Polio

Polio

Bagikan :


Definisi

Poliomyelitis atau biasa disebut polio adalah penyakit akibat infeksi virus yang menyerang sistem saraf pusat. Penyakit ini sangat mudah meyebar terutama pada anak-anak dibawah usia 5 tahun terutama yang belum mendapatkan vaksinasi polio. Polio dapat dicegah melalui vaksinasi polio. Polio dapat terjadi di segala usia, selain kelumpuhan permanen, polio juga dapat menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan sehingga penderitanya dapat mengalami kesulitan bernapas.

Tahun 2018, WHO telah melakukan penilaian risiko transmisi polio di Indonesia untuk tingkat nasional maupun provinsi. Ada 3 indikator utama dalam penilaian risiko tersebut yaitu imunitas populasi, surveilans, dan penyampaian program. Hasil penilaian menunjukkan Indonesia berisiko tinggi dalam transmisi Polio, dengan 23 provinsi (76,5%) diantaranya berisiko tinggi, 9 provinsi (23,5%) berisiko sedang dan hanya ada dua provinsi yang memiliki resiko rendah, yaitu Yogyakarta dan Bali

Penyebab

Virus polio menyebar melalui kontak dengan feses yang terinfeksi. Barang-barang yang dekat dengan feses yang terinfeksi juga dapat menjadi pusat penyebaran dari virus. Virus juga dapat ditularkan ke orang lain melalui bersin maupun batuk. Orang orang yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini adalah orang yang tinggal di daerah terpencil dengan sulitnya akses air mengalir yang bersih terutama untuk MCK (Mandi, Cuci, Kakus), ibu hamil dengan HIV positif, anak-anak yang tidak divaksinasi. Bagi orang-orang yang tidak pernah divaksinasi, risiko tertular penyakit ini akan semakin tinggi bila bepergian ke daerah yang baru saja terjadi wabah polio, tinggal atau merawat pengidap polio, bekerja dengan spesimen virus, atau sudah menjalani operasi tonsilektomi.

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya polio yaitu :

  • Orang dengan riwayat tidak pernah melakukan vaksinasi polio
  • Orang yang tinggal atau bepergian ke daerah dengan kasus polio aktif
  • Orang dengan immunodeficiency (sistem imun yang lemah)
  • Ketidaksimbangan nutrisi/kekurangan nutrisi

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya poliomyelitis setelah terinfeksi virus polio yaitu cedera otot (memprovokasi terjadinya poliomyelitis), olahraga berlebihan, kehamilan, operasi tonsilektomi, dan sistem imunitas yang lemah.

Gejala

Gejala dari polio dapat bermacam-macam. Sekitar 95-99% orang yang terserang polio tidak memiliki gejala apapun. Namun, perlu diketahui, meskipun pengidap polio tidak memiliki gejala, tetapi tetap dapat menyebarkan virus ke orang lain di sekitarnya. Gejala dari polio tipe non paralisis (tanpa disertai kelumpuhan) meliputi :

  • Demam
  • Nyeri menelan
  • Nyeri kepala
  • Muntah
  • Lemas
  • Kaku dibagian leher dan punggung
  • Nyeri dan mati rasa di bagian lengan atau tungkai.

Gejala dari polio non paralisis muncul 6-20 hari sejak terpapar virus dan bersifat ringan. Gejala berlangsung selama 1-10 hari, dan akan menghilang sendirinya.

Gejala awal dari polio tipe paralisis (disertai kelumpuhan) dapat menyerupai gejala polio tipe non-paralisis namun setelah 1 minggu, gejala lainnya akan muncul seperti :

  • Kehilangan refleks
  • Nyeri otot dan kram otot yang hebat
  • Kaki menjadi terkulai
  • Kelumpuhan yang tiba-tiba, dapat bersifat sementara atau permanen, terjadi pada tungkai, terutama pada pinggul dan pergelangan kaki.

Polio juga mungkin terjadi kembali meskipun seseorang telah dinyatakan sembuh. Hal ini dapat terjadi 15-40 tahun setelah seseorang pertama kali terinfeksi disebut sindroma paska polio. Gejala sangat umum terjadi antara lain :

  • Kelemahan pada otot dan sendi
  • Nyeri otot yang terus memburuk
  • Mudah lelah dan lesu
  • Berkurangnya massa otot
  • Kesulitan dalam menelan dan bernapas
  • Sleep-apnea (gangguan bernapas pada saat tidur)
  • Depresi
  • Masalah dalam konsentrasi dan daya ingat.

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis polio dapat dilakukan wawancara mendalam (anamnesis) mengenai gejala-gejala yang dialami, pencetusnya, sejak kapan dan riwayat penyakit serta riwayat imunisasi pasien. Dokter dapat mengenali gejala polio, seperti kekakuan di leher dan punggung, refleks tidak normal, dan kesulitan menelan atau bernapas. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan di bagian leher dan punggung, pemeriksaan kekuatan motorik pada lengan dan kaki, sensasi, serta pemeriksaan refleks tubuh. Untuk memastikan diagnosis dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap sampel dahak, tinja, atau cairan otak untuk mendeteksi keberadaan virus polio.        

