Seperti jenis virus lainnya, SARS-CoV-2 atau yang dikenal dengan penyebab penyakit Covid-19 juga bermutasi seiring waktu. Sebagian besar perubahan tidak banyak berdampak pada properti virus, namun dalam mutasi ada beberapa hal yang memang berdampak.
Dikutip dari WHO, dalam mutasi, virus akan memiliki beberapa perubahan antara lain:
- Perubahan sifat virus
- Kemudahan penyebaran virus
- Tingkat keparahan gejala
- Penyakit yang terkait
- Kinerja vaksin
- Obat terapeutik
- Alat diagnosa
- Tindakan kesehatan dan sosial yang harus diambil
WHO telah bekerja sama dengan mitra, jaringan pakar, otoritas nasional, lembaga dan peneliti untuk memantau dan menilai evolusi SARS-CoV-2 sejak Januari 2020. Hingga saat ini, varian baru terus bermunculan sehingga WHO dan jaringan internasional harus terus mengawasi dan mengidentifikasi mutasinya untuk mencegah penyabarannya.
Varian SARS-CoV-2 yang saat ini ada di dunia, antara lain:
- Alpha atau B.1.1.7, pertama kali didokumentasikan di Inggris pada September 2020
- Beta atau B.1.351, pertama kali didokumentasikan di Afrika Selatan pada Mei 2020
- Gamma atau P.1, pertama kali didokumentasikan di Brazil pada November 2020
- Delta atau B.1.617.2, pertama kali didokumentasikan di India pada Oktober 2020
- Lambda atau C.37, pertama kali didokumentasikan di Peru pada Desember 2020
- MU atau B.1.621, pertama kali didokumentasikan di Kolombia pada Januari 2021
- Omicron atau B.1.1.529, pertama kali didokumentasikan di berbagai negara pada November 2021
Waspada terhadap varian Omicron
Varian Omicron atau B.1.1.529, adalah varian yang pertama kali dilaporkan kepada WHO atas kemunculannya di Afrika Selatan, 24 November 2021. Situasi di Afrika Selatan saat ini ditandai oleh tiga puncak berbeda yang sebelumnya didominasi varian Delta.
Dalam beberapa minggu terakhir, infeksi meningkat tajam bertepatan dengan deteksi varian Omicron. Infeksi varian Omicron pertama kali diketahui berasal dari spesimen yang dikumpulkan pada 9 November 2021.
Menurut WHO, varian Omicron memiliki sejumlah besar mutasi yang beberapa di antaranya cukup mengkhawatirkan. Bukti awal menunjukkan bahwa ada peningkatan risiko infeksi ulang pada varian ini. Hingga saat ini, jumlah kasus varian Omicron meningkat hampir di semua provinsi Afrika Selatan. Varian Omicron menunjukkan keunggulannya dalam lonjakan infeksi dan tingkat penyebarannya.
Gejala varian Omicron
Varian Omicron atau yang sebelumnya dikenal dengan varian B.1.1.529 dikatakan memiliki gejala yang hampir sama dengan varian SARS-CoV-2 lainnya, antara lain seperti dilansir NHS UK:
- Demam tinggi
Demam yang ditunjukkan dengan perubahan suhu menjadi lebih tinggi, yang bahkan diketahui tanpa menggunakan alat pengukur suhu badan dan bisa dirasakan dengan sentuhan tangan.
- Batuk tiada henti
Batuk yang dialami adalah batuk yang baru muncul, dan nyaris tak berhenti ketika batuknya dimulai. Anda akan mengalami beberapa episode batuk dalam 24 jam, dan gejalanya terlihat lebih buruk daripada batuk biasanya.
- Anosmia dan kehilangan indera perasa
Selain kehilangan indera penciuman, Anda juga tidak dapat merasakan rasa apapun saat makan sesuatu.
Jika Anda mengalami gejala di atas, laporkan pada satgas Covid-19 terdekat di area Anda, dan lakukan tes PCR untuk memastikan apakah Anda terinfeksi virus Covid-19.
- dr Ayu Munawaroh, MKK
WHO (2021). Tracking SARS-CoV-2 variants. Available from: https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/
WHO (2021). Classification of Omicron (B.1.1.529): SARS-CoV-2 Variant of Concern. Available from: https://www.who.int/news/item/26-11-2021-classification-of-omicron-(b.1.1.529)-sars-cov-2-variant-of-concern
NHS UK (2021). Main symptoms of coronavirus (COVID-19). Available from: https://www.nhs.uk/conditions/coronavirus-covid-19/symptoms/main-symptoms/#symptoms