Definisi
Infertilitas atau ketidaksuburan pada pria adalah adanya masalah kesehatan pada pria yang bisa menurunkan kemungkinan pasangan wanitanya untuk hamil. Pasangan wanita subur dan tidak memiliki masalah terkait infertilitas.
Secara global infertilitas memengaruhi sekitar 13-15 persen pasangan di seluruh dunia, membuat mereka tidak bisa memiliki anak walaupun sudah berhubungan seksual rutin tanpa kontrasepsi selama setahun atau lebih. Sekitar kebih dari sepertiga kasus infertilitas terjadi karena adanya masalah pada pria. Umumnya kondisi ini disebabkan oleh masalah pada produksi sperma atau terkait hantaran sperma.
Masalah ketidaksuburan bisa menjadi isu yang menimbulkan stres dan frustrasi. Penting bagi kedua pasangan untuk mencari tahu penyebab infertilitas dan mengatasinya bersama. Ada sejumlah terapi yang tersedia untuk mengatasi isu ketidaksuburan pada pria.
Penyebab
Ada beragam hal yang bisa menyebabkan ketidaksuburan pada pria. Segala kondisi medis ini bisa membuat sperma tidak bisa mencapai sel telur, atau membuat sel tidak bisa berkembang menjadi sperma. Suhu pada buah zakar juga bisa memengaruhi kesuburan pria. Umumnya penyebab ketidaksuburan dikelompokkan sebagai:
- Masalah hormon.
- Gangguan hantaran sperma.
- Defek testis primer.
- Idiopatik (sperma dan parameter air mani normal dan penyebab infertilitas tidak diketahui).
Kelainan Sperma
Sperma dapat tidak matang sempurna, memiliki bentuk yang abnormal, tidak bisa bergerak dengan normal, berjumlah sangat sedikit (oligospermia), atau tidak ada sperma sama sekali (azoospermia).
Adanya masalah pada sperma bisa disebabkan oleh:
- Pola hidup yang tidak sehat dapat menurunkan jumlah sperma, seperti merokok atau minum alkohol.
- Penyakit kronis seperti gagal ginjal.
- Infeksi pada masa kanak-kanak (infeksi virus gondongan/parotitis yang menginfeksi buah zakar).
- Kelainan kromosom atau hormonal lainnya (seperti rendahnya kadar testosteron).
- Sumbatan pada saluran yang mengantarkan sperma.
- Penyakit bawaan lahir.
Varikokel
Varikokel atau pembesaran pembuluh vena skrotum adalah kondisi yang umum ditemukan pada pria infertil. Varikokel bisa menyebabkan darah menumpuk di pembuluh vena. Diperlukan suhu yang optimal pada kantung buah zakar (skrotum) terkait produksi dan perkembangan sperma. Varikokel bisa membuat suhu skrotum menjadi panas sehingga produksi dan perkembangan sperma terganggu. Seiring berjalannya waktu, ditakutkan jumlah sperma menjadi rendah dan menimbulkan infertilitas pada pria.
Ejakulasi Retrograde
Ejakulasi retrograde adalah gangguan ejakulasi yang terjadi ketika air mani tidak keluar dari penis dan mengalir balik ke kandung kemih. Walaupun air mani bisa mengandung sperma yang normal, namun karena tidak dikeluarkan dari penis membuat sperma tidak dapat masuk ke dalam vagina.
Ejakulasi retrograde ditandai dengan urine yang keruh setelah ejakulasi. Pria juga bisa mengalami ejakulasi kering atau cairan ejakulasi sedikit. Kondisi ini dapat disebabkan oleh:
- Diabetes
- Cedera saraf tulang belakang
- Obat-obatan
- Efek samping dari prosedur operasi pada organ tertentu
Sumbatan Saluran Reproduksi
Terkadang saluran tempat sperma mengalir dapat tersumbat. Infeksi berulang, cedera yang timbul dari prosedur operasi, pembengkakan, atau kelainan perkembangan semasa di kandungan dapat menyebabkan sumbatan. Seluruh bagian saluran reproduksi pria dapat mengalami sumbatan sehingga sperma dari buah zakar tidak dapat keluar saat ejakulasi.