Tata laksana

Sampai saat ini obat untuk menyembuhkan polio belum ditemukan. Apabila seseorang mengidap penyakit polio, terapi yang diberikan berupa terapi suportif untuk mengatasi gejala seperti tirah baring, obat antinyeri untuk meredakan nyeri, sakit depala dan demam, contohnya adalah ibuprofen. Obat antispasmodik untuk membuat otot menjadi relaks dan meredakan ketegangan pada otot. Contoh obat antispasmodik yang dapat digunakan seperti tolterodinedan scopolamine. Dokter juga mungkin akan memberikan antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri yang bisa menyertai polio seperti infeksi saluran kemih. Penggunaan ventilator portable untuk membantu pernapasan apabila polio menyebabkan gangguan pernapasan. Terkadang, operasi juga akan dilakukan untuk memperbaiki kelainan bentuk lengan atau tungkai. Untuk mencegah hilangnya fungsi otot lebih lanjut, penderita perlu menjalani fisioterapi.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul akibat polio seperti kecacatan, kelainan bentuk tungkai dan pinggul, kelumpuhan, baik sementara maupun permanen. Pada beberapa orang dengan gejala polio berat dapat mengalami komplikasi pada jantung, paru-paru dan saluran kemih. Pada jantung dapat memicu infeksi pada otot jantung yaitu miokarditis, hipertensi, pada paru dapat memicu terbentuknya pulmonary edema (penumpukan cairan di dalam kantong paru-paru/alveoli), pneumonia dan menyebabkan infeksi saluran kemih. Selain itu, gejala polio berulang dapat dialami oleh seseorang yang sudah pernah terkena polio yang disebut sindroma paska polio. Gejala dapat muncul 30 tahun atau lebih sejak terinfeksi polio pertama kali. Gejala sindroma paska polio meliputi sulit bernapas dan menelan, ingatan terganggu, gangguan tidur, depresi, otot dan sendi semakin lemah dan terasa sakit.

Pencegahan

Pencegahan dari penyakit polio yaitu dengan cara vaksinasi. Vaksinasi polio sudah ditemukan sejak lama dan menjadi salah satu upaya pencegahan yang paling efektif. Vaksinasi diberikan sebanyak 3x dan ditambah dengan 1x booster. Vaksinasi perlu diberikan pada anak di usia 2 bulan untuk dosis pertama, dosis kedua pada usia 3 bulan, dosis ketiga saat usia 4 bulan dan dosis terakhir diberikan pada usia 18 bulan. Booster polio dapat diberikan di antara usia 4-6 tahun. Dalam tiga dosis pertama, seorang bayi setidaknya harus mendapatkan satu dosis vaksin polio dalam bentuk suntik (IPV).

Vaksin polio juga dapat diberikan kepada orang dewasa yang belum pernah divaksinasi polio. Vaksin polio untuk dewasa diberikan dalam bentuk IPV yang terbagi menjadi tiga dosis yaitu dosis pertama dapat diberikan kapan saja, dosis kedua diberikan dengan jeda waktu 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan dengan jeda waktu 6-12 bulan setelah dosis kedua. Orang dewasa yang akan bepergian ke negara dengan kasus polio aktif juga disarankan melakukan vaksinasi polio. Efek samping yang dapat terjadi setelah pemberian suntikan polio adalah rasa nyeri dan kemerahan pada area suntikan. Beberapa orang dapat muncul reaksi alergi setelah vaksin seperti demam, pusing, tubuh terasa lemas, muncul ruam, jantung berdebar dan sesak napas. Namun biasanya reaksi alergi ini akan hilang dalam 2-3 hari.

Kapan harus ke dokter?

Disarankan untuk ke fasilitas kesehatan apabila Anda mempunyai balita untuk melakukan imunisasi polio. Lengkapi imunisasi anak sesuai jadwal yang dianjurkan oleh dokter. Di luar jadwal tersebut terdapat imunisasi tambahan yang dilakukan sesuai kebijakan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dinamakan pekan imunisasi nasional polio (PIN Polio). Segera periksakan ke dokter apabila muncul gejala-gejala seperti yang telah dijelaskan diatas, demam, nyeri menelan, nyeri pada lengan dan tungkai, serta kelumpuhan. Konsultasikan dengan dokter apabila setelah melakukan vaksinasi polio, muncul reaksi alergi seperti demam, pusing, tubuh terasa lemas, muncul ruam, jantung berdebar, dan sesak atau apabila keluhan tidak kunjung hilang dalam 2-3 hari.

Writer : dr Vega Audina
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Senin, 26 Agustus 2024 | 05:50