Definisi
Hidung merupakan salah satu organ pernapasan. Dinding bagian dalam hidung terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan paling atas yang langsung bersentuhan dengan udara yang masuk disebut sebagai lapisan mukosa hidung.
Rhinitis merupakan peradangan yang terjadi pada lapisan mukosa di dalam hidung. Terdapat beberapa penyebab terjadinya rhinitis, seperti infeksi, respons alergi tipe langsung, iritan yang dihirup, obat-obatan, gangguan hormonal dan gangguan pada sistem saraf.
Secara umum, rhinitis dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu rhinitis alergi, rhinitis non-alergi, dan rhinitis infeksi.
Rhinitis alergi merupakan peradangan pada mukosa hidung yang terjadi akibat paparan alergen, seperti serbuk sari, debu, jamur, bulu binatang, atau kotoran serangga. Rhinitis alergi merupakan suatu respon hipersensitivitas tipe 1 yang dimediasi sebuah sel antibodi yang bernama IgE terhadap alergen yang terhirup dari lingkungan. Berbeda dengan rhinitis alergi, rhinitis non-alergi merupakan peradangan pada mukosa hidung yang terjadi tanpa penyebab yang jelas.
Rhinitis infeksi adalah peradangan pada mukosa hidung yang terjadi karena infeksi virus atau bakteri. Pada rhinitis infeksi, jenis infeksi yang paling sering ditemukan adalah rinitis virus akut.
Penyebab
Rhinitis alergi
Penyebab terjadinya rhinitis alergi adalah sistem kekebalan tubuh yang merespon alergen yang menganggap bahan alergen tersebut berbahaya bagi tubuh. Sel imun tubuh kemudian memberikan respon agar tubuh terhindar dari zat yang dianggap berbahaya tersebut. Lebih lanjut, mekanisme ini akan menyebabkan paparan alergen memicu munculnya rhinitis alergi. Beberapa jenis alergen tersebut dapat berupa protein yang berasal dari partikel udara lingkungan sekitar seperti serbuk sari, debu, kotoran serangga, bulu binatang, dan jamur.
Rhinitis non-alergi
Penyebab rhinitis non-alergi belum diketahui secara pasti. Pada umumnya, rhinitis non-alergi terjadi saat pembuluh darah di hidung mengalami pelebaran. Salah satu kemungkinan penyebab rhinitis non-alergi adalah ujung saraf di hidung yang terlalu responsif.
Terdapat beberapa pemicu riniris non-alergi, yaitu:
- Iritan dari lingkungan atau pekerjaan seperti debu, asap rokok, kabut asap, atau bau yang menyengat.
- Perubahan cuaca, suhu atau kelembaban dapat memicu pembengkakan selaput di dalam hidung sehingga menyebabkan hidung menjadi berair atau tersumbat.
- Makanan panas atau pedas dan minuman beralkohol dapat memicu terjadinya rhinitis non-alergi.
- Beberapa obat-obatan seperti aspirin, ibuprofen dan obat tekanan darah tinggi seperti beta bloker diketahui dapat menyebabkan rinitis non-alergi.
- Perubahan hormonal yang dikarenakan oleh kehamilan, menstruasi, penggunaan kontrasepsi oral dan kondisi hormonal lainnya dapar memicu rhinitis non-alergi.
Rhinitis infeksi
Secara umum, rhinitis infeksi dapat disebabkan oleh rhinovirus, coronavirus, adenovirus, virus influenza, virus parainfluenza, virus syncytial dan enterovirus. Virus-virus tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel pada dinding hidung bagian dalam (sel epitel) dan mendominasi aktivitas metabolisme sel inang. Virus akan menggunakan sel inang untuk berkembang dan menyebabkan kerusakan serta kematian sel inangnya.
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko rhinitis meliputi:
- Riwayat alergi dalam keluarga.
- Memiliki asma atau eksim atopik.
- Paparan iritan seperti asap dapat meningkatkan risiko terkena rhinitis non-alergi.
- Penggunaan semprotan dekongestan dalam waktu lama.
- Perubahan hormonal saat menstruasi dan hamil.
- Hipotiroidisme dan diabetes dapat menyebabkan atau memperburuk rhinitis alergi.
Gejala
Adapun gejala yang muncul pada orang yang mengalami rhinitis berupa:
- Hidung tersumbat atau meler
- Bersin
- Lendir di tenggorokan
- Batuk
Diagnosis
Dokter Anda akan mengajukan beberapa pertanyaan tentang gejala Anda. Diagnosis rhinitis ditegakan berdasarkan pada gejala yang Anda alami. Lebih lanjut, dokter Anda akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Jika dokter Anda mencurigai Anda mengalami rhinitis alergi, dokter Anda mungkin akan menyarankan Anda untuk melakukan tes alergi.