Gangguan Hormon
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis di otak dapat memerintahkan testis untuk memproduksi sperma. Rendahnya kadar hormon ini bisa memengaruhi produksi sperma sehingga berkurang.
Kelainan Kromosom
Sperma membawa setengah dari materi genetik (DNA) ke sel telur. Perubahan pada jumlah dan struktur kromosom ini dapat memengaruhi kesuburan. Penyakit bawaan lahir seperti sindrom Klinefelter, di mana pria terlahir dengan 2 kromosom X dan 1 kromosom Y, memiliki masalah perkembangan pada organ reproduksinya.
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko infertilitas pada pria adalah:
- Penggunaan obat-obatan tertentu dapat memengaruhi fungsi, produksi, dan hantaran sperma.
- Konsumsi alkohol berlebihan.
- Kebiasaan merokok.
- Berat badan berlebih dan obesitas.
- Riwayat infeksi pada buah zakar.
- Buah zakar sering terpapar suhu tinggi.
- Riwayat cedera pada buah zakar.
- Riwayat operasi pada kelamin, perut, atau panggul.
- Riwayat undescending testis atau testis yang tidak turun ke kantung buah zakar.
- Memiliki riwayat keluarga dengan masalah kesuburan.
- Menderita kondisi medis tertentu, seperti tumor dan penyakit kronis.
- Menjalani terapi medis seperti operasi atau radiasi terkait kanker.
Gejala
Tanda utama infertilitas pada pria adalah pasangan tidak memiliki anak walaupun sudah berhubungan seksual secara rutin selama minimal satu tahun. Rutin disini mengacu pada frekuensi hubungan seksual minimal 2-3 kali dalam seminggu tanpa kontrasepsi selama setahun.
Mungkin tidak terdapat tanda atau gejala lain yang jelas. Namun, pada beberapa kasus, gejala bisa muncul bila ada kondisi medis yang mendasari seperti:
- Ketidakseimbangan hormon.
- Pembesaran vena pada testis.
- Sumbatan aliran sperma.
Tanda dan gejala yang dapat Anda sadari adalah masalah fungsi seksual, misalnya kesulitan ejakulasi, volume cairan ejakulat sedikit, penurunan gairah seks, atau kesulitan mempertahankan ereksi.
Diagnosis
Penyebab infertilitas pada pria dapat sulit untuk terdiagnosis. Untuk mendiganosis penyebab pasti yang mendasari keluhan, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan.
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan dan operasi Anda untuk mencari adanya hal yang mungkin dapat menurunkan kesuburan. Pemeriksaan fisik akan menemukan adanya kelainan pada penis, testis, atau saluran sperma. Dokter akan melihat tampilan buah zakar pasien, bila ada pembengkakan, perubahan warna, perubahan suhu, atau pembesaran pembuluh darah.
Analisis semen
Sampel semen atau air mani akan dikumpulkan lalu dimasukan ke dalam tabung steril. Sampel ini lalu dianalisis:
- Volume
- Jumlah
- Konsentrasi
- Gerakan
- Struktur
Hasil analisis semen ini akan memberikan gambaran apakah sperma bisa berfungsi dengan baik untuk membuahi sel telur. Meskipun pemeriksaan menunjukan rendahnya jumlah sperma atau tidak ada sperma, bukan berarti Anda tidak subur permanen. Hal ini hanya menunjukan bahwa ada masalah pada pertumbuhan atau penghantaran sperma, sehingga masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasound menggunakan gelombang suara untuk mendapatkan gambaran organ. Probe akan diletakan di rektum untuk melihat adanya kelainan pada sistem reproduksi.
