Kesehatan gigi dan mulut sering kali diabaikan. Padahal, kesehatan gigi dan mulut dapat memengaruhi kesehatan tubuh Anda secara keseluruhan. Selain itu, kesehatan gigi juga berkaitan dengan estetika yang dapat meningkatkan rasa percaya diri Anda.
Misalnya, warna gigi yang cerah akan membuat Anda lebih percaya diri. Sedangkan gigi yang berwarna cokelat tentu akan menurunkan rasa percaya diri yang Anda miliki. Sebenarnya, apa penyebab gigi berwarna cokelat dan bagaimana cara mengatasinya?
Penyebab Gigi Berwarna Cokelat
Normalnya, warna gigi manusia adalah putih kekuningan. Akibat kebiasaaan dan gaya hidup tertentu, warna gigi dapat berubah menjadi kecoklatan. Selain itu, gigi yang berubah warna menjadi cokelat juga dapat disebabkan oleh masalah kesehatan mulut.
Berikut ini penyebab gigi berwarna cokelat yang perlu Anda waspadai:
Kebiasan Merokok
Bukan rahasia lagi bahwa kebiasaan merokok dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi. Hal ini disebabkan oleh kandungan nikotin yang dijumpai dalam produk rokok.
Bukan hanya rokok, namun produk tembakau lainnya seperti cerutu, pipa tembakau, tembakau kunyah juga dapat menyebabkan gigi Anda berubah menjadi kecoklatan.
Penumpukan Plak dan Karang Gigi
Plak adalah sisa makanan yang menumpuk pada permukaan gigi. Plak memiliki tekstur lengket yang jika tidak dibersihkan dengan tepat dapat menumpuk dan berkerak menjadi karang gigi. Karang gigi yang tidak pernah dibersihkan akan membuat tampilan gigi berwarna kekuningan hingga kecoklatan.
Untuk mengatasinya, Anda perlu melakukan proses scalling yang dilakukan secara rutin.
Konsumsi Makanan dan Minuman Berwarna
Beberapa makanan dan minuman yang Anda konsumsi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi. Salah satunya adalah minuman seperti kopi. Kopi mengandung bahan kimia bernama chromogens yang jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan lapisan terluar gigi berubah warna.
Selain kopi, makanan dan minuman yang dapat menyebabkan perubahan warna adalah teh, anggur merah, bluberi, dan delima.
Kerusakan Gigi
Kerusakan gigi juga merupakan pemicu perubahan warna gigi. Ketika gigi mengalami penumpukan plak sisa makanan, plak juga dapat mengundang bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak di gigi Anda. Akibatnya, bakteri menghasilkan asam yang akan merusak email gigi. Proses inilah yang menghasilkan noda cokelat dan gigi berlubang.
Hipoplasia Enamel
Kondisi kesehatan gigi dan mulut juga dapat disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan. Salah satunya adalah kondisi hipoplasia email, yaitu kondisi dimana lapisan email lebih sedikit dari sejak lahir. Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan vitamin, atau kekurangan gizi selama kehamilan dan paparan racun.
Hipoplasia email dapat terjadi pada satu atau beberapa gigi dan ditandai dengan munculnya bintik-bintik kasar berwarna cokelat atau kuning.
Efek Penuaan
Seiring dengan bertambahnya usia, gigi seseorang dapat berubah menjadi lebih gelap dan tampak bernoda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kebiasaan merokok, penipisan email, dan mengonsumsi makanan atau minuman yang memicu timbulnya noda pada gigi.
Penyakit Celiac
Penyakit Celiac juga dapat ditandai dengan perubahan warna cokelat pada gigi. Pasalnya, penyakit celiac dapat menyebabkan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan gigi.
Selain itu, sejumlah pendapat mengatakan bahwa kondisi penyakit celiac dapat merusak lapisan email gigi. Hal inilah yang menyebabkan munculnya noda cokelat pada pengidap celiac.
Faktor Genetik
Warna gigi seseorang juga dapat ditetukan oleh faktor genetik. Apabila dalam keluarga Anda memiliki riwayat warna gigi kecoklatan, maka kemungkinan Anda juga memiliki warna gigi yang sama. Selain itu, kelainan genetik seperti dentinogenesis imperfecta, juga dapat menyebabkan gigi muncul bintik-bintik cokelat.
Gigi dapat berubah warna menjadi kecoklatan karena banyak faktor. Selain nikotin, makanan yang Anda konsumsi dan faktor kebersihan gigi juga dapat menyebabkan gigi Anda berwarna kecoklatan. Apabila Anda merasa tidak nyaman dengan warna kecoklatan pada gigi Anda sebaiknya konsultasikan ke dokter.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina