Spermatokel

Spermatokel
credits: google.com

Bagikan :


Definisi

Spermatokel atau kista sperma adalah kantung abnormal yang terbentuk di epididimis. Epididimis adalah saluran kecil pada bagian atas testis yang menampung dan menyalurkan sperma. Kista ini terdapat di daerah atas belakang testis, namun terpisah dari testis. Kista ini bersifat jinak dan dapat berisi cairan jernih, keruh, atau seperti susu yang seringnya juga mengandung sperma. Umumnya, spermatokel tidak mengganggu kesuburan ataupun memerlukan terapi.

 

Penyebab

Saluran reproduksi pria mengatur produksi, pematangan, dan penyaluran sperma. Adanya gangguan pada saluran reproduksi pria dapat menyebabkan tumbuhnya benjolan.Penyebab pasti terbentuknya spermatokel tidak diketahui, namun diperkirakan akibat sumbatan pada salah satu saluran epididymis yang menyalurkan dan menampung sperma dari testis.

 

Faktor Risiko

Hanya sedikit faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko spermatokel. Pria dengan ibu yang terpapar obat Dietilstilbestrol (DES) saat hamil untuk mencegah keguguran dan komplikasi kehamilan lainnya tampaknya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami spermatokel. Penggunaan obat ini dihentikan pada tahun 1971 karena adanya kekhawatiran mengenai peningkatan risiko kanker vagina yang langka pada wanita.

 

Gejala

Spermatokel biasanya tidak menyebabkan tanda dan gejala apapun dan ukurannya dapat tetap stabil. Jika bertambah besar, Anda dapat mengalami gejala sebagai berikut:

  • Nyeri tumpul atau rasa tidak nyaman pada testis yang terkena.
  • Rasa berat pada testis dengan spermatokel.
  • Rasa penuh di bagian belakang dan atas testis.

 

Diagnosis

Untuk mendiganosis spermatokel, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Meskipun spermatokel tidak nyeri, Anda mungkin akan merasakan ketidaknyamanan ketika dokter memeriksa benjolan tersebut. Selain itu, Anda juga mungkin akan menjalani pemeriksaan seperti:

  • Transiluminasi. Dokter akan melakukan pemeriksaan menggunakan penyinaran ke skrotum. Pada spermatokel, cahaya akan mengindikasikan bahwa benjolan tersebut berisi air, bukan padat.
  • Ultrasonografi (USG). Jika transiluminasi tidak dapat menunjukkan adanya kista, maka USG dapat membantu menentukan kemungkinan penyebab yang lain. Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk membentuk gambaran struktur. USG dapat digunakan untuk menyingkirkan adanya tumor testis atau penyebab lain dari pembengkakan skrotum.

 

Tata Laksana

Meskipun spermatokel kemungkinan tidak akan mengecil atau hilang sendiri, namun kebanyakan spermatokel tidak membutuhkan terapi karena biasanya tidak menyebabkan nyeri, rasa tidak nyaman, ataupun komplikasi. Jika spermatokel menyebabkan nyeri atau berukuran cukup besar sehingga menyebabkan ketidaknyamanan, Anda dapat mencoba obat-obatan anti nyeri yang dijual bebas, seperti parasetamol atau ibuprofen. Namun, tidak ada obat-obatan untuk menyembuhkan spermatokel. Berikut tindakan yang dapat dilakukan untuk terapi spermatokel:

  • Operasi. Prosedur yang disebut dengan spermatokelektomi umumnya dilakukan sebagai prosedur rawat jalan, dapat menggunakan bius lokal atau umum. Dokter akan membuat sayatan pada skrotum dan memisahkan spermatokel dari epididimis. Setelah operasi, dokter dapat menyarankan Anda untuk:
    • Memberikan kompres dingin pada bagian skrotum selama dua sampai tiga hari untuk menekan pembengkakan. Namun, pembengkakan skrotum normal terjadi setelah operasi dan umumnya akan berlangsung selama 2 sampai 21 hari.
    • Mengonsumsi obat antinyeri selama satu atau dua hari.
    • Mandi setelah 48 jam operasi.
    • Kembali untuk kontrol setelah satu sampai tiga minggu setelah operasi.

