Tahukah Anda, narsis dan kepribadian narsistik adalah dua hal yang berbeda? Masyarakat umumnya memahami istilah narsis dengan kegemaran untuk foto selfie dan mengunggahnya di sosial media. Namun ternyata hal ini sangat berbeda dengan gangguan kepribadian narsistik yang merupakan salah satu gangguan kepribadian dari sudut pandang kejiwaan.
Apa itu gangguan kepribadian narsistik?
Gangguan kepribadian narsistik atau narcisstic personality disorder (NPD) merupakan salah satu gangguan kepribadian dimana mereka sangat membutuhkan perhatian, pujian dan pengakuan dari orang lain. Terkadang orang dengan kepribadian narsistik dapat bersikap sangat menuntut dan bersikap manipulatif agar orang lain menganggap dia yang paling benar dan lebih baik dari orang lain.
Meskipun dari luar tampak angkuh dan arogan, namun sebenarnya orang dengan kepribadian arogan memiliki kepercayaan diri yang rapuh sehingga mudah goyah hanya karena kritik yang ringan. Orang dengan gangguan kepribadian narsistik cenderung kurang empati pada orang lain dan memiliki masalah dalam hubungan pekerjaan, pertemanan, hingga hubungan asmara.
Bagi Anda yang menjalani hubungan dengan orang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik, umumnya akan mudah mengalami pertengkaran ketika pasangan Anda tidak mendapatkan perhatian dan sanjungan yang mereka inginkan.
Tanda-tanda pasangan Anda memiliki gangguan kepribadian narsistik
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami gangguan kepribadian narsistik tentunya diperlukan pemeriksaan dari para ahli. Namun ada beberapa tanda yang bisa dijadikan acuan untuk mengenali bila pasangan Anda mungkin saja merupakan seseorang dengan kepribadian narsistik, yaitu:
1. Senang bicara tentang dirinya sendiri
Apabila pasangan Anda sering bicara tentang dirinya sendiri, maka bisa jadi ini adalah salah satu tanda bahwa pasangan Anda merupakan orang dengan kepribadian narsistik. Mereka akan selalu membicarakan dirinya sendiri, pencapaian yang ia raih, penampilannya, dan lain-lain. Tak jarang pembicaraan Anda dengannya bernada berlebihan untuk memberi kesan bahwa ia berada di level yang lebih tinggi dibanding orang lain.
2. Selalu membutuhkan pujian
Orang narsistik sering terlihat super percaya diri namun sebenarnya mereka kurang percaya diri sehingga selalu membutuhkan pujian dari orang lain. Ketika Anda tidak memberinya pujian, maka mereka akan terus mengupayakan segala cara membuat Anda melayangkan pujian tersebut untuk dirinya.
3. Kekurangan empati
Ciri khas lainnya dari orang yang memiliki kepribadian narsistik adalah minim empati atau sulit memahami perasaan orang lain. Mereka tidak akan mau mengerti apakah Anda sedang bahagia atau sedang lelah karena pekerjaan di kantor dan hanya mau mementingkan diri sendiri.
4. Merendahkan orang lain agar merasa superior
Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa orang narsistik sebenarnya memiliki rasa percaya diri yang rendah sehingga selalu membutuhkan pengakuan dari orang lain. Salah satu cara yang dilakukan antara lain terus menjatuhkan dan berkata buruk tentang orang lain agar orang lain percaya bahwa tak ada orang yang lebih baik darinya.
5. Melakukan gaslighting pada Anda
Hati-hati, orang narsistik mampu melakukan gaslighting pada Anda sehingga membuat Anda meragukan perasaan dan hal-hal yang selama ini Anda percayai. Orang narsistik merasa senang jika banyak orang yang kagum dan tunduk padanya maka ia akan berjuang keras untuk mengondisikan hal tersebut.
Tanda-tanda Anda menjadi korban gaslighting dalam hubungan di antaranya Anda merasa bahwa apa yang Anda lakukan salah sehingga Anda harus terus meminta maaf. Kemudian Anda sering merasa mudah cemas dan tidak percaya diri, Anda ragu apakah Anda memang terlalu sensitif dalam menanggapi gurauan darinya dan Anda sering merasa bahwa ada yang salah namun Anda belum dapat mengungkapkannya.
Tak mudah menghadapi orang dengan sifat seperti di atas. Anda akan sulit berargumen mengenai mana yang salah dan yang benar karena ia akan selalu merasa dirinya paling benar. Butuh kesabaran dan hati yang kuat untuk menghadapi orang narsistik. Apabila memungkinkan, ajak pasangan Anda untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater agar ia segera mendapat pendapat penanganan yang tepat dan tidak menyebabkan kerugian, baik dalam hidupnya maupun hidup orang lain.
- dr Hanifa Rahma