Tes alergi dapat dilakukan dengan tes kulit. Tes kulit dilakukan untuk mengetahui apakah gejala yang dialami disebabkan oleh alergen tertentu. Tes ini dilakukan dengan cara menusuk kulit Anda sedikit dan diberikan sejumlah kecil alergen umum, seperti tungau debu, jamur, serbuk sari, dan bulu kucing atau anjing. Jika Anda memiliki alergi terhadap alergen tertentu, kemungkinan besar akan timbul benjolan di tempat pengujian pada kulit Anda. Namun, jika Anda tidak memiliki alergi terhadap alergen tersebut, kulit Anda akan terlihat normal. Selain itu, tes darah juga dapat dilakukan untuk mendeteksi alergi. Tes ini dapat mengukur respons antibodi tertentu dalam darah Anda. Antibodi tersebut dikenal sebagai antibodi imunoglobulin E (IgE). Sampel darah yang didapat akan dikirim ke laboratorium medis untuk dilakukan uji kepekaan terhadap alergen.
Gejala awal rhinitis infeksi mirip dengan gejala rhinitis alergi. Hal yang membedakan kedua jenis rhinitis ini berupa sekret atau cairan dari hidung yang kental pada rhinitis infeksi. Pada umumnya, pasien dengan rhinitis infeksi tidak mengeluhkan gatal pada hidung dan mata. Pada rhinitis alergi juga tidak ditemukan riwayat alergi sehingga diagnosis rhinitis alergi dapat disingkirkan.
Pada rinitis non-alergi, hasil pemeriksaan dilakukan pemeriksaan fisik berupa rinoskopi anterior. Pada rinoskopi anterior didapatkan gambaran berupa konka yang merah dan bengkak. Konka merupakan salah satu organ yang terdapat pada hidung bagian dalam. Pada rhintis alergi, konka akan terlihat berwarna pucat. Sedangkan pada rhinitis infeksi, terlihat lapisan yang bengkak dan merah serta keluarnya cairan kental dari hidung. Cairan kental ini menunjukkan terjadi peradangan akut yang disertai infeksi bakteri.
Tatalaksana
Pada umumnya, gejala rinitis infeksi dapat sembuh sendiri dan tidak memerlukan terapi medis. Pemberian antibiotik tidak diberikan pada rhinitis yang disebabkan oleh virus, kecuali jika terdapat infeksi oleh bakteri. Selain memberikan pengobatan berdasarkan penyebabnya, dokter Anda juga akan memberikan pengobatan guna mengurangi gejala rhinitis. Dokter Anda akan memberikan obat untuk mengatasi gejala yang gatal pada hidung dan mata, batuk, hidung tersumbat serta bersin.
Selain itu, Anda dapat membilas saluran hidung secara teratur dengan larutan air garam untuk menjaga hidung Anda bebas dari iritasi.
Dalam beberapa kasus rhinitis non-alergi yang disebabkan oleh deviasi atau kelainan pada septum atau pembatas hidung atau polip hidung yang persisten, dokter Anda mungkin akan menyarankan pengobatan berupa prosedur pembedahan.
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan rhinitis berupa:
- Polip hidung. Polip hidung merupakan suatu pertumbuhan kantung cairan abnormal non-kanker pada lapisan hidung atau sinus dapat terjadi karena peradangan kronis. Polip yang berukuran besar dapat menghalangi aliran udara melalui hidung dan menyebabkan kesulitan bernapas.
- Sinusitis. Rinitis non-alergi dapat menyebabkan hidung tersumbat berkepanjangan sehingga peluang mengalami sinusitis meningkat.
- Infeksi telinga tengah. merupakan infeksi pada bagian telinga yang terletak tepat di belakang gendang telinga. Infeksi dapat terjadi dikarenakan naiknya patogen atau bakteri penyebab rhinitis ke dalam telinga tengah melalui tuba eustachius.
Pencegahan
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya rhinitis, Anda dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan seperti:
- Menghindari paparan alergen atau iritan yang Anda ketahui atau duga dapat memicu rhinitis Anda.
- Tidak menggunakan dekongestan hidung terlalu sering. Penggunaan dekongestan hidung terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada mukosa hidung.
Kapan Harus Ke Dokter?
Segara temui dokter jika mengalami gejala yang parah, gejala yang tidak berkurang dengan obat bebas atau perawatan sendiri, atau mengalami efek samping yang mengganggu dari obat yang dikonsumsi.
- dr Ayu Munawaroh, MKK