Rematik atau rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang dapat menyebabkan peradangan di persendian. Pada kondisi normal, sistem kekebalan tubuh akan melindungi tubuh dari makhluk asing seperti bakteri atau virus. Namun pada pengidap autoimun, sistem kekebalan tubuh akan menyerang tubuhnya sendiri.

Di tengah mewabahnya virus Covid-19 saat ini, pengidap autoimun termasuk yang rentan mengalami infeksi Covid-19. Lantas, bolehkah pengidap rematik mendapatkan vaksin Covid-19?

Pentingnya vaksin Covid-19 bagi penderita rematik (rheumatoid arthritis)

Dilansir dari Medical News Today, The American College of Rheumatology menekankan pentingnya pengidap rheumatoid arthritis untuk menerima vaksin Covid-19 secara lengkap. Penyakit autoimun dapat membuat pengidapnya menjadi rentan terkena penyakit termasuk infeksi Covid-19. Para ahli mengkhawatirkan infeksi Covid-19 yang dialami kelompok autoimun akan memperparah kondisi infeksi hingga menimbulkan gejala berat pada pasien Covid-19 terutama bagi pengidap rematik autoimun sistemik yang mengonsumsi obat-obatan imunosupresan.

Penderita rheumatoid arthritis dan muskuloskeletal termasuk golongan yang berisiko mengalami gejala berat jika terinfeksi Covid-19 terutama jika mereka memiliki faktor risiko seperti:

• Berusia paruh baya
• Mengalami obesitas
• Memiliki tekanan darah tinggi
• Memiliki kebiasaan merokok

Pengidap rematik memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah jantung dan peradangan di jaringan paru-paru yang menyebabkan gejala sesak napas. Dengan adanya risiko komplikasi tersebut, maka penderita rematik dianjurkan untuk menerima vaksin Covid-19 sebagai bentuk perlindungan pada infeksi Covid-19.

Bolehkah penderita rematik (rheumatoid arthritis) menerima vaksin Covid-19?

Dalam sebuah penelitian yang dimuat di Annals of the Rheumatic Disease mengungkapkan bahwa vaksin Covid-19 aman diberikan untuk pasien rematik dan muskuloskeletal. Berdasarkan hasil penelitian yang melibatkan 5121 peserta dari 30 negara menunjukkan bahwa kecenderungan vaksin Covid-19 untuk memicu flare atau gejala yang memburuk tiba-tiba pada pasien autoimun kurang dari 5%. Sekitar 1% pasien mengalami flare yang sangat parah dan cenderung dialami pada pasien dengan penyakit rematik yang aktif.

Dalam penelitian tersebut sejumlah responden rata-rata menerima vaksin berbasis mRNA seperti Moderna dan Pfizer, serta sebagian lagi menggunakan vaksin viral vector AstraZeneca.

Dengan hasil penelitian tersebut diharapkan masyarakat pengidap autoimun rematik tidak perlu khawatir untuk mendapatkan vaksin Covid-19. Para ahli berpendapat bahwa infeksi akibat Covid-19 lebih berisiko dibanding efek samping yang dirasakan akibat menerima vaksin Covid-19.

Sebelum menerima vaksin Covid-19, para pasien dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter yang selama ini menangani penyakit pasien agar dapat membantu menentukan apakah pasien dapat menerima vaksin Covid-19 atau tidak. Terutama jika pasien mengonsumsi obat kortikosteroid yang termasuk imunosurpresan kuat.

Penyakit rematik merupakan penyakit autoimun dimana pasien akan hidup dengan kondisi tersebut dalam jangka waktu yang panjang. Meskipun demikian, pasien dapat mengontrol gejala kambuh dan mengurangi risiko kerusakan sendi dan mencegah komplikasi rematik dengan rutin melakukan pemeriksaan, mengonsumsi obat-obatan dan menjalani gaya hidup aktif dan sehat.

Selain itu, pasien juga diimbau untuk tetap mematuhi protokol kesehatan demi mencegah penularan Covid-19 dengan menggunakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan dan melindungi diri dengan vaksin Covid-19.