Ketahui Mitos dan Fakta tentang Tuna Rungu

Credits: Freepik. Penyandang tunarungu tetap bisa berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Bagikan :


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tunarungu berarti tidak dapat mendengar atau yang biasa kita sebut tuli. Tunarungu yang dialami sejak lahir adalah bentuk dari cacat bawaan, di mana gangguan pendengaran yang dialami sangat berat sehingga pendengaran sama sekali tidak berfungsi.

Untuk berkomunikasi, penyandang tunarungu harus menggunakan bahasa isyarat. Agar bisa lebih memahami tentang tunarungu, simak beberapa mitos dan fakta berikut ini: 
 

MITOS: begitu menggunakan alat bantu dengar, maka pendengaran tunarungu bisa kembali 

Faktanya, alat bantu dengar tidak dapat mengembalikan pendengaran menjadi normal, seperti halnya kacamata. Bahkan saat teknologi sudah maju, alat bantu dengar hanya dapat memperkuat suara yang masuk ke telinga saja. Pada kondisi tertentu, suara yang masuk mungkin saja tidak bisa didengar jelas sepenuhnya. 
 
Alat bantu dengar bekerja dengan menerima suara yang ada kemudian mengubahnya menjadi sinyal, sinyal tersebut kemudian akan ditingkatkan dan diperkuat sampai ke telinga. Tetapi jika pada saat itu ada gangguan suara seperti suara kendaraan, musik yang keras, atau suara lainnya, maka suara mungkin akan terdengar kurang jelas. 
 
 

MITOS: orang yang tunarungu tidak bisa mendengarkan dan menikmati musik 

Faktanya, penyandang tunarungu dapat menikmati musik, menyanyi bahkan memainkan alat musik. Anda perlu mengingat bahwa komposer dan pianis Ludwig van Beethoven juga tunarungu, namun bisa menghasilkan beberapa komposisi lagu yang dikenal di dunia. 
 
Penyandang tunarungu memiliki pengalaman suara yang berbeda, di mana musik yang multisensori dapat menyebabkan getaran sehingga bisa dirasakan oleh otak. Namun, getaran ini dirasakan sebagai pengalaman yang berbeda. 
 

MITOS: orang yang tunarungu tidak dapat berkomunikasi 

Penyandang tunarungu mungkin tidak dapat mendengar dan berbicara dengan baik, namun mereka bisa berkomunikasi sama baiknya dengan orang normal menggunakan bahasa isyarat.
 
Bahasa isyarat bahkan tidak hanya bisa dipelajari oleh mereka yang tunarungu, namun juga oleh semua orang. Menguasai bahasa isyarat dapat membantu dalam berkomunikasi dengan penyandang tuna rungu dan membantu memperlancar proses belajar mengajar. 
 
Selain menggunakan bahasa isyarat, penyandang tunarungu juga bisa berusaha memahami pembicaraan dengan membaca gerakan bibir. Sayangnya, gerakan bibir tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya cara berkomunikasi sebab berisiko menimbulkan salah persepsi, terutama bila ada kata yang pengucapannya mirip namun berbeda arti. 
 
 

MITOS: orang yang tunarungu tidak boleh menyetir 

Untuk bisa menyetir kendaraan, maka dibutuhkan kemampuan mengendarai kendaraan dan mengontrolnya. Kemampuan ini bisa dimiliki oleh penyandang tunarungu.
 
Bahkan faktanya, penyandang tunarungu mungkin memiliki kemampuan lebih baik dalam melihat dan waspada selama mengendarai kendaraan. Meskipun demikian, dibutuhkan persetujuan dokter agar seorang tunarungu dapat berkendara di jalan raya. 
 
 
Penyandang tunarungu tetap bisa hidup normal seperti orang lain pada umumnya. Mereka mungkin membutuhkan alat bantu dengar agar bisa membantu menjalani aktivitas secara normal, namun hal itu tidak akan menghalangi kemampuannya beraktivitas dan melakukan kontak sosial. 
 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 
Writer : Agatha Writer
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Senin, 17 April 2023 | 03:24
Deaf Unity (2017). Debunked: Top 8 myths about deafness you need to know. Available from: https://deafunity.org/article_interview/debunked-myths-about-deafness/
 
WHO (2021). Deafness and hearing loss. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/deafness-and-hearing-loss
 
 
Lead With Language. Lead With Amiercan Sign language. Available from: https://www.leadwithlanguages.org/lwl-language/american-sign-language/