningkatkan risiko pria mengalami penyakit kardiovaskular di kemudian hari.
Baca Juga: Apa Penyebab Henti Jantung Mendadak (Sudden Cardiac Arrest)?
Stres perlu dikelola dengan benar untuk menurunkan risiko komplikasi penyakit. Saat stres tak lagi dapat dikelola sendiri, maka Anda perlu meminta bantuan profesional yang dapat membantu mengangkat beban stres sehingga Anda merasa lebih baik.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma