Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan seorang pria untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi yang cukup untuk berhubungan seksual. Disfungsi ereksi juga merupakan salah satu penyebab impotensi. Disfungsi ereksi tidak bisa dianggap remeh dan disepelekan, apabila dibiarkan berkelanjutan dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan kualitas hubungan.
Disfungsi ereksi, seperti dilansir Mayo Clinic, seringkali ditandai dengan:
- Kesulitan ereksi
- Kesulitan mempertahankan ereksi
- Penurunan gairah seksual
Gairah seksual pada pria adalah suatu proses yang rumit, yang melibatkan otak, hormon, emosi, syaraf, otot dan pembuluh darah. Disfungsi ereksi kerap disebabkan oleh kondisi kesehatan baik fisik maupun mental, atau bahkan kombinasi keduanya. Kecemasan yang dihasilkan justru dapat memperburuk disfungsi ereksi.
Penyebab psikis disfungsi ereksi
Dilansir Verywellhealth, ada beberapa jenis kondisi psikis yang dapat mempengaruhi ereksi pria, di antaranya:
Stres akibat pekerjaan dan keuangan
Masalah ekonomi, seperti pekerjaan dan keuangan menyebabkan tekanan psikis yang cukup signifikan. Misalnya ketika terjadi masalah di tempat kerja, target pekerjaan yang tidak tercapai, atau kehilangan pekerjaan telah terbukti menyebabkan hasrat seksual berkurang.
Ketika pria mengalami stres mungkin ia tidak akan mudah mengungkapkannya dengan kata-kata. Namun, stres pada pria, seperti dilansir WebMD kerap ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
- Mudah marah
- Kesulitan berkonsentrasi
- Kesedihan
- Perubahan suasana hati yang cepat
- Postur membungkuk
- Telapak tangan selalu berkeringat
- Kelelahan kronis
- Kenaikan atau penurunan berat badan
- Disfungsi ereksi
- Sakit perut
- Tekanan darah meningkat
- Kesulitan buang air besar
- Gangguan tidur
Depresi
Depresi dapat terjadi ketika terjadi ketidakseimbangan kimiawi neurotransmiter seperti serotonin dan dopamin di dalam otak. Penelitian melaporkan adanya hubungan antara disfungsi ereksi dan peningkatan gejala depresi.
Berbeda dengan wanita, gejala depresi pada pria berbeda. Depresi pada pria diekspresikan melalui sikap seperti lekas marah, perilaku kekerasan, agresif, yang berisiko menyebabkan dampak tak hanya bagi sendiri namun juga bagi keluarga. Pria yang mengalami depresi, cenderung membangun jarak pada pasangan dan keluarga. Sikap menarik diri tersebut sekaligus menurunkan gairah seksual dan membuat hubungan di atas ranjang menjadi dingin.
Kekerasan, trauma seksual dan PTSD
Pria yang pernah mengalami trauma seksual, kekerasan fisik, atau PTSD, berisiko tinggi mengalami disfungsi ereksi. Hal tersebut akan memberikan tantangan yang sangat besar karena pria yang mengalami pelecehan seksual, mungkin merasa malu untuk mengungkapkan riwayat pelecehan atau traumanya.
Kecemasan
Kecemasan dapat meningkatkan stres di dalam tubuh, meningkatkan detak jantung, meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan napas yang tidak teratur.
Lebih dari 37% pria dengan disfungsi ereksi dilaporkan mengalami gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan tersebut diperparah dengan hilangnya kepercayaan seksual yang dapat memicu depresi sekunder.
Bagaimana mengatasi kecemasan, stres dan trauma terkait disfungsi ereksi?
Menurut Healthline, terapi adalah cara terbaik untuk mengatasi kecemasan, stres, trauma, dan depresi khususnya yang mempengaruhi disfungsi ereksi. Terapi yang bisa dilakukan di antaranya:
- Konseling - Anda akan berbicara dengan terapis untuk mengidentifikasi dan mengatasi faktor stres atau kecemasan utama sehingga akan lebih mengelolanya
- Terapi psikodinamik - terapi ini biasanya melipatkan penanganan konflik bawah sadar untuk membantu menemukan akar masalah yang memicu disfungsi ereksi
- Terapi seks - terapi ini memfokuskan pada kesenangan sensasional ketimbang gairah dan aktivitas seksual. Tujuan dari terapi seks adalah untuk mengurangi faktor yang menyebabkan stres dan membangun kehidupan seksual yang membuat Anda nyaman.
- Terapi kecemasan seksual - pada terapi ini, dokter akan menjelaskan apa yang memicu disfungsi ereksi yang Anda alami secara detail. Dengan demikian, Anda akan merasa terbantu dan mengurangi kekhawatiran terutama akibat kurangnya pengetahuian soal disfungsi ereksi. Dokter juga akan membantu Anda mengatasi masalah secara emosional dan menemukan solusi untuk mengatasinya.
Selain terapi yang dilakukan dengan tenaga kesehatan profesional, Anda juga bisa melakukan terapi di rumah yang tujuannya untuk membuat Anda rileks dan menurunkan kecemasan. Anda bisa mencoba teknik relaksasi, meditasi, yoga atau akupunktur.
- dr Anita Larasati Priyono