Biopsi testis
Jika pemeriksaan air mani menunjukan jumlah sperma sangat rendah atau tidak ada sperma, maka bisa dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti biopsi testis. Sampel kecil jaringan dari setiap buah zakar akan diambil dan diamati di bawah mikroskop. Tujuan pemeriksaan adalah untuk membantu mencari penyebab infertilitas, bisa juga digunakan untuk mengumpulkan sperma dalam program repoduksi terbantu seperti bayi tabung.
Profil hormon
Dokter mungkin akan memeriksa hormon untuk mengetahui seberapa kemampuan testis memproduksi sperma. Pemeriksaan ini juga dapat menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding penyakit lainnya.
Tata Laksana
Umumnya dokter akan menyarankan untuk mengubah pola hidup pada pasien. Hal-hal yang biasanya didiskusikan adalah:
- Berhenti merokok.
- Membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol.
- Mulai memakan makanan yang bergizi.
- Jaga berat badan ideal, jangan terlalu berlebih atau kurang.
- Meningkatkan aktivitas fisik.
- Kurangi stres.
- Hindari memakai pelumas dengan bahan berbahaya selama aktivitas seksual.
- Hindari sauna dan pakaian dalam yang ketat.
Pilihan pengobatan pada sebagian besar pria umumnya terbatas pada:
- Reseksi saluran ejakulasi bila ditemukan adanya sumbatan aliran air mani.
- Bila pernah melakukan vasektomi, pasien bisa menjalani operasi untuk menyambung kembali saluran yang membawa sperma.
- Pasien yang varikokel bisa diobati dengan prosedur operasi untuk memperbaiki pembuluh darah yang membesar di kantung buah zakar.
Bila penyebab infertilitas bukan karena sumbatan atau varikokel, umumnya dokter akan mencoba mengatasi penyakit yang menjadi akar masalah timbulnya infertilitas. Namun begitu, perlu diketahui bahwa pilihan terapi infertilitas pria umumnya masih memiliki data penelitian yang belum lengkap dan tidak adekuat.
Komplikasi
Komplikasi infertilitas pada pria meliputi:
- Stres dan masalah dalam hubungan akibat ketidakmampuan memiliki anak.
- Pengobatan bisa memerlukan biaya yang besar.
- Peningkatan risiko kanker testis, melanoma, kanker usus besar, dan kanker prostat
Pencegahan
Infertiltias pada pria tidak selalu dapat dicegah. Namun, Anda dapat mencoba menghindari beberapa penyebab infertilitas seperti:
- Berhenti merokok.
- Batasi atau hentikan alkohol.
- Hindari penggunaan obat terlarang.
- Pertahankan berat badan ideal.
- Hindari hal yang dapat meningkatkan suhu testis.
- Kurangi stres.
- Hindari paparan terhadap pestisida, logam berat, dan racun lainnya.
Kapan Harus ke Dokter?
Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter jika Anda tidak dapat memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual tanpa kontrasepsi secara regular, atau jika Anda memiliki kondisi di bawah ini:
- Masalah ereksi atau ejakulasi, rendahnya gairah seks, atau masalah lain dengan fungsi seksual.
- Nyeri, rasa tidak nyaman, benjolan, atau bengkak pada area testis.
- Riwayat masalah testis, prostat, atau masalah seksual lainnya.
- Riwayat operasi lipat paha, testis, penis, atau skrotum.
- Pasangan berusia di atas 35 tahun.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma
Male Infertility: Symptoms, Diagnosis & Treatment - Urology Care Foundation. (2022). Retrieved 29 July 2022, from https://www.urologyhealth.org/urology-a-z/m/male-infertility.
Male infertility - Symptoms and causes. (2022). Retrieved 29 July 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/male-infertility/symptoms-causes/syc-20374773.
Leslie, S., Siref, L., Soon-Sutton, T., & Khan, M. (2022). Male Infertility. Retrieved 29 July 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562258/.