Mengalami kekerasan seksual bukanlah hal yang mudah untuk dihadapi. Korban kekerasan seksual dapat mengalami trauma berkepanjangan akibat peristiwa yang tidak diinginkan tersebut. Beberapa dampak psikologis yang dialami para korban di antaranya depresi, Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), disosiasi, hingga muncul keinginan untuk menyakiti diri sendiri.
Tak mudah bagi korban kekerasan seksual untuk mau bercerita dan membuka diri atas peristiwa yang ia hadapi. Seringkali, Anda sebagai pendengar juga tak tahu pasti bagaimana harus menyikapinya. Dalam kondisi seperti ini, jika korban kekerasan seksual mau berbagi cerita dengan Anda, yang bisa Anda lakukan adalah mendengarkan ceritanya dan fokus pada pemulihan kondisinya.
Berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan ketika menjadi pendengar bagi korban kekerasan seksual:
Tetap tenang
Wajar jika Anda ikut merasa terkejut dan geram atas peristiwa traumatis yang menimpa orang terdekat Anda. Namun sebaiknya Anda tidak ikut menunjukkan emosi kekesalan tersebut di hadapan korban. Emosi negatif yang Anda tunjukkan tidak akan membantu korban merasa lebih baik dan dapat memperkeruh suasana.
Sebaiknya, dengarkan dengan seksama cerita korban hingga tuntas tanpa ikut menunjukkan kebencian atau bahkan memberi ancaman pada pelaku. Tetaplah tenang mendampingi korban agar ia juga merasa tenang dan aman.
Minta izin sebelum melakukan kontak fisik
Sebagian besar korban kekerasan seksual memiliki trauma pada sentuhan fisik. Bila Anda ingin memberikan dukungan dalam bentuk sentuhan fisik seperti pelukan atau menggenggam tangannya, sebaiknya minta izin terlebih dulu untuk memastikan ia nyaman menerimanya. Apabila ia tidak ingin menerima kontak fisik, maka hargai keputusannya dan pahami bahwa ia membutuhkan waktu menghadapi trauma yang tidak mudah.
Hindari komentar menghakimi
Para korban kekerasan seksual memiliki respon yang berbeda dalam memproses kekerasan seksual yang dialami. Masa pemulihan dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, tergantung dari respon tubuh dan seberapa parah trauma yang dihadapi. Oleh karena itu, hindari memberi komentar-komentar bernada menyalahkan dan menghakimi seperti “Semua ini tidak akan terjadi kalau…”, “Seandainya saja kamu mau mendengar…”, “Mau sampai kapan terus mengurung diri seperti ini?”, dan lain-lain.
Tunjukkan bahwa Anda mendukungnya
Meskipun peristiwa kekerasan seksual yang dialami telah berlalu, namun trauma dapat dirasakan hingga waktu yang lama. Tanyakan kondisi korban secara berkala untuk menunjukkan bahwa Anda mendukungnya, siap mendengar ceritanya dan siap membantu apa pun yang dibutuhkan untuk pemulihan. Dengan melakukan hal sederhana seperti rutin menanyakan kabarnya, memberinya bingkisan, meluangkan waktu untuknya, dapat membuat korban merasa nyaman dan tidak sendirian.
Tanyakan apa yang bisa Anda bantu
Seringkali, orang yang berada di posisi pendengar terkadang merasa ikut bertanggung jawab atas kondisi pemulihan korban sehingga merasa perlu memberi solusi. Namun sebenarnya, terkadang para penyintas hanya butuh teman untuk berbagi atau bercerita.
Oleh karena itu, sebaiknya tanyakan terlebih dahulu pada korban, bantuan apa yang bisa Anda berikan untuk membantunya cepat pulih. Jika ia hanya ingin menjadikan Anda sebagai teman bercerita, maka hargai keinginannya dan jadilah pendengar yang baik.
Dukung korban untuk mendapat bantuan konseling
Penyintas kekerasan seksual membutuhkan banyak dukungan agar ia bisa mengembalikan kepercayaan dirinya dan menjalani hidup tanpa dibayang-bayangi rasa takut. Dukung korban untuk mau membuka diri dan mendapatkan bantuan dari para profesional seperti psikolog dan psikiater. Anda juga bisa menyarankan korban untuk mengikuti terapi kelompok atau individu yang dapat membantunya lekas pulih dari trauma akibat kekerasan seksual.
- dr Ayu Munawaroh, MKK