Abacavir

Abacavir

Bagikan :


Brand/nama lain

Abacavex.

Cara Kerja

Abacavir merupakan obat antivirus yang digunakan dalam pengobatan infeksi HIV. Abacavir bekerja dengan cara menghambat enzim yang berperan dalam perbanyakan virus HIV sehingga terjadi penurunan kadar virus HIV di dalam darah. Abacavir biasanya dikombinasikan dengan obat antivirus HIV lainnya, seperti lamivudine dan zidovudine, sehingga bekerja lebih efektif untuk menghambat virus HIV di dalam tubuh.

Indikasi

Kondisi medis berupa infeksi virus HIV atau AIDS.

Kontraindikasi

Kontraindikasi penggunaan abacavir berupa:

  • riwayat hipersensitivitas atau alergi terhadap abacavir
  • pasien dengan hasil positif terhadap alel HLA-B 57:01
  • gangguan liver derajat ringan hingga berat, ibu menyusui.

Efek Samping

Efek samping umumnya jarang terjadi. Meskipun demikian, ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi, misalnya:

  • demam
  • batuk
  • lemas
  • sakit kepala
  • nyeri otot
  • mual
  • muntah
  • sakit perut
  • tidak nafsu makan
  • bercak merah pada kulit

Sediaan

Beberapa sediaan abacavir yang dapat ditemukan hingga saat ini adalah sebagai berikut:

  • Kaplet salut selaput
  • Tablet salut selaput

Dosis

  • Dosis dewasa: biasanya dikombinasikan dengan obat antivirus lainnya, 300 mg, 2 kali sehari atau 600 mg, sekali sehari.
  • Dosis anak (Usia > 3 bulan)
    • BB 14 – 20 kg: 150 mg, 2 kali sehari, atau 300 mg, sekali sehari
    • BB 20 – 25 kg: 150 mg pagi hari, dan 300 mg pada malam hari, atau 450 mg sekali sehari
    • BB > 25 kg: dosis sama seperti dosis dewasa

Keamanan

Kehamilan:

Termasuk FDA kategori C (terdapat penelitian pada hewan uji coba yang menunjukkan adanya efek samping pada janin namun tidak ada penelitian terkontrol baik dan memadai pada manusia) sehingga potensi manfaat dan risiko obat perlu dipertimbangkan dan digunakan dengan hati-hati pada ibu hamil.

Interaksi Obat

  • Obat-obat penginduksi enzim kuat, seperti rifampisin, phenobarbital, fenitoin. Penggunaan obat yang bersamaan antara abacavir dan obat penginduksi enzim kuat memiliki potensi interaksi obat berupa penurunan kadar abacavir di dalam darah sehingga penggunaannya perlu diawasi oleh dokter.
Writer : dr Apri Haryono Hafid
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Rabu, 9 Maret 2022 | 08:38