Efek samping operasi jarang terjadi, namun dapat menimbulkan demam, infeksi, perdarahan skrotum, dan nyeri yang berkelanjutan.

  • Aspirasi, dengan atau tanpa skleroterapi. Terapi lain meliputi aspirasi dan skleroterapi, meskipun keduanya jarang dilakukan. Saat aspirasi, sebuah jarum khusus akan dimasukan ke dalam spermatokel dan cairan akan dikeluarkan. Jika spermatokel kambuh kembali, dokter akan merekomendasikan aspirasi cairan dan menyuntikan zat kimia iritan ke dalam kantung spermatokel. Tindakan ini disebut dengan skleroterapi. 

 

Komplikasi

Spermatokel biasanya tidak menimbulkan komplikasi. Namun, prosedur terapi yang dilakukan dapat saja menyebabkan kerusakan pada epididimis atua vas deferens. Kerusakan pada epididimis maupun vas deferens dapat menurunkan kesuburan. Komplikasi lainnya yang mungkin terjadi setelah operasi adalah spermatokel yang timbul kembali, meskipun hal ini hanya terjadi pada 10 dari 25 kasus.

Oleh karena potensi kerusakan yang memengaruhi kesuburan, maka prosedur biasanya ditunda sampai Anda tidak ingin memiliki anak lagi. Jika spermatokel menyebabkan rasa tidak nyaman yang sangat berat, sehingga Anda tidak lagi ingin menunda prosedur, bicarakanlah pada dokter mengenai risiko dan manfaat dari penyimpanan sperma di bank sperma.

 

Pencegahan

Meskipun tidak ada cara untuk mencegah spermatokel, penting bagi Anda untuk melakukan pemeriksaan skrotum mandiri setidaknya setiap bulan untuk mendeteksi adanya perubahan, seperti benjolan pada skrotum. Adanya benjolan baru di skrotum harus dievaluasi oleh dokter dengan segera. Dokter dapat menunjukkan Anda cara untuk melakukan pemeriksaan testis mandiri yang dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya benjolan.

Waktu terbaik untuk memeriksa testis adalah saat atau setelah berendam atau mandi air hangat. Kehangatan dari air akan merelaksasi skrotum, sehingga Anda akan lebih mudah untuk mendeteksi sesuatu yang tidak biasa. Ikuti cara di bawah ini untuk memeriksa skrotum:

  • Berdirilah di depan kaca. Carilah adanya pembengkakan pada kulit skrotum.
  • Periksa setiap testis dengan kedua tangan. Letakan jari telunjuk dan jari tengah di bawah testis, serta ibu jari di atas testis.
  • Gulingkan testis dengan lembut di antara ibu jari dan jari-jari. Ingat bahwa testis biasanya lembut, berbentuk oval, dan padat. Satu testis yang sedikit lebih besar dari sisi satunya adalah hal yang normal. Saluran yang berasal dari atas testis (epididimis) merupakan bagian normal dari skrotum.

Dengan melakukan pemeriksaan ini secara teratur, Anda akan lebih familiar dengan testis Anda dan lebih waspada pada adanya perubahan yang mungkin harus diperhatikan. Jika Anda menemukan adanya perubahan yang mencurigakan, seperti benjolan, ukuran yang bertambah besar, atau konsistensi yang berubah, hubungi dokter sesegera mungkin.

Pemeriksaan testis mandiri secara teratur merupakan bagian dari kebiasaan hidup sehat yang penting. Namun, hal ini tidak menggantikan pemeriksaan dokter. Dokter biasanya akan memeriksa testis Anda saat Anda menjalani pemeriksaan fisik.

 

Kapan Harus ke Dokter

Spermatokel biasanya diketahui saat Anda melakukan pemeriksaan fisik rutin atau pemeriksaan testis mandiri.

Jika Anda memiliki benjolan apapun di skrotum, sebaiknya selalu konsultasikan pada dokter untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab yang lebih serius seperti kanker testis. Selain itu, Anda juga sebaiknya berkonsultasi ke dokter jika Anda merasakan nyeri atau bengkak pada skrotum. Beberapa kondisi dapat menyebabkan nyeri testis dan beberapa diantaranya membutuhkan terapi segera.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Tea Karina Sudharso
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 